[Book] Orang Bajo Suku Pengembara Laut: Pengalaman Seorang Antropolog


Judul: Orang Bajo Suku Pengembara Laut: Pengalaman Seorang Antropolog (Terjemahan dari Peuple nomade de la mer: Les Badjos d'Indonésie)
Penulis: François-Robert Zacot
Penerbit: KPG (Kepustakaan Populer Gramedia) bekerja sama dengan École française d'Extréme-Orient dan Forum Jakarta-Paris
Tebal: 488 halaman
Harga: Rp 25.000,-
ISBN: 978-979-91-0143-3

Saya belum pernah dengar ada yang namanya suku Bajo di Indonesia (yayaya, saya tahu. Sungguh keterlaluan saya ini), sampai saya melihat buku ini disalah satu toko buku yang ada di Depok. Bukunya cukup tebal, 488 halaman, tapi harganya murah Rp 25.000,-. Tanpa pikir panjang saya langsung mengambilnya dan membayar di kasir.

Sesuai dengan judulnya, buku ini mengulas tentang kehidupan orang-orang Bajo oleh antropolog dari Perancis bernama François-Robert Zacot. Perkenalannya dengan suku Bajo sendiri adalah sebuah kebetulan. Seharusnya dia mengunjungi suku Tomini yang berdiam di daerah barat Sulawesi Utara. Namun, sehari sebelum keberangkatannya dari Perancis, dia mendengar tentang suku Bajo ini. Dia tahu suku Bajo adalah pelaut-pelaut pengembara yang tersebar di seluruh penjuru Asia Tenggara (hal. 23). Penasaran, ia pun memutuskan untuk pergi ke Pulau Nain, sebelah utara Manado, salah satu tempat dimana suku Bajo bertempat tinggal.

Buku ini terdiri dari dua bagian. Bagian pertama yang terdiri dari dua bab mengulas tentang kehidupan suku Bajo di Pulau Nain dan bagian kedua yang terdiri dari empat belas bab mengulas tentang kehidupan suku Bajo di Desa Torosiaje.

Suku Bajo adalah orang-orang pengembara di laut. Hidupnya di laut dan akan merasa aneh jika harus tinggal di daratan. Bahkan suku Siau berpendapat orang Bajo itu nekat karena rumah mereka di atas air atau dekat laut. Suku Bajo memang tidak bisa dipisahkan dari laut. Rumah mereka dibangun di atas laut, kehidupannya mencari ikan di laut, bahkan mereka percaya bahwa manusia Bajo awalnya tercipta dari air.

Zacot meneliti kehidupan suku Bajo di Desa Torosiaje. Bagaimana kehidupan sehari-hari mereka, bagaimana adat istiadat dan kepercayaan mereka, termasuk upacara pernikahan mereka, upacara melahirkan, ilmu kebal, kepercayaan terhadap Setan-setan, dan lain-lain. Meski mayoritas suku Bajo beragama Islam, tapi kepercayaan asli mereka masih sangat kuat. Setan, bagi suku Bajo, itu abu-abu. Setengah jahat, setengah baik. Setan yang menciptakan sakit, tapi Setan juga yang menyembuhkan penyakit. Kalau ada penduduk desa yang sakit, seorang dongkoka (dukun yang bisa dirasuki Setan) akan dimintai pertolongannya. Dongkoka ini setelah melakukan ritual khusus dengan sesajen yang telah dilengkapi oleh keluarga si sakit akan dirasuki oleh Setan (duata). Dalam tahap ini lah duata akan menyembuhkan si sakit.

Banyak sekali hal yang didapat oleh Zacot dan teman wanitanya (atau istrinya? Tidak dijelaskan), Katherine. Kehidupan di Desa Torosiaje tidaklah mudah dan mereka harus membiasakan diri beradaptasi dengan lingkungan suku Bajo. Dikencingi oleh tikus itu hal yang biasa, pun melihat kotoran manusia yang berenang-renang di laut bisa dilihat dari sela-sela papan lantai rumah mereka. Air bersih dan bahan makanan yang susah didapat, adalah salah dua dari sekian banyak sulitnya hidup di Desa Torosiaje.

Zacot dan Kat juga harus terbiasa akan sikap dari orang Bajo, yang menurut mereka mungkin tidak sopan. Misalnya, orang Bajo memiliki kebiasaan mengambil bumbu dapur atau apa saja yang bisa diambil dari rumah orang lain secara berlebihan. Memang sebelumnya mereka akan datang ke rumah memberikan sesuatu kepada Zacot dan Kat, namun sesudahnya mereka akan meminta sesuatu yang ada di rumah Zacot dan Kat. Begitu seterusnya. Ketika kamu sudah memberi, maka kamu berhak meminta. Orang Bajo juga terbiasa untuk memberi tahu semua kegiatannya di depan umum. Bahkan, untuk buang air besar pun mereka akan meneriakkannya dan membiarkan orang lain tahu.

Terlepas dari kebiasaan-kebiasaan itu yang mungkin membuat kita orang awam kaget, orang Bajo memiliki nilai-nilai yang luhur. Mereka orang yang ramah, setia kawan, dan tidak kasar. Tidak pernah terdengar lelaki Bajo memukul istrinya atau ibu yang memukul anaknya. Jika ada yang kedapatan berbuat kasar maka akan didenda. Sejak kecil, anak-anak Bajo ditanamkan nilai anak-anak adalah harta yang berharga, masa depan suku Bajo, sehingga mereka tidak bisa disakiti. Anak-anak pun tumbuh menjadi orang dewasa yang menyayangi dan melindungi anak-anaknya. Selain itu, orang-orang yang dicap aneh, seperti gila, banci, homoseksual, tidak dikucilkan dari masyarakat. Mereka tetap ikut serta dalam kehidupan masyarakat.

Untuk sebuah tulisan ilmiah, Orang Bajo cukup mudah dipahami. Saya membacanya seperti membaca sebuah kisah petualangan, bukan membaca karya ilmiah. Foto-foto baik berwarna dan hitam putih melengkapi buku ini. Berkat foto-foto tersebut saya jadi tahu seperti apa rumah-rumah yang dibangun di atas air itu. Tidak terbayang oleh saya bagaimana kalau air tiba-tiba pasang? Atau kayu-kayu papan yang rapuh itu patah ketika kita berjalan diatasnya? Air laut sudah menanti di bawah. Kalau bisa berenang sih masih mending, lah kalau tidak bisa berenang seperti saya ya wassalam.

Buku yang menarik. Wawasan saya pun semakin bertambah. Membuka mata saya bahwa masih ada saudara-saudara saya di daerah terpencil di Sulawesi Utara, yang kehidupannya di bawah garis kemiskinan tapi memiliki nilai-nilai budaya yang luhur dan menarik.

Skala 1 - 5, saya berikan nilai 5 untuk Orang Bajo Suku Pengembara Laut: Pengalaman Seorang Antropolog.

14 comments

  1. wiihhh nilai sempurna! harga yang (relatif) murah belum tentu isinya murahan ya kim ^^

    ReplyDelete
  2. @ christin
    Setuju, Kitin. Eh tapi, ini nilainya subjektif lho ya. Menurut aku sih nilainya memang pantas segitu. Gak tau deh kalo ntar kamu baca bukunya dan menurut kamu gimana. :D

    ReplyDelete
  3. saya tahu tentang suku bajo semenjak tiga tahun lalu... bukan dari buku tetapi saya kenalan dan berteman dengan orang bajo yang sudah hidup di darat.... dia juga bercerita panjang lebar mengenai sukunya yang berada di daerah maluku utara, sang pengembara laut. bahkan dia bilang, sebagian orang bajo yang masih hidup di laut, telapak kaki mereka lebih lebar dari ukuran manusia normal karena mereka lebih sering berenang dari pada berjalan......
    tapi kalau teman saya kayaknya ukuran telapak

    ReplyDelete
  4. @ krupukcair
    Ternyata masih ada hal-hal menarik lainnya yah tentang suku Bajo. ^^;

    ReplyDelete
  5. @ seminar jakarta indonesia 2011
    Terima kasih. ^^;

    ReplyDelete
  6. diskor lima? hmmm..

    btw, sekarang suku bajo sudah modern loh? di rumah-rumah mereka yang di atas laut tuh, dah ada TV. malah, di ruang keluarga, foto-fotonya chelsea olivia dll, dipajang barengan foto keluarga lainnya. saya baca di majalah apa gitu? (garuk-garuk).

    selain itu, salah satu teluk di Sumbawa ada yang dinamain Teluk Bajo. Dan, (kalau di Lombok sini) salah satu jenis ikan asin yang paling enak, dinamain dari nama suku mereka: Bajo.

    ReplyDelete
  7. @ Huda Tula
    FYI, buku ini merupakan hasil penelitian yang dilakukan oleh Zacot sekitar 30 tahun yang lalu. Buku versi Perancisnya terbit tahun 2002. Jadi saya rasa, wajar kalau suku Bajo sudah modern seperti yang kamu bilang. :)

    ReplyDelete
  8. di kompas minggu kmrn,, ada artikel yg membahas ttg orang Bajo. mereka skrg sdh modern, apalagi ada pasar RB yg menjual segala macam barang2 bekas dr Malaysia & Singapura.

    Btw,,buku ini beli dimana? di TB Gramedia ada ga y? Saya cek di web Gramedia kok ga ada :(

    ReplyDelete
  9. @ ika
    Saya beli buku ini di TM Bookstore di Detos. Waktu itu belinya dengan harga murah. :D

    ReplyDelete
  10. ka boleh pinjem gak bukunya? kita mahasiswi depok butuh bgt buat tugas antropologi. tolong dibales yah ka, makasi

    ReplyDelete
  11. @ Melanimel Sitmel
    Maaf sekali, Melani. Bukunya sudah saya jual.

    ReplyDelete
  12.  yah sayang bgt, kira-kira saya bisa dapat buku seperti itu dimana lagi yah?

    ReplyDelete
  13. kak kimi bukux mw dijual tidak??????

    ReplyDelete

Saya akan senang sekali jika kalian meninggalkan komentar, tetapi jangan anonim ya. Komentar dari anonim—juga komentar yang menggunakan kata-kata kasar, menyinggung SARA, dan spam—akan saya hapus. Terima kasih sebelumnya.