Roda Kehidupan

Pasti kalian pernah dengar petuah yang bunyinya kira-kira begini:

"Hidup itu seperti roda yang berputar. Kadang di atas, kadang di bawah."

Saya setuju di dalam kehidupan ini kita terkadang di atas, dengan kata lain hidup kita enak. Nah, yang dimaksud dengan "di atas" ini saya juga sebenarnya bingung. Maksudnya kita kaya raya banget atau masuk ke #KelasMenengahNgehe sudah bisa dibilang "di atas"? Tapi, untuk memudahkan tulisan ini mari kita sepakati bersama yang dimaksud dengan "di atas" minimal kebutuhan sandang, pangan, dan papan tercukupi deh. Sementara, yang dimaksud dengan "di bawah" ini berarti tidak bisa atau cukup kesulitan memenuhi kebutuhan sandang, pangan, dan papan.

Haduh, kok interpretasi saya atas petuah itu materialistis sekali ya? Padahal kan bisa saja maksudnya "di atas" hidup yang tanpa ada masalah yang terus-terusan datang, sedangkan "di bawah" maksudnya kita selalu diterpa musibah. Tiada henti.

Penggemar: "Kita", Kim? Elu aja kali. Gue mah ogah masuk ke dalam bagian "kita selalu diterpa musibah".

Ya, terserah deh. Pokoknya yang saya maksud begitu.

Ngomong-ngomong, kok saya jadi meribetkan diri dengan "di atas" dan "di bawah" ya? >.<

Padahal sebenarnya saya cuma mau mengajak berandai-andai.

Jadi, begini. Sebelum Maghrib tadi tahu-tahu aja kepikiran petuah di atas. Saya jadi mikir kalau petuah tersebut diucapkan oleh orang yang hidupnya dimulai dari nol, merangkak sedikit demi sedikit, akhirnya menuju puncak, pasti petuah tersebut kena banget ya. Dulu hidupnya susah banget, tapi karena dia bekerja keras mengubah nasibnya maka jadilah dia orang yang hidupnya enak banget. Misalnya, seperti kisah nomor satu berikut ini:

"Dulu saya ini tidak punya apa-apa. Dulu saya ini diejek orang-orang karena saya miskin. Tapi, sekarang coba lihat saya. Tanah saya dimana-mana. Rumah saya ada di tiap pulau besar di Indonesia. Uang saya banyak banget. Emas saya berkilo-kilo. Hidup itu seperti roda yang berputar. Kadang di atas, kadang di bawah. Dulu saya di bawah, sekarang saya ada di atas."

Sekarang mari kita bandingkan dengan kisah nomor dua:

"Lihat tuh si Fulan. Dulu mah dia hidupnya senang banget deh. Tinggal ongkang-ongkang kaki duit ngalir ke dia. Bisa beli mobil lima, kaya' beli kacang aja ye. Tapi, coba lihat sekarang. Hidupnya jadi gelandangan begitu. Tuh ya dengerin, yang namanya hidup itu seperti roda yang berputar. Kadang di atas, kadang di bawah."

Saya jadi mikir lagi kalau petuah yang sama diucapkan pada orang yang seperti di atas petuahnya kena banget juga pasti ya. Semacam menohok begitu. Makjleb istilah kerennya.

Nah, terakhir saya mikir saya tidak mau nanti saya ketika digunjingkan orang-orang saya jadi contoh kisah nomor dua. Pasti saya jadi malu. Malu banget. Sombong ya saya?

Bukan berarti saya sombong atau mau melawan takdir sih. Mungkin ada yang bilang kalau itu adalah ujian dari Tuhan. Ya, ngerti. Cuma maksud saya, siapa yang senang saat hidup kita di bawah? Takutnya saya tidak kuat kalau suatu saat nanti dikasih cobaan banget. Hidup saya yang terbiasa enak begini, tahu-tahu besok jadi gak enak, misalnya. Ya, mudah-mudahan jangan sampe.

Tapi, kan tidak mungkin hidup kita selamanya lempeng-lempeng, datar-datar aja. Pasti ada fluktuasinya. Halah, fluktuasi. Kaya' harga di pasar aja. 

Saya sih inginnya kalau nanti memang hidup saya harus di bawah, ya jangan di bawah banget lah. Biar nanti bisa cepat naik ke atasnya. Gaya banget saya pakai acara nawar segala? :vD

Atau gampangnya gini deh. Mulai sekarang persiapkan diri sebaik mungkin. Saya tidak pernah tahu kapan cobaan itu datang. Jadi, pas dikasih cobaan saya sudah siap. Siap mental maksudnya. Jadi, saya bisa dengan segera mencari cara untuk mengatasi cobaan dan hidup saya bisa on track lagi. Perlahan-lahan hidup saya bisa naik ke atas. Jadi, kalau saya ngobrol sama orang-orang, saya bisa mencontohkan diri saya seperti kisah nomor satu di atas.

Sekian perenungan saya sebelum Maghrib tadi. Dipikir-pikir saya ini jadi manusia sombong banget ya?

5 comments

  1. kalo soal roda kehidupan sih, simpelnya ya kalo kita akrab dengan 'sang pencipta roda' itu sendiri dan yakin yang kita alami adalah selalu yg terbaik, setelah kita juga berusaha yang terbaik, lalu punya rasa bernama ikhlas, lalu punya ilmu juga cukup, harusnya ya tenang-tenang saja :D

    ReplyDelete
  2. wah, kalau tidak pernah merasakan how its feel on the rock bottom, we'll never know how to enjoy when it comes your top :)

    ReplyDelete
  3. Saya menganggap roda kehidupan adalah sebuah dinamika hidup yang setiap putarannya adalah pembelajaran untuk menjadi semakin dewasa untuk makin mengerti makna hidup yang sebenarnya.

    ReplyDelete
  4. sori kim.. tapi itu sudah sering kudengar selama ini.. hehehe

    ReplyDelete
  5. betul betul. wheel of fortune is a natural thing in life. mungkin yang nggak diharapkan itu ketika kita stagnan alias mandeg dalam proses perubahannya. misalnya karena lagi susah2nya, kita jadi kehilangan harapan dan optimisme yang bisa menghambat terjadinya perubahan. kita jadi enggan berusaha lebih keras dan kurang sabar. atau sebaliknya, ketika kita lagi seneng2nya, kita jadi terlalu boros atau malah parno dan terlalu protektif sama kepemilikan kita, kelewat irit sampai enggan beramal.. proses dan transisi ini emang sebaiknya kita isi dengan hal-hal positif. belajar dan menganalisa situasi, biar gak galau dan kehilangan kontrol. #halahapasih :)

    ReplyDelete

Saya akan senang sekali jika kalian meninggalkan komentar, tetapi jangan anonim ya. Komentar dari anonim—juga komentar yang menggunakan kata-kata kasar, menyinggung SARA, dan spam—akan saya hapus. Terima kasih sebelumnya.