Random #9

Saya mau menulis random lagi.

Pertama
Jadi, begini teman-teman. Saya di-mention Mbak Vicky di Twitter. Mbak Vicky ngetweet link yang isinya tentang dua ratus orang Indonesia pertama yang daftar Twitter dan saya masuk di dalam nomor 42! Saya daftar Twitter tanggal 30 April 2007. Gila! Itu hampir enam tahun yang lalu! Sungguh tidak terasa sudah enam tahun saya punya akun Twitter. *halah, lebay*

Sebenarnya Mbak Hani juga pernah memberi tahu saya hal serupa sih. Tapi, waktu itu saya tidak terlalu ambil pusing. Karena bagi saya apa pentingnya kalau saya masuk dalam daftar pengguna awal Twitter?

Penggemar: Kalau dulu kamu tidak ambil pusing, kenapa sekarang kamu menulis soal ini?

Ehm... Buat jadi bahan tulisan saja. Biar blog saya bisa dibilang rajin update. Hehehehe... :P

Lanjut lagi ya. Nah, saya pun iseng me-retweet tweet Mbak Vicky. Dan ada teman saya yang bilang saya hebat karena saya masuk dalam daftar, nomor 42 pula, masih dalam 50 besar! Katanya sih di saat yang lain masih main Facebook dan Friendster, eh saya sudah kenal Twitter dong dan itu cool menurut dia. Saya bingung sendiri. Kenapa hanya karena saya duluan daftar Twitter lantas dibilang hebat dan cool? Karena saya sih merasa biasa saja... Sungguh. Saya saja sekarang sudah lupa tahu Twitter dari mana. Dulu daftar saja dan kemudian saya tinggal entah berapa lama karena saya merasa bingung Twitter ini mau dipakai untuk apa toh? Dulu di Twitter sepi. Kurang seru. Dulu saya juga tidak paham soal following dan follower. Dan dulu bagi saya yang keren itu Plurk. ^_^

Kedua
Tadi di kantor saya berdiskusi dengan teman-teman kantor yang duduknya berdekatan dengan saya. Eh, tidak bisa dibilang diskusi juga sih, tapi lebih tepatnya saya yang ikut-ikutan nimbrung. Biar terlihat intelek, kritis, dan melek politik. Politik? Iya, jadi teman-teman saya itu sedang membicarakan tentang politik negeri ini. Saya yang tadinya hanya diam mendengarkan saja akhirnya tidak tahan juga untuk bersuara.

Apa yang saya sampaikan sederhana sekali. Saya bilang ke mereka dulu saya rajin baca-baca berita tentang negeri ini, rajin nonton televisi, dan baca majalah-majalah bergengsi. Orang-orang yang saya follow di Twitter pun orang-orang yang saya anggap jago dan melek politik. Mereka banyak memberikan opini-opini yang bisa menambah pengetahuan saya. Tetapi, lama-kelamaan saya lelah. Saya lelah membaca berita-berita negatif tentang Indonesia. Memang sih ada juga berita-berita positif dan menggembirakan tentang negara kita (kita, Kim?), tetapi seberapa banyak sih berita positif itu yang jadi headlines berita? Tidak banyak kan?

Selain lelah, saya juga jadi makan ati. Makan atinya begini, saya jadinya cuma bisa misuh-misuh, tapi tidak bisa berbuat hal yang nyata untuk memperbaiki keadaan. Saya jadi marah dengan diri sendiri dan dengan keadaan. Kenapa saya tidak bisa melakukan sesuatu untuk membuat Indonesia menjadi lebih baik? Saya inginnya sih untuk bisa langsung terjun dan bergerak. Cuma saya berpikir saya tidak bisa melakukan perubahan drastis untuk negara ini kalau status saya hanya sebagai rakyat jelata. Diam-diam saya punya cita-cita untuk jadi pemimpin. Saya mau jadi presiden. Tapi, kata Kitin bagaimana saya mengurus negara kalau mengurus hati saja saya tidak mampu? Dasar Kitin semprul. :|

Nah, karena di-skakmat macam begitu oleh Kitin, maka saya kuburlah dalam-dalam mimpi untuk jadi presiden RI. Mimpi itu terlalu ambisius. Saya sadar kok. :P

Jadi, supaya saya tidak selalu dipusingkan dengan berita-berita yang membuat saya sakit kepala dan marah-marah sendirian, saya pun membatasi membaca koran dan majalah, menonton berita, dan meng-unfollow orang-orang kritis dan melek politik itu. Saya sengaja membatasi informasi yang masuk ke otak saya. Untuk apa saya memenuhi otak saya dengan informasi-informasi yang malah membuat saya kesal dan marah? Ya, saya jadi apatis. Tetapi, jika dengan menjadi apatis bisa membuat hidup saya lebih tenang dan tidak perlu misuh-misuh sendirian, ya apa boleh buat. Iya sih, saya jadi tidak update dengan informasi terkini. Tetapi, saya mengompensasinya dengan mencari informasi-informasi lain yang, bagi saya, jauh lebih bermanfaat dan informasi yang memang sesuai dengan minat saya, juga bisa membuat saya lebih bahagia.

3 comments

  1. nganu, sampeyan itu memang sakti
    demikian

    ReplyDelete
  2. @ warm
    Nganu, aku saktinya dimana? :-?

    ReplyDelete
  3. Sama, dulu punya twitter, masih bingung mau diapain, apalagi masih enjoy sama FB,,, Hahaha

    ReplyDelete

Saya akan senang sekali jika kalian meninggalkan komentar, tetapi jangan anonim ya. Komentar dari anonim—juga komentar yang menggunakan kata-kata kasar, menyinggung SARA, dan spam—akan saya hapus. Terima kasih sebelumnya.