Random #13

Sebelum teman-teman membaca tulisan ini sampai habis, saya ingatkan tulisan kali ini adalah topik yang sensitif. Jikalau teman-teman ketika membaca merasa berkeberatan dan tidak terima, silakan berhenti membaca tulisan ini dan pindah ke halaman web lain. Terima kasih.

Kenapa manusia percaya dengan Tuhan dan agama? Apa karena orangtua yang memberikan kita agama mereka? Kita ketika lahir tidak tahu apa itu agama, apa itu Tuhan, tetapi orangtua kita menempelkan atribut mereka ke diri kita. Kita pun beragama sama dengan orangtua kita. Selamanya mungkin kita tetap beragama sama, mungkin juga tidak.

Kembali lagi ke pertanyaan di awal. Kenapa manusia percaya dengan Tuhan dan agama? Apakah agar perbuatan kita selama di dunia tidak sia-sia karena ada akhirat? Kita berbuat baik di dunia berharap dibalas dengan surga di akhirat nanti. Kita berbuat jahat diganjar neraka oleh Tuhan. 

Seringkali saya berpikir kita beragama hanya mencari sebuah ketenangan. Maksud saya begini, "Hei, Man. Gue takut neraka, makanya gue berbuat baik ke orang-orang, ke hewan, ke ciptaan Tuhan lainnya. Biar gue dikasih izin Tuhan buat masuk surga." Seandainya semua manusia di muka bumi ini berpikiran sama, yaitu hanya ingin berbuat baik tentu bumi kita akan sejahtera, aman, dan sentosa. Itu utopia namanya. Nyatanya, tetap saja ada orang jahat. Kita tidak bisa menihilkan mereka, apalagi di lingkungan kita sehari-hari. Akan selalu ada orang yang jahat ke kita, iri ke kita, dan ingin menjatuhkan kita. Biasanya kalau sudah bertemu dengan orang-orang seperti itu, kita akan mendapat nasihat bijaksana seperti, "Kamu sabar ya. Dan tenang. Perbuatan dia pasti akan dibalas Tuhan."

Orang-orang yang jahat ke kita pasti akan mendapatkan balasannya dari Tuhan. Entah di dunia, entah di akhirat nanti. Ini yang saya maksud dengan beragama mencari sebuah ketenangan. Kita ingin melawan mereka yang sudah jahat ke kita, tetapi kita tidak punya kekuatan. Maka kita menyerahkan "pembalasan" kita kepada Tuhan. Kita berharap Tuhan membalaskan perbuatan mereka. Kita berharap Tuhan tidak tidur dan tidak menutup mata-Nya. Di sini Tuhan menjadi titik pusat. Tempat kita mengadu dan berkeluh kesah. Dulu, saya seperti itu. Sekarang bagaimana?

Sekarang, saya percaya karma. Apa yang kita tanam itulah yang akan kita tuai. Kita berbuat baik ke orang lain, itu adalah investasi kita. Suatu saat nanti perbuatan baik kita pasti akan dibalas lagi oleh orang lain. Kita berbuat jahat ke orang lain, itu juga investasi. Meski itu adalah investasi yang buruk. Karena suatu saat nanti, kita akan dijahati oleh orang lain. Ada aksi, ada reaksi. Sederhana. Saya ingin bilang di sini manusia menjadi titik pusatnya. Manusia menjadi subjek. Terlihat kan perbedaan dengan paragraf sebelumnya?

Saya tahu bisa saja teman-teman tidak setuju dengan pandangan saya. Tetapi, saya tidak mencari perdebatan di sini. Terserah kalian bagaimana cara kalian memandang agama dan Tuhan. Itu urusan teman-teman dan Tuhan. Dan apapun agama dan kepercayaan yang kalian anut, siapapun Tuhan yang kalian sembah, bagaimanapun pandangan spiritual kalian, saya hanya ingin mengajak teman-teman semua: Mari kita banyak-banyak berbuat baik kepada sesama. Agar bumi semakin damai. Namaste

3 comments

  1. namaste! may all creature being happy #hatsyaah

    ReplyDelete
  2. yang penting itu berbuat sebaik baiknya... dan ikhlas. Mau ada surga atau neraka tidak. Pokoknya iklhas saja.

    ReplyDelete
  3. In ahsantum ahsantum lianfusikum. Itu al quran dah jawab. Semua segala Pa yang kita keluh kesahkan. Cari tumus canggihnya disitu. InsyaAllah ada semua.

    ReplyDelete

Saya akan senang sekali jika kalian meninggalkan komentar, tetapi jangan anonim ya. Komentar dari anonim—juga komentar yang menggunakan kata-kata kasar, menyinggung SARA, dan spam—akan saya hapus. Terima kasih sebelumnya.