How to Buy Happiness

Setelah membaca tulisan Simbok Venus tentang uang receh, saya jadi ingat dulu saya juga rajin punya celengan. Sejak kecil saya memang suka nyeleng. Tapi, jeleknya saya ini sampai sekarang saya tidak pernah nyeleng sampai celengannya betul-betul penuh. Di saat sedang butuh uang banget atau sesederhana alasan iseng kepingin buka celengan maka di saat itu juga saya akan membongkar celengan. :O

Pernah ada di suatu masa saya nyeleng sampai nominal 20ribu. Sesekali saya juga masukkan uang pecahan 50ribu. Celengannya besar dan bergambar Upin-Ipin. Setelah beberapa bulan kemudian--kalau tidak salah delapan bulan kemudian--, saya tergoda untuk bongkar celengan. Saya hitung uangnya dengan mata berbinar-binar. Senyum tidak habis-habis. Seratus ribu, dua ratus ribu, tiga ratus ribu, sampai akhirnya menyentuh angka delapan ratus ribu beberapa puluh ribu. Itu hasil nyeleng terbesar sepanjang hidup saya.

Sekarang saya tidak pernah lagi nyeleng sampai nominal 20ribu, apalagi 50ribu. Malah sekarang saya nyeleng cuma uang receh saja. Koin 100, 200, 500, dan 1000. Uang receh yang sepertinya belakangan ini semakin susah saja dicari jelas membuat celengan saya tidak penuh-penuh. Kalaupun bisa penuh, pasti butuh waktu yang sangat panjang. :r

Sewaktu saya masih kerja di bank saya punya kebiasaan sendiri. Berhubung celengan saya itu bisa dibuka, jadi setiap saat bisa saya hitung dong. Kalau uangnya sudah ada minimal 20ribu saja, pasti langsung saya setor ke tabungan saya.

Penggemar: Wait, cuma 20ribu? Apa tidak malu, Kim?

Ya, kagak. Kan teller-nya teman sendiri ini. Hahahahahaha... Saya memang sengaja bikin tabungan khusus uang receh yang memang sengaja saya khususkan untuk menabung hasil saya nyeleng. Sekarang saldonya masih sedikit. Yah, namanya juga hasil dari nyeleng uang receh. Harap maklum. Tapi, sekarang yang menjadi pertanyaan saya apa yang mau saya lakukan dengan uang receh hasil nyeleng ini? Mau dipakai untuk belanja baju? Beli buku? Makan di restoran? Bagaimana kalau didonasikan saja? :)

Jelas saya bukan Robert W. Wilson yang berjanji akan menyumbangkan seluruh uangnya 800 juta dolar sebelum dia wafat. Sebelum bunuh diri, Wilson menyumbangkan 100 juta dolar terakhirnya ke Environmental Defense Fund. Bukan pula Bill Gates, Bono, Warren Buffett, maupun nama-nama filantropis lainnya di sini. Satu hal yang pasti bahwa kita tidak perlu menunggu kaya raya dulu untuk bisa mendonasikan harta kita. Kalau menunggu kaya mah ya nanti tidak menyumbang apa-apa dong. :)

Setelah saya baca artikel tentang Wilson, hati saya tergerak. Saya belum punya apa-apa untuk melakukan atau memberikan sesuatu yang bermanfaat kepada orang lain, organisasi, atau komunitas. Namun, dapat saya simpulkan memberi sedikit harta kita kepada orang lain bisa membuat kita bahagia. Tidak usah jauh-jauh mengambil contoh para filantropis yang sudah menyumbangkan ratusan juta bahkan miliaran dolar Amerika. Saya melihat ayah saya yang semasa hidupnya selalu memberi contoh untuk berbagi ke orang lain. Beliau selalu terlihat ikhlas dan bahagia setelah berbagi. Beliau adalah contoh nyata yang ada di sekitar saya dan saya lihat. Berbagi itu menyenangkan. Kalau kata Michael Norton, "Money can buy happiness." Uang bisa membeli kebahagiaan jika kita tahu bagaimana caranya. Dan judul tulisan ini saya comot semena-mena dari TED talk Bapak Norton dengan judul yang sama.




Jadi, bahagia tidak melulu soal bagaimana kita membelanjakan uang kita untuk diri kita sendiri, misalnya pergi ke mall, belanja baju, borong buku, makan di restoran mewah, beli kamera mahal, dan selanjutnya silakan tambahkan sendiri daftarnya. Bahagia juga soal bagaimana kita berbagi ke orang lain. Belanja baju dan borong buku untuk kemudian disumbangkan ke panti asuhan adalah ide yang bagus. Menyumbangkan sedikit harta kita untuk korban banjir juga ide bagus. Saya percaya kalian pasti bisa memberikan segudang contoh bagaimana kita bisa mendonasikan uang kita. Hal penting yang harus kita ingat adalah dari harta kita ada hak orang lain di dalamnya.

Niat saya sekarang seandainya saya punya rejeki, saya ingin mendonasikan uang saya ke lembaga-lembaga charity terpercaya dan memiliki satu visi misi dengan saya. Entah itu lembaga yang bergerak di bidang kesehatan, pendidikan, maupun kemanusiaan. Dan lembaga yang akan saya pilih itu nantinya harus lokal, bisa di kota saya ataupun di kota-kota lain di Indonesia selama dampak lembaga tersebut bisa menjalar kemana-mana. Man, baru punya niat saja saya sudah bahagia begini. Bagaimana nanti kalau kesampaian ya? :e

Well, this is another way how to invest our money. And have you considered which charity you want to donate your money? Please share with me here...

1 comment

Saya akan senang sekali jika kalian meninggalkan komentar, tetapi jangan anonim ya. Komentar dari anonim—juga komentar yang menggunakan kata-kata kasar, menyinggung SARA, dan spam—akan saya hapus. Terima kasih sebelumnya.