Masih Clueless

Sudah tengah malam dan saya masih membaca-baca Feedly. Saya semakin menyadari satu hal: pola tidur saya resmi berantakan sudah. Jam segini mata masih terbuka lebar, tanpa rasa kantuk. Lalu, tidur di pagi buta dan bangun beberapa jam kemudian. Tergantung pada seberapa kuat saya dapat melawan mata yang terus-terusan menuntut ingin memejamkan diri.

Padahal saya sudah berjanji saya ingin mengubah pola hidup yang tidak sehat ini. Saya ingin tidur cukup. Tidur dimulai pukul 9 malam, paling telat pukul 10. Bangun setelah 7 - 8 jam kemudian. Pola tidur yang berantakan dan waktu tidur yang kurang katanya bisa bikin cepat mati. Sementara saya belum mau cepat-cepat mati. "Aku ingin hidup seribu tahun lagi," kata Chairil Anwar. Tapi, sudahlah. Saya tidak menuntut Tuhan untuk memberi saya umur panjang sampai 1000 tahun. Cukup saya diberi umur sampai saya bisa melihat anak-anak saya menikah, punya anak, dan bahagia. Kemudian, saya bisa melihat cucu saya besar dan juga bahagia. Syukur-syukur saya bisa melihat cicit lahir. Yah, kecuali pada umur 1000 tahun itu Tuhan berbaik hati memberikan saya jasad yang masih berusia 20-an mungkin akan saya pertimbangkan. 

Entah sejak kapan pola tidur saya berubah menjadi berantakan seperti ini. Mungkin karena saya terlalu selow di siang hari jadi sampai malam saya tidak merasa capek. Mungkin juga karena saya terlalu selow memikirkan banyak hal sampai terbawa hingga malam hari. Atau mungkin karena saya merasa terlalu kosong hingga saya mencari keramaian bahkan hingga ke malam hari? Akhirnya di tengah malam buta saya merasa lelah. Ngantuk, lalu tidur. You know, negatif ketika ketemu negatif jadi positif... 

Dan kepikiran akan banyak hal itu tidak asyik. Sungguh. Sumpah mati. Itu satu alasan juga yang membuat saya susah tidur. Mata mengantuk, lampu kamar sudah dipadamkan, dan ponsel bebek saya sudah dimatikan. Tapi, satu yang belum di-shut down: pikiran saya. Pikiran saya melantur ke sana ke mari. Saya pun mendelik marah. Ponsel saya nyalakan kembali. Saya buka Twitter dan meracau di sana. Atau saya mengobrol dengan teman yang belum tidur juga. Semakin susah lah saya untuk tidur.

Kembali kepada Feedly. Saya tadi membaca tulisan Om Warm yang ini, yang sebenarnya menjadi alasan utama saya menulis postingan ini. Tadinya saya ingin menulis singkat saja, tapi kenapa preambule-nya bisa sepanjang empat paragraf ya? Hah, entahlah. 

Anyway, tulisan Om Warm tersebut membuat saya semakin merenung. Tentang bertambah tua.

Tahun ini, Enstein membuktikan teorinya kalau waktu adalah hal yang relatif. Bagi orang lain mungkin tidak terasa, bagi diriku mungkin juga begitu. Nyatanya beberapa bulan lagi usiaku sudah tak lagi berada di zona 30-an.

Umur saya belum menginjak kepala 3 memang. Masih ada beberapa tahun lagi. Tapi, tetap saja saya merasa semakin... tua. Saya merasa tua sekali dibandingkan umur saya yang sebenarnya. Saya merasa saya seperti berkejar-kejaran dengan waktu. Entah siapa yang mengejar dan siapa yang dikejar. Saya hanya merasa waktu saya semakin terbatas. Entah waktu untuk apa.

Saya jadi ingat nasihat dan dorongan dari seorang kawan baik. Beliau selalu mendorong saya untuk melakukan sesuatu hal yang lebih dan bermanfaat. Beliau pulalah yang memaksa saya untuk mencari sebenarnya apa yang saya mau dalam hidup ini. Kalau dibikin dalam satu kalimat, kira-kira begini, "Kim, lo harus beraktualisasi diri." Nasihat yang sangat keren, sesungguhnya. Sayangnya, saya selalu berdalih. Saya bilang ke dia, "Aku sudah tidak bisa egois lagi. Ada hal-hal yang aku pertimbangkan dan tidak bisa aku kesampingkan. Aku harus melakukan kompromi dengan keluargaku." Saya selalu menggunakan dalih tersebut sejak ayah saya sakit. Akibatnya saya merevisi apa yang menjadi tujuan hidup. Yang kalau kata teman saya, Dhea, bilang di tulisannya: meredefinisikan mimpi. 

Sejujurnya, saya sendiri masih bingung mimpi apa yang harus diredefinisi? Karena saya, jujur saja, masih clueless

20 comments

  1. kau masih muda kim, banyak waktu untuk mengeksplorasi diri, tulisanku itu sebenernya lebih2 pada catatan utk diri sendiri, bahwa ya itulah banyak waktu ternyata yg sdh terlewatkan. tapi ya kembali lagi pada keyakinan : kalo tiap orang jalannya beda2 dalam hidup, tapi baik ataupun buruk yg teralami, itulah memang yg terbaik menurut-Nya

    kalo di masamu sekarang sih, aku teringat akan salah satu obrolan di film Malioboro Man dan blabla apa lupa persisnya, yg jelas saat ngasi tau temannya ttg nembak pake pistol : " ..don't think, just squeeze .." :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, Om. Kadang aku mikir, bisa gak sih aku berhenti berpikir rumit dan mencoba untuk lebih menikmati hidup? Maksudku, to live and enjoy the moment. Bisa enjoy the moment juga sebenarnya bisa membuat kita bahagia. Tapi, ya itu, aku sengaja membuat otakku senang berpikir rumit sepertinya. :|

      Delete
    2. Jadi si Om itu masih 30-an? Saya kira sudah 50-an? :D (kabuur)

      Delete
    3. .. wah makasih loh mas sudah salah sangka #hloh hahaha

      Delete
  2. Baru mampir udah suka sama tulisannya :)

    ReplyDelete
  3. waktu itu stagnan, kita saja yang merasakan betapa cepat waktu berlalu karena banyak hal terjadi dan terus menerus berubah karena teknologi

    ReplyDelete
  4. Duh.. Postingannya berat. :'

    Mungkin Mbak Kim harus nyobak sesuatu yang baru. Yang lebih menegangkan. :P

    ReplyDelete
  5. Sama..
    Sejak semester 7 juli lalu pola tidur aku juga berantakan
    Soalnya udah enggak ada kuliah lagi sih..

    jadi bangun gak pernah pagi. siang terus wkwk

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bangun siang itu sesungguhnya... menyenangkan! Iya kan? :D

      Delete
  6. Pantesan aku sering ngeliat cuitanmu di Twitter menjelang tengah malem :))

    Kamu lanjut s2 aja Kim. Jadi peneliti. Bikin paper yg banyak. Nanti kamu bisa jadi ahli psikologi andal yg jadi rujukan banyak orang :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. setuju :D
      atau coba geluti kesenangan-kesenangan kamu yang lain. mungkin nanti dapat clue
      #cumansaran

      Delete
    2. Nah, kalian berdua, Adit dan Mas Huda, doakan saja semoga saya bisa S2 ya. Terima kasih atas doa dan perhatiannya. :D

      Delete
  7. Kontemplasi yang bagus.. semoga segera menemukan clue nya :D

    ReplyDelete
  8. Saya yg hampir 50-an tahun saja merasa masih seperti 17-an kok. 17 Agustus-an maksudnya. Hi....7x

    ReplyDelete
    Replies
    1. 17 Agustus-an kan semangat terus, Pak. Ikutan lomba terus maksudnya. Eh, gitu kali ya maksudnya? Hihihihi...

      Delete

Saya akan senang sekali jika kalian meninggalkan komentar, tetapi jangan anonim ya. Komentar dari anonim—juga komentar yang menggunakan kata-kata kasar, menyinggung SARA, dan spam—akan saya hapus. Terima kasih sebelumnya.