Kok Bisa? Ya Bisa.

Selain hobi nonton WWE, ibu saya juga hobi nonton Indosiar. Entah kenapa beliau suka dengan stasiun televisi yang satu ini dan jarang melirik stasiun televisi yang lain. Ayah saya dulu sampai ngomel-ngomel. Karena malas harus rebutan remote televisi, akhirnya ayah saya mengalah. Beliau membeli televisi baru dan memasang Indovision sendiri di ruang kerjanya. 

Sejak ayah saya meninggal, praktis saya tidur menemani ibu saya. Mau tidak mau saya menonton apa yang beliau tonton. Saya sampai hapal jadwal siaran Indosiar. Pagi-pagi sudah ada Mama Dede dan dilanjut dengan Keluarga Somat. Lalu, ada sinetron sejenis FTV yang ceritanya monoton. 

Cerita-cerita FTV Indosiar tidak jauh-jauh dari laki-laki beristri wanita sholehah, selingkuh dengan wanita penggoda, dan wanita ini jahatnya amit-amit. Si wanita penggoda haus akan harta, ambisius, dan egois. Saking jahatnya dan demi menguasai harta laki-laki tersebut, dia akan menyingkirkan istri sholehah itu dengan berbagai cara. Entah itu menculik anaknya atau mengancam yang macam-macam. Di akhir cerita, wanita penggoda mendapatkan karma dan bertobat, kemudian meninggal. Cerita yang lain yang menjadi tokoh antagonisnya adalah si laki-laki yang beristri wanita sholehah. Laki-laki ini pemabuk, tidak bertanggung jawab, dan selingkuh. Di cerita yang lain lagi, seorang laki-laki yang alim dan sholeh beristrikan wanita yang tidak patuh pada suaminya. Laki-laki ini bukan orang kaya raya sementara istrinya ini sangat mengutamakan materi. Istrinya ngamuk-ngamuk karena ingin punya uang banyak. Sama seperti contoh cerita yang pertama, di akhir cerita tokoh-tokoh antagonis ini menyadari kesalahannya, mereka mendapat karma, dan mereka bertobat.

Tadi pagi sekilas saya menonton FTV di Indosiar. Masih ingat dengan Leily Sagita? Ibu satu ini biasa mendapatkan peran antagonis. Mungkin wajahnya memang cocok untuk memerankan karakter antagonis. Belakangan ini saya semakin sering melihat wajahnya di Indosiar. Terlintas di benak saya bisa jadi rumah produksi yang membuat FTV ini ingin mengubah tren cerita. Mungkin mereka sudah bosan dengan tokoh wanita muda penggoda suami orang atau laki-laki yang doyan selingkuh. Maka Leily Sagita muncul kembali untuk memerankan ibu atau mertua yang jahat.


gambar dari sini


Cerita FTV tadi pagi yang saya tonton begini... Leily Sagita memerankan tokoh ibu-ibu yang jahat. Dia kaya raya. Punya anak perempuan yang menikah dengan pria biasa-biasa saja. Ternyata ibu dari menantunya--alias besannya--adalah seorang pembantu. Ibu-ibu yang diperankan Leily (saya lupa nama tokohnya. Mari kita sebut saja Nyonya Jahat) ini malu punya besan seorang pembantu. Mari kita sebut besannya ini dengan nama Nyonya Baik. Dia mengancam menantunya untuk tidak mengakui ibunya sendiri. Kalau menantunya ini bandel, dia akan mengusir menantunya dari rumah dan memecat dia dari jabatan tinggi di perusahaannya. Bahkan kartu kredit menantunya sendiri diblokir agar tidak bisa dipakai untuk membayar biaya rumah sakit. Padahal yang sakit adalah anak kandungnya sendiri karena kehamilannya bermasalah. Jika tidak dibayar, maka tidak ada tindakan dari rumah sakit. Jika tidak ada tindakan, anaknya akan keguguran.

Nyonya Jahat bergeming. Dia tidak peduli meski anaknya keguguran dan kehilangan calon bayinya. Nyonya Jahat baru mau membayar biaya rumah sakit seandainya menantunya menuruti kemauannya, yaitu tidak mengakui ibu kandungnya. Menantunya menolak. Meski ibunya hanya seorang pembantu, wanita itu tetaplah wanita yang melahirkannya. Nyonya Jahat pergi. Nyonya Baik mengejar Nyonya Jahat. Dia memohon kepada Nyonya Jahat untuk menolong anaknya. Dia akan mengaku di depan rekan-rekan bisnis Nyonya Jahat kalau dia bukan besan Nyonya Jahat, bahwa dia sebenarnya adalah seorang pembantu. Nyonya Jahat tersenyum bengis. Dia bilang, "Baiklah. Tapi, sebelum itu kamu cium dulu kaki saya." Atau "sembah dulu kaki saya" atau "sujud dulu kepada saya". Semacam itulah dialognya. Nyonya Baik yang sangat menyayangi anak dan menantunya terpaksa menuruti kemauan Nyonya Jahat.

Ceritanya sungguh tidak masuk akal ya? Begitulah cerita sinetron dan FTV kita. Kebanyakan tidak masuk akal. Ibu saya sangat sebal dan benci dengan tokoh-tokoh jahat ini. Berkali-kali beliau bertanya ke saya, "Kok bisa ya ada orang sejahat itu? Masak iya sih ada orang bisa jahat kayak begitu?" Meski sebal setengah mampus tetap saja ibu saya nonton acaranya. :r

Karena saya malas melihat ibu-ibu jahat seperti itu, saya lanjutkan saja buku yang sedang saya baca saat ini. Saya biarkan ibu saya menikmati tontonannya sendirian. Saya lanjut terbenam dalam kengerian kisah tiga diktator yang namanya sudah sangat kita kenal: Lenin, Stalin, dan Hitler.


gambar dari Goodreads


Membaca Lenin, Stalin, dan Hitler: Era Bencana Sosial karangan Robert Gellately ini membuat Nyonya Jahat tidak ada apa-apanya. Pertanyaan ibu saya tadi, "Kok bisa ya ada orang sejahat itu? Masak iya sih ada orang bisa jahat kayak begitu?" awalnya ingin saya jawab, "Ah, mana mungkin ada ibu-ibu yang seberani itu menyuruh besannya sendiri mencium kakinya. Ceritanya sungguh tidak masuk akal." Tetapi, setelah membaca buku ini membuat saya mengoreksi pikiran saya. Orang jahat, sombong, dan bengis seperti Nyonya Jahat itu pasti ada di dunia ini. Lha wong Lenin, Stalin, dan Hitler yang super jahat dan super bengis juga super tidak berperikemanusiaan itu saja pernah hidup kok, apalagi yang hanya sekelas Nyonya Jahat.

Jujur saja, saya sendiri sempat tidak percaya dan menolak kenyataan bahwasanya ada orang sejahat mereka ini. Sepanjang membaca buku ini tidak henti-hentinya saya berpikir, "Kok bisa ada orang sejahat ini? Sebengis ini?" Akhirnya saya berhenti berpikir seperti itu. Menolak kenyataan bahwa ada orang bisa jahat sungguh sesuatu hal yang sangat sia-sia. Karena pada kenyataannya bajingan does exist. Lenin, Stalin, Hitler, dan para diktator lainnya adalah orang-orang jahat yang mendapat panggung dan kekuasaan. Mereka menciptakan sejarah dan mengubah dunia, in a bad way.

Lalu, bagaimana sekarang? Ya tidak bagaimana-bagaimana sih. Bagi saya pribadi sebisa mungkin saya tidak menjadi bajingan dalam hal apapun. Saya terus-menerus belajar untuk tidak mematikan hati dan rasa. Mempunyai kepekaan ini penting agar saya tidak terjerumus seperti Lenin, Stalin, dan Hitler. Supaya saya tidak tega untuk menyakiti orang lain. Ya, siapa tahu kan suatu saat nanti saya dapat panggung kehormatan dan kekuasaan. Saya harus belajar jadi pemimpin dan jadi orang hebat dari sekarang dong ah. *halah*

Begitulah. Semoga saja di masa kita sekarang dan generasi yang akan datang tidak harus dan tidak akan mengalami lagi yang oleh Robert Gellately sebut sebagai era bencana sosial. 

13 comments

  1. Oh My God, FTV memang sedang merajalela di mana-mana , ndak RCTI, SCTV ternyata Indonesiar juga ada :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, Mas. Khusus di Indosiar cerita FTV monoton banget dah. :r

      Delete
  2. Wah, Lely Sagita, bisa dapat lifetime award itu, jadi ikon mertua galak indonesia :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahaha... Mas Galih bisa saja. Ngomong-ngomong, Leily Sagita ini pernah dapat peran ibu-ibu baik gak ya?

      Delete
  3. > nonton gulat brutal

    > nonton ftv brutal

    Penasaran, apa ibunya mbak Kim juga suka musik keras. Jangan-jangan metalhead. :))

    ReplyDelete
  4. saya suka FTV! lebih mending dibanding sinetron, tapi ya paling seneng waktu ftv masih di sctv dan pemainnya prisia nasution.. :D

    dan ini kok ya ada aura curcol terselubung teramat dalam & halus dalam postingan ini, juga aura ambisi karir yang mulai menyeruak #halagh

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahaha... Kok Om Warm bisa tahu sih? Kok bisa Om membaca tulisanku ini sampai ke arah sana? Aku jadi malu. :$

      Delete
  5. Dulu gue sering ngomenin sinetron gini: "Ini sinetron pada ga logis semua. Nggak masuk akal ceritanya." eh tahunya, gue kemakan kata-kata gue sendiri, kim. Karena hingga detik ini, nggak harus nonton sinetron (atau tv) hidup gue ternyata selalu dikelilingi hal-hal nggak logis. Ketidaklogisan dimana-mana.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Cerita dong ketidaklogisannya itu seperti apa. :D

      Delete
  6. Sesungguhnya orang-orang jahat adalah orang yang kekurangan perhatian dan kasih sayang.. :(

    ReplyDelete
  7. Aku juga nggak habis pikir dengan orang-orang jahat yang jahatnya nggak ketulungan itu.... Sama nggak pahamnya kenapa film ganteng-ganteng serigala kok bisa laris bingits....

    ReplyDelete
  8. Emang, FTV super monoton alur ceritanya!!!

    ReplyDelete

Saya akan senang sekali jika kalian meninggalkan komentar, tetapi jangan anonim ya. Komentar dari anonim—juga komentar yang menggunakan kata-kata kasar, menyinggung SARA, dan spam—akan saya hapus. Terima kasih sebelumnya.