[Film] Sabtu Bersama Bapak

Judul: Sabtu Bersama Bapak
Sutradara: Monti Tiwa
Produser: Ody Mulya Hidayat
Penulis Skenario: Adhitya Mulya
Pemain: Abimana Aryasatya, Ira Wibowo, Arifin Putra, Acha Septriasa, Deva Mahenra, Sheila Dara Aisha
Production Company: Maxima Pictures
Durasi: 90 menit
Rating: 5/5

Ketika Gunawan Garnida (Abimana Aryasatya) mengetahui dirinya mengidap penyakit kanker dan hidupnya tidak lama lagi, dia memutuskan untuk tetap membesarkan anak-anaknya dengan cara yang tidak biasa, yaitu membuat rekaman video. Nantinya video-video tersebut akan ditonton oleh kedua anaknya, Satya (Arifin Putra) dan Cakra (Deva Mahenra), setiap hari Sabtu. Gunawan berharap meski dia tidak hadir secara fisik di tengah-tengah keluarganya, tapi dia tetap bisa membimbing anak-anaknya agar mereka tidak kehilangan arah.

Satya dan Cakra lalu tumbuh dewasa. Satya sudah menikah dengan Risa (Acha Septriasa) dan dikaruniai dua anak laki-laki, yaitu Rian dan Miku. Mereka tinggal di Paris. Sementara Cakra di usia 30 punya karir bagus di salah satu bank di Jakarta. Keduanya memiliki persoalan sendiri yang menjadi cerita film ini.


Satya yang terlalu berusaha menjadi kepala keluarga yang sempurna menimbulkan percekcokan dengan Risa. Risa merasa dia sudah memberikan yang terbaik untuk Satya, namun itu tidak pernah cukup bagi Satya. Sementara Cakra ingin segera menikah, sayang dia tidak pandai mendekati wanita.

Film ini diadaptasi dari novel berjudul sama yang ditulis Adhitya Mulya. Saya sudah menulis review novel tersebut di blog buku saya. Begitu saya tahu Sabtu Bersama Bapak dijadikan film saya tahu saya harus menonton film ini. Harus. Tidak bisa tidak. Saya suka novelnya, yang saya beri nilai 5 dari 5, mana mungkin saya melewatkan filmnya.

Saya punya harapan cukup tinggi terhadap film ini. Apakah nanti filmnya bisa sebagus novelnya? And, damn, it was so good. Mulai dari akting para pemainnya yang natural hingga dialognya yang bisa dijadikan kutipan di sana sini. Baru menit pertama film ini saya sudah menangis. Menangis lho ya, bukan sekadar menitikkan air mata. Kalau tidak ingat saya sedang di bioskop, pasti saya sudah menangis sesenggukan sampai susah bernafas. Aura kebapakan Abimana menonjol kuat. Suara dan tatapan matanya yang dalam dan dari gestur tubuhnya sudah lebih dari cukup membuat saya merasakan kepedihan Gunawan. Setiap kali Gunawan muncul saya teringat bapak saya. Makanya saya jadi sangat sentimental begini.

Tidak hanya membuat saya menangis, film ini juga bisa membuat saya tertawa terpingkal-pingkal hingga perut saya sakit. Sepanjang film saya tertawa dan menangis bergantian dalam porsi yang sama. Saya hampir tidak kuasa menahan air mata mana kala Gunawan muncul dan saya juga selalu tertawa melihat kekonyolan Cakra. Interaksi Cakra dengan anak buahnya, Firman (Ernest Prakasa) dan Wati (Jennifer Arnelita), juga sukses bikin saya ngakak.

Cerita Satya dan Cakra mendapatkan bagian yang sama. Konflik yang satu tidak lebih sedikit atau pun lebih banyak dari yang lain. Memang ada perubahan sedikit cerita di film, yaitu konflik Satya dengan Risa, tapi itu tidak mengganggu.

Saya suka melihat akting Acha Septriasa di sini. Sebelumnya satu-satunya film Acha yang saya tonton hanyalah Heart dan saya tidak suka. Di film ini aktingnya cukup bagus. Adegan pertengkarannya dengan Arifin Putra terasa nyata. Acha menghayati perannya sebagai ibu dan istri. Hanya saja, menurut saya, wajahnya masih terlihat terlalu muda untuk menjadi ibu dari dua orang anak yang entah usianya berapa. Nah, ini yang bikin saya cukup bingung. Usia Rian dan Miku ini sebenarnya berapa sih? Kok ya sudah bongsor begitu si Rian. Padahal kan usia pernikahan Satya dan Risa delapan tahun, tapi dengan badan Rian sebesar itu membuat saya tidak yakin umurnya 7 atau 8 tahun. Kasihan Acha, yang badannya mungil, jadi hampir tenggelam dengan badan besar Rian. Kalau Arifin Putra sudah tidak usah kita bahas lagi ya. Dia mah memang keren.

Akting Deva Mahenra mampu mencuri perhatian saya. Maafkan saya kalau sebelumnya saya tidak tahu siapa Deva Mahenra. Tadinya saya pikir Deva ini siapa? Aktor pendatang baru kan? Memang filmnya sudah berapa sih? Memang dia sudah main di mana saja? Jadi, saya cukup kaget melihat Deva sangat pas memerankan Cakra. Tidak ada kagok.

Akhirul kalam, saya sangat merekomendasikan Sabtu Bersama Bapak untuk kalian tonton. Bagi yang belum menonton film ini, ayo segera ke bioskop. Nanti keburu turun lho. Sebelum ke bioskop, yuk nonton dulu trailer-nya.



8 comments

  1. Saya juga niatnya hari ini mau nonton film ini dengan teman-teman kantor. Penasaran karena karena lihat trailer-nya, sepertinya ceritanya simple dan nggak berat tapi banyak pesan tersiratnya.

    #blogwalking

    ReplyDelete
    Replies
    1. Jadi, bagaimana setelah menonton filmnya? Bagus kan? :D

      Delete
  2. wih ratingnya 5/5! jadi penasaran seperti apa ini film

    ReplyDelete
    Replies
    1. Filmnya bagus banget. Ayo nonton! Mumpung masih ada di bioskop.

      Delete
  3. belum ada film tentang olahraga ya?
    salam kenal!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Salam kenal juga. Terima kasih sudah mampir ya. :)

      Delete
  4. Waaah saya pengin lihat aktingnya acha nih, semakin hari semakin jempol nih aktingnya, tapi sayang belum bisa nonton, masih belum pulang ke Indinesia.

    ReplyDelete

Saya akan senang sekali jika kalian meninggalkan komentar, tetapi jangan anonim ya. Komentar dari anonim—juga komentar yang menggunakan kata-kata kasar, menyinggung SARA, dan spam—akan saya hapus. Terima kasih sebelumnya.