Tamu dari Jakarta

Day 4.

Hari Senin (26/12) kemarin teman saya, Pikah dan Jody, datang dari Jakarta. Sudah lama saya tidak bertemu dengan mereka. Untunglah kemarin itu saya tidak ada janji dengan siapa-siapa dan sedang tidak sibuk juga sehingga saya masih bisa menyempatkan diri untuk bertemu.

Sore-sore saya ajak mereka berdua untuk makan pempek. Menurut saya, pempek di Bandar Lampung tidak kalah dengan pempek asli dari Palembang. Ini memang masalah selera sih. Intinya demikian lah. Kami makan pempek di tempat langganan saya. Namanya Pempek 91. Saya dan keluarga sudah menjadi pelanggan setia toko Pempek 91 sejak lama sekali, sejak saya masih SD sampai sekarang. Saya lupa tepatnya SD kelas berapa. Pokoknya sejak SD deh. Dari anak-anak pemilik toko yang unyu-unyu lucu hingga sekarang sudah besar-besar badannya dan sudah kuliah semua.


Cukup lama kami di sana, dari pukul 5 sore sampai pukul 7 malam. Makan pempeknya sih sebentar, tapi ngobrolnya yang lama. Harap maklum ya namanya juga sudah lama tidak bertemu jadi ada saja yang dijadikan bahan obrolan. Apalagi Pikah kan orangnya ramai banget. Kalau Jody sih orangnya kalem.

Sejujurnya, ketika hari beranjak malam dalam hati saya rada-rada cemas. Sebelumnya saya tidak pernah keluar malam sendirian. Meskipun saya jalan sama kakak atau sama mantan pacar tetap saja saya ditelpon ibu saya kalau sampai pukul 9 saya belum ada di rumah. Iya, saya di umur segini masih kena jam malam coba. Kadang suka sebal, tapi ya sudahlah. Patuh saja deh sama orangtua.

Saya cemas karena takut sewaktu-waktu ditelpon ibu saya. Hati saya terbelah antara ingin pulang saja atau tetap menemani Pikah dan Jody. Halah, terbelah. Lebay banget.

Kalau ingin mengikuti kata hati sih, saya ingin menemani mereka sampai tengah malam juga tidak apa-apa. Saya orangnya senang ngobrol dengan orang-orang yang menurut saya asyik. Pikah dan Jody ini asyik. Ditambah lagi di kota kecil ini saya hampir tidak punya teman asyik. Teman saya yang asyik bisa dihitung dengan jari dan itupun tidak habis. Jadi, dengan kedatangan Pikah dan Jody ini tentu membuat saya senang. Banget. Mereka ini hiburan buat saya. Halah.

Akhirnya saya putuskan untuk lanjut menemani mereka deh. Rugi banget kalau bertemu dengan mereka cuma sebentar. Kami pun pindah tempat ke Liep's Cafe, yang hadir di Bandar Lampung sejak 2014 yang lalu. Liep's Cafe termasuk kafe favorit saya. Tempatnya nyaman dan makanannya enak-enak]. Pikah sepakat sama saya. Dia juga suka nongkrong di sini.

Obrolan kami berlanjut. Tentang pandangan kami mengenai media sosial, tentang pekerjaan Pikah dan Jody, tentang cinta, tentang agama, dan tentu saja tentang orang lain (baca: ngegosip). Kalau saja ibu saya tidak menelpon menyuruh saya pulang, niscaya saya akan lupa waktu. Rasanya saya ingin menghabiskan malam dengan mengobrol banyak hal bersama mereka sayangnya saya harus pulang.


fotonya gelap banget ya?


Terima kasih, Pika dan Jody, sudah mau main ke Bandar Lampung. Kalian berdua telah me-recharge bateraiku! Sering-sering main ke sini ya!

6 comments

  1. Kalau saya ke lampung kira2 diajak makan pempek 91 jg ga ya.. *bayangannya malah makanan aja --"

    ReplyDelete
  2. Kalau saya ke lampung kira2 diajak makan pempek 91 jg ga ya.. *bayangannya malah makanan aja --"

    *copas wkwkwk*

    ReplyDelete
  3. Huft, jadi pengen ke Lampung juga biar ditraktir pempek xD

    ReplyDelete
  4. @ Om Warm, Mas Galih, Chika
    Iya, kalian semua aku ajak makan pempek. :D

    ReplyDelete
  5. pempek mahal ituuuuu! aku juga mau dibayariiiinnnnn...

    ReplyDelete

Saya akan senang sekali jika kalian meninggalkan komentar, tetapi jangan anonim ya. Komentar dari anonim—juga komentar yang menggunakan kata-kata kasar, menyinggung SARA, dan spam—akan saya hapus. Terima kasih sebelumnya.