Perihal Tuhan

Day 28.

Saya membaca tulisan Teh Vei yang berjudul Mengenali Tuhan. Setelah membaca tulisan tersebut saya jadi mengingat-ingat bagaimana dulu ceritanya saya bisa mengenal Tuhan. Saya juga menulis ini untuk menepati janji saya di sini

Begini...

Ketika kita lahir, kita tidak dapat memilih agama untuk kita anut. Orangtua yang memilihkan agama untuk kita. Dengan kata lain kita mengikuti agama orangtua kita tanpa kita diberikan kesempatan untuk memilih.

Lalu, kita diajarkan tentang Tuhan dan agama.

Orangtua saya tidak terlalu relijius. Mereka menjalankan ritual keagamaan dan mengajarkan kepada saya untuk juga menjalankannya tanpa saya diberitahu kenapa saya harus melakukannya. Untuk apa sholat? Kenapa sholat itu wajib? Kenapa harus puasa? Kenapa harus begini? Kenapa tidak boleh begitu?

Jawaban pamungkasnya pasti: Biar tidak dosa dan dapat pahala. Biar Tuhan tidak marah. Biar kita masuk surga.

Jadi, sejak kecil pemahaman saya soal agama hanya terkait surga dan neraka. Saya takut masuk neraka. Saya takut disiksa Tuhan. Saya ingin masuk surga meski saya tidak tahu kenikmatan surga itu seperti apa. Yang saya tahu guru ngaji saya pernah bilang di surga kita bisa mendapatkan apa saja yang kita mau. Sebagai anak kecil yang hobi makan chiki dan main sega, saya mikir sambil senyum-senyum, "Berarti nanti di surga kalau aku pengen chiki tinggal bilang aja ya, 'Tuhan, aku pengen chiki.' Terus, chiki muncul. Atau, 'Tuhan, aku mau main game.' Terus, main game deh."

Saya semakin takut masuk neraka setelah membaca komik lama tentang siksa neraka. Gambarnya (jelek sekali dan) menyeramkan. Kalau suka mengadu ayam, nanti di neraka giliran dia diadu sama ayam-ayam. Ada usus terburai. Ada apalagi ya... Ah, entahlah. Saya tidak mau mengingat-ingatnya.

Sampai akhirnya di satu titik saya merasa lelah. Saya capek kalau harus mengenal Tuhan saya hanya melalui dikotomi surga dan neraka. Sungguh, bagaimana kamu bisa mencintai Tuhanmu kalau kamu mengenalnya melalui yang seram-seram saja? Nikmat Tuhan itu luas sekali. Tuhan Maha Baik. Tuhan itu tidak seseram yang ada di komik jadul itu.

Lalu, saya berhenti berpikir tentang siksaan Tuhan. Lebih tepatnya saya tidak mau terlalu memikirkannya. Saya tidak mau mengenal Tuhan saya hanya terfokus pada dosa dan neraka. Saya ingin mencintai Tuhan dengan sungguh-sungguh, bukan dengan hanya takut pada siksa-Nya. Saya meyakini kalau saya mencintai Tuhan pasti saya tidak ingin menyakiti-Nya. Dengan sendirinya saya pasti akan menjauhi hal-hal yang tidak disukai Tuhan. 

Iya, kan?

Pikiran saya sekarang berubah. Saya memilih untuk fokus pada kebaikan Tuhan. Begitu banyak karunia yang Tuhan kasih ke saya dan saya harus membalas-Nya. Dengan cara bagaimana? Dengan mencintai-Nya. Dengan banyak bersyukur. Dengan berbuat baik kepada orang lain. Dengan menjaga alam. Dengan tidak melakukan hal-hal yang membuat Tuhan marah sama saya.

Saya tidak lagi memikirkan soal surga dan neraka. Saya tidak peduli di Hari Akhir nanti Tuhan mau memasukkan saya ke dalam golongan yang mana. Yang saya tahu pada saat ini -- saat saya masih diberi nafas -- saya ingin terus-menerus mengenal Tuhan saya dengan baik. Saya hanya ingin Tuhan terus sayang sama saya. Dan, saya harus melakukan hal-hal yang membuat Tuhan tetap sayang sama saya sampai nanti saya berhenti bernafas. 

9 comments

  1. Kim. Seriusan ini salah satu dari sekian banyak tulisan terbaikmu. Saya sampai menghela napas saat sampai di paragraf terakhir.

    Terimakasih tulisan bagus ini. Terimakasih

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ah, Om. Ini hanya sebuah renungan kok. Dan juga sebagai pengingat untuk diri sendiri.

      Delete
  2. Dulu sewaktu saya masih dalam pencarian, saya pernah termenung dengan dalil yg ini :

    Dari Abul ‘Abbas ‘Abdullah bin ‘Abbâs Radhiyallahu anhuma , ia mengatakan, “Pada suatu hari, aku pernah dibonceng di belakang Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu beliau bersabda, ‘Wahai anak muda, aku akan mengajarkan kepadamu beberapa kalimat: ‘Jagalah Allah, niscaya Allah akan menjagamu. Jagalah Allah, maka engkau akan mendapati-Nya di hadapanmu. Jika engkau memohon (meminta), mohonlah kepada Allah, dan jika engkau meminta pertolongan, mintalah pertolongan kepada Allah. Ketahuilah, bahwa seandainya seluruh umat berkumpul untuk memberi suatu manfaat kepadamu, maka mereka tidak akan dapat memberi manfaat kepadamu, kecuali dengan sesuatu yang telah ditetapkan Allah untukmu. Sebaliknya, jika mereka berkumpul untuk menimpakan suatu kemudharatan (bahaya) kepadamu, maka mereka tidak akan dapat menimpakan kemudharatan (bahaya) kepadamu, kecuali dengan sesuatu yang telah Allah tetapkan atasmu. Pena telah diangkat dan lembaran-lembaran telah kering.’” [HR. at-Tirmidzi, dan ia berkata, “Hadits ini hasan shahîh.”]

    Dalam riwayat selain at-Tirmidzi disebutkan, “Jagalah Allah, maka engkau akan mendapati-Nya di hadapanmu. Kenalilah Allah ketika senang, maka Dia akan mengenalmu ketika susah. Ketahuilah bahwa apa yang luput darimu tidak akan menimpamu, dan apa yang menimpamu tidak akan luput darimu. Ketahuilah bahwa pertolongan itu bersama kesabaran, kelapangan bersama kesempitan, dan bahwa bersama kesulitan ada kemudahan.”


    Sedangkan untuk masalah nikmat :
    Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah Subhanahu wa Ta’ala, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. [an-Nahl/16:18]

    ReplyDelete
    Replies
    1. oh yes this is sooo right....
      Salah satu cara termudah dan paling awal mengenal Allah ya mengerjakan perintahNya dan menjauhi laranganNya. Kalau yang ini sudah menetap menjadi kebutuhan dan bukan sekedar komoditi kewajiban, yang lain nyusul... Ya hidayah, ya rejeki, ya keselamatan, ya jodoh... #ehapagimana 😆😆😆

      Delete
    2. @ Bandaro Sati
      Terima kasih atas pengingatnya, Mas. Jadi semakin semangat untuk mengenal Allah. :D

      Delete
  3. Baca ini setelah perasaanku yang tidak menentu kemarin-kemarin rasanya sejuk. Thanks, Kimci..:)))

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sama-sama, Mbak. Senang bisa membuat sejuk hati Mbak Anggi. Eaaa...

      Delete
  4. saya mau komen tapi takut mematahkan semangatmu. bahahaha...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ya sudah. Tidak apa-apa. Silakan kalau mau komen. Mana tahu semangat orang lain yang terpatahkan. :P

      Delete

Saya akan senang sekali jika kalian meninggalkan komentar, tetapi jangan anonim ya. Komentar dari anonim—juga komentar yang menggunakan kata-kata kasar, menyinggung SARA, dan spam—akan saya hapus. Terima kasih sebelumnya.