Seberapa Penting Sih Pendidikan Itu?

Day 15.


"Perempuan itu nggak perlu sekolah tinggi-tinggi kalau ujung-ujungnya nanti cuma di dapur, sumur, dan kasur."
"Buat apa sekolah? Toh banyak juga orang yang gak sekolah tapi bisa sukses dan punya duit banyak."


Saya yakin setidaknya satu kali dalam hidup kalian pernah mendengar orang lain berkata demikian. Bagaimana rasanya? Sebal? Kesal? Kalau saya sih rasanya pengen saya jitak tuh manusia yang ngomong seperti itu.

Jangan bilang perempuan tidak perlu sekolah tinggi. Nanti yang mendidik anak-anak kalian itu istri kalian lho. Lalu, kalau ada yang bilang banyak orang tidak sekolah tapi bisa sukses, tunggu dulu... Mereka mungkin tidak sekolah tinggi, tapi mereka punya nilai lebih di sisi lain. Mereka ulet, nggak cengeng, pintar juga, kreatif, dan segudang syarat lainnya untuk bisa sukses. Contoh paling hits ya siapa lagi kalau bukan Ibu Susi Pudjiastuti.


Saya ingin kasih contoh paling dekat di kehidupan saya, yaitu ayah saya. Ayah saya anak petani. Kakek saya dulu tinggalnya di kampung. Beliau sadar anaknya ini harus sekolah. Berhubung di kampung tidak ada sekolah maka sejak TK ayah saya sudah dititipkan ke saudara kakek di kota.

Ayah saya membayar pengorbanan kakek saya. Gelar sarjana S1 didapatnya dengan susah payah. Dua belas tahun kuliah karena dulu dosen-dosen beliau masih dosen dari Jakarta. Harap maklum. Bikin skripsi pun berdarah-darah. Literally. Mengetik berlembar-lembar memakai mesin ketik membuat jarinya terluka. Singkat cerita, ayah saya lulus S1. Kehidupan beliau, dan kami, pelan-pelan membaik. Pendidikan, bersama doa dan usaha, mengubah nasibnya.

Belajar dari pengalaman ayah saya membuat saya percaya pendidikan itu sangat penting apalagi di jaman sekarang. Persaingan di dunia kerja semakin ketat. Kalau kita tidak punya nilai lebih, salah satunya lewat pendidikan, lalu apa yang ingin kita jual?

Jujur saja dulu sewaktu jaman saya masih ababil saya tidak terlalu suka sekolah. Saya bukan murid pintar. Saya minder di sekolah. Dulu saya berpikir buat apa sih belajar sin cos tan, hukum kekekalan, neraca, dan lainnya itu? Toh, nanti kan pas kerja semua itu tidak dipakai. Dan, yah, memang di pekerjaan saya yang sekarang hampir semua yang saya pelajari dulu itu tidak dipakai.

Tetapi, bukan itu poin yang ingin saya sampaikan.

Perjalanan panjang kita dari TK, SD, SMP, SMA, hingga kuliah jangan bilang adalah hal yang sia-sia. Pendidikan membentuk karakter kita. Dari pelajaran yang paling kita benci hingga yang paling kita sukai, secara langsung maupun tidak, akan bermanfaat buat kita kelak. Teman-teman yang kita dapat di sekolah, musuh yang kita cari ataupun tidak, guru-guru favorit dan bukan favorit, semuanya menambah nilai dalam hidup kita.

Iya, pendidikan bisa membantu kita mendapatkan pekerjaan yang layak, tetapi tidak hanya itu. Lebih luas lagi pendidikan juga mengajarkan kita untuk berpikir kritis dan logis agar kita tidak mudah dibodohi. Agar hidup kita tidak bagaikan kerbau dicucuk hidungnya. Agar kita tidak membebek begitu saja pada orang yang kita anggap sebagai panutan. Agar kita bisa melihat, membaca, dan merasakan ketidakadilan, kejanggalan, kejahatan yang ada.

Pendidikan tidak hanya mengubah nasib kita, tetapi kita juga bisa menggunakannya untuk membantu orang lain mengubah nasibnya. Terserah pada kita bagaimana kita mau menggunakan pendidikan yang sudah kita dapatkan.

Sekarang saya menyesal. Seandainya saja waktu bisa diulang dan saya bisa kembali ke masa-masa saya sekolah dulu saya akan belajar sungguh-sungguh. Mata pelajaran apa saja akan saya lahap habis-habisan. Saya tidak akan semudah itu untuk menyerah. Tidak seperti dulu.

Cuma ya sudahlah. Tidak apa-apa. Toh, nasi sudah menjadi bubur. Lebih baik saya nikmati saja hidup ini. Saya akan menikmati hidup ini seraya terus belajar sampai nanti saya sudah tidak sanggup lagi belajar. Belajar apa saja, pada siapa saja. Karena pendidikan itu tidak harus berada di dalam gedung sekolah.

Kepada kalian yang masih sekolah, sekesal dan sebenci apapun kalian sekarang pada sekolah, pelajaran, teman, dan guru, jangan pernah menyerah ya. Belajar yang rajin. Percaya deh hal-hal yang sekarang bikin kalian kesal itu akan bermanfaat untuk kalian di masa depan. SEMANGAT! 💪

13 comments

  1. Dua paragraf terakhir itu sungguh semacam meletupkan adrenalin saya, ya belajar memang harusnya tak mengenal batas dalam bentuk apapun. Terimakasih banyak2 atas tulisan bagus ini ya 🤘

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sama-sama. Senang kalau tulisanku bisa bermanfaat buat orang lain. :)

      Delete
  2. Aaaaawwwww... Such a wise thought from my dearly Kimchi.... Tengku sudah mengingatkan...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Btw, ini diriku, bundanya sita.. hehehe

      Delete
    2. Wew. Sita sudah punya akun G+. Punya blog juga gak? Hihihi...

      Delete
  3. Postingan yang menari, Mbak Kimi. Sesungguhnya pendidikan tidak lagi membedakan laki-laki atau perempuan. Mereka memiliki hak yang sama untuk mendapatkan pendidikan. Lebih dari itu, pendidikan juga tidak hanya semata-mata diperoleh dari bangku pendidikan formal. Kehidupan yang berlangsung nyata di depan mata justru malah mampu menjadi kurikulum pendidikan yang sesungguhnya dengan berprinsip pada pendidikan sepanjang hayat. (Duh, sok tahu). Tetap semangat.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul, Pak. Saya sepakat pendidikan tidak hanya terbatas di bangku pendidikan formal. Kita bisa memperoleh pendidikan di mana saja dan dari siapa saja.

      Delete
  4. Setuju. Tidak ada yang tidak bermanfaat. Sin cos tan yang tidak terpakai saat sekarang pun, proses mempelajarinya akan membentuk diri kita di masa depan.

    ReplyDelete
  5. Liat deh berita-berita nasional kita, banyak berita yg bikin kita rasanya pengen jedukin kepala ke tembok. Ngakunya pejabat, ngakunya dosen, ngakunya lulusan S3 universitas ternama...tapi kelakuannya kayak anak kecil. Itulah pentingnya pendidikan, kalo kata gua. Dan pendidikan yg gua maksud, bukan hanya pendidikan intelektual, tapi juga pengembangan emosional dan karakter.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yup. Betul sekali. Pendidikan tidak hanya terbatas pendidikan di sekolah, tetapi juga pendidikan di luar sekolah. Sejatinya sih di mana saja kita berada kita harus menimba ilmu pada siapa saja dan belajar apa saja.

      Delete
  6. "Sekarang saya menyesal. Seandainya saja waktu bisa diulang dan saya bisa kembali ke masa-masa saya sekolah dulu saya akan belajar sungguh-sungguh."

    Dikampung saya sering dibilang, "Abih cakak baru takan silek.!" :D

    ReplyDelete

Saya akan senang sekali jika kalian meninggalkan komentar, tetapi jangan anonim ya. Komentar dari anonim—juga komentar yang menggunakan kata-kata kasar, menyinggung SARA, dan spam—akan saya hapus. Terima kasih sebelumnya.