Belajar Bahasa Itu Menyenangkan!

Bukan bermaksud ingin sombong, waktu saya masih di SMU saya dikenal sebagai murid yang jago bahasa Inggris. Setiap ulangan bahasa Inggris, teman-teman saya pasti menaruh nasib nilai mereka ke saya. Karena saya orangnya baik hati, tidak pelit, dan juga tidak sombong, terlebih dahulu saya mengerjakan ulangan saya kemudian saya mencatat jawaban saya baru saya sebarkan ke teman-teman. Ya…ya…ya… Saya tahu itu perbuatan curang dan menjerumuskan teman saya. Sigghhh… Sungguh perbuatan yang amat buruk. Jadi menyesal saya… *kedip-kedip mata*

Di kalangan para guru bahasa Inggris yang pernah mengajar saya, saya dikenal sebagai murid pintar dan mudah menangkap pelajaran. Bahkan, mantan guru privat saya pernah bilang kalo sebenarnya saya ini punya bakat untuk belajar bahasa, tidak hanya terbatas pada bahasa Inggris. Dan masih menurut dia saya ini seorang linguist (menurut dia lho bukan menurut saya). Hasil tes IQ waktu SMU dulu itu pernah menyarankan saya untuk mengambil jurusan bahasa di kuliah, tapi apa daya ternyata saya malah terdampar di Psikologi. ;)

Sayangnya sekarang kemampuan bahasa Inggris saya merosot tajam. Saya sudah lupa tenses, vocab terbatas, grammar berantakan, ah… sepertinya sia-sia ayah saya sudah mahal-mahal membuang uangnya untuk membiayai kursus bahasa Inggris saya. *Maafkeun aku oh Ayahku telah mengecewakan dirimu…* Tak terhitung sudah berapa kali ayah saya protes ke saya. “Kamu itu kok gak jago-jago sih bahasa Inggris-nya? Saya ajak ngomong Inggris eh kamu malah jawab pake bahasa Indonesia.” Ng… anu… Ayu kan pemalu, Pa… Jadi, tiap Papa ngajakin ngomong Inggris ya Ayu jawab dengan bahasa Indonesia. Ayu kan orang Indonesia aseli. *mencari-cari alasan*

Maka ketika saya merayu ayah saya untuk bayarin saya les bahasa Jerman, ayah saya menolak mentah-mentah. “Kalau saya bilang lebih baik kamu itu mendalami bahasa Inggris. Kuasai bahasa Inggris. Nah, kalau sudah benar-benar jago bahasa Inggris kamu baru terserah kamu mau les apa saja, Mandarin kek, Jepang, Korea, Spanyol, Jerman, Perancis ya terserah kamu.” Bukannya tidak mau menuruti apa kata ayah saya dan bukannya bermaksud ingin sombong, tapi saya bosan les bahasa Inggris. Saya pikir kalau toh saya les bahasa Inggris pasti materi yang saya dapat ya itu-itulah. Sama saja seperti yang didapat waktu saya masih rajin les dulu. Nah, daripada ayah saya buang uang dan saya buang waktu di tempat kursus lebih baik saya buang untuk beli buku grammar atau beli buku TOEFL-nya sekalian. Saya kan sudah punya dasar bahasa Inggris jadinya saya tinggal mengulang kembali apa yang pernah saya dapat dulu. Saya bisa belajar sendiri. Saya ingin buktikan ke ayah saya bahwa tanpa kursus saya bisa menguasai bahasa Inggris. Untuk itu saya harus lebih banyak latihan, baca, menulis dalam bahasa Inggris. Asal saya rajin pasti saya bisa menguasai bahasa Inggris. I’m gonna prove it to my dad. Just wait, Dad!!

Dan karena saya sangat-sangat-sangat keras kepala, diam-diam saya les bahasa Jerman dengan biaya sendiri (baca: uang tabungan). Ayah saya boleh keukeuh dengan pelitnya maka saya juga harus keukeuh dengan keinginan saya. Ketika saya memiliki keinginan maka keinginan itu tidak boleh terhalang meskipun halangan itu datang dari orangtua sendiri. Dan saya tidak menyesal sedikit pun. Belajar bahasa itu menyenangkan!!

Guten Abend! Danke.

P.S.: Kok saya sekarang tertarik belajar bahasa Korea ya? Ah, terlalu banyak mau saya ini. Yang ada aja belum dikuasai eh sok-sokan pengen belajar bahasa baru… Dasar dodol!!

1 comment

Any spams, any hateful, and any anonymous comments will be deleted. Let's create a safe space wherever we are and respect each other. Thank you.