Tadi saya iseng nge-net di
Baca blog lewat google reader aja bisa abis sampe 4000-an. Cuma baca blog loh… Sekali lagi ya CUMA baca blog. Apalagi kalo dipake buat yang lain *misalnya apa, Kim?*. Tahu gitu mah mending sekalian ke warnet aja sejamnya 4000. Ah, Telkomsel memang perampok pulsa.
Nah, udah tahu mahal kok saya masih dengan bodohnya ngenet pake kartu Halo? Itu karena saya jarang banget pake kartu Halo baik untuk nelpon, sms, atau internet. Jadi, mubazir
Sebenarnya dari dulu saya tidak begitu sreg dengan Telkomsel. Saya menganggap (lebih tepatnya menuduh) produk-produk Telkomsel itu tidak berperikekonsumenan. Bahkan, teman saya bilang Telkomsel adalah produk kapitalis. Ah, whatever.
**WARNING: Ini adalah opini pribadi. Kecenderungan untuk sangat subjektif sangat besar. Haks,,haks,,**
Kalau saya perhatikan tarif Telkomsel itu mahal dan hal itu membuat saya menarik kesimpulan Telkomsel setengah hati untuk bertarif murah. Dulu waktu tarif ponsel masih tidak berpihak terhadap mahasiswi duafa seperti saya, bisa dibilang Telkomsel paling mahal. Ambil contoh Simpati. Nelpon ke sesama Telkomsel aja Rp 1500/menit. Beda operator? Rp 1600/menit (kalau tidak salah). Smsnya Rp 350.
Sekarang pun ketika para operator telepon seluler berperang tarif, saya tetap berpendirian pada kesimpulan saya: Telkomsel setengah hati untuk bertarif murah. Contoh yang paling nyata adalah Simpati Pede. Bagi pelanggan Simpati yang sebelumnya tidak memakai hitungan per detik (saya lupa nama programnya apa. Pokoknya yang bisa nelpon murah semaleman, terus bisa dapet gratis nelpon berapa menit kalo udah nelpon berapa menit, dsb) bisa bermigrasi ke tarif per detik tersebut TAPI untuk bermigrasinya itu harus rela pulsanya dipotong Rp 3.000! Coba yang jago matematika menghitung berapa yang Telkomsel dapet dari hanya sekedar biaya migrasi tersebut? Pelanggan Simpati berpuluh-puluh juta loh… Bagaimana dengan kartu Halo? Tarif smsnya turun sih jadi Rp 150, tapi tetep deh JANGAN LUPA bayar pajak 10%. Jatuhnya sama aja
Oya, jangan lupakan Telkomselflash. Waduh, kalo yang satu itu… Benar-benar gila tarifnya! Daripada pake telkomselflash ya mendingan pake NetZap (atau apalah itu namanya) internet broadband dengan biaya langganan Rp 275.000/bulan atau pake Fastnet (Rp 99.000/bulan) atau starone (Rp 4.500/jam) atau sekalian aja wimode (Rp 7.500/jam). Tarifnya lebih masuk akal jika dibandingkan telkomselflash.
Oke… Terus, dimana letak setengah hati-nya Telkomsel? Mari kita lihat contoh Simpati Pede tadi. Bukannya itu namanya setengah hati? Kalau pengen tarif telpon kamu Rp 0,5/detik dipotong pulsa dulu ya sebesar Rp 3.000. Anggap-anggap aja biaya administrasi. See??? SETENGAH HATI
Jujur, saya mah sekarang nda begitu peduli berapa pun tarif nelpon. Sejamnya seribu kek, 36ribu kek, atau berapa TERSERAH. Toh, pulsa saya habisnya bukan karena menelpon atau ber-sms tapi karena ber-internet ria. Dan saya berdoa, memohon, mengiba, bahkan sampai mengais-ngais meminta *penyakit lebay kambuh* semoga tarif gprs Telkomsel terjun bebas menjadi Rp 0,5/kb atau Rp 0,0000000…………1/kb. Ayo Telkomsel, jangan mau kalah sama tarif tetangga sebelah!
makanya pake xl he he he he .. tapi saya masih gunakan produk telkom, speedy ku ini ha ha ha
ReplyDeleteBukannya XL gprs-nya mahal ya?
ReplyDeletetelkomsflash memang bangsaaaaaaaaaaaaaaaaaaat
ReplyDelete