Kemarin saya mampir ke blog Dewi dan membaca tulisannya mengenai perpisahannya. Ada paragraf yang menarik bagi saya (tentu saja bukan bagian perceraiannya. Siapa sih yang tertarik dan suka dengan perceraian selain acara gosip?) dan saya kutip paragraf itu di bawah ini.
Hari ini, saya ditunjukkan tabloid C&R yang terbaru. Kami berdua menjadi sampul depan, dengan laporan empat halaman. Saya sempat tercengang karena mereka mengutip hal yang tidak pernah saya lontarkan, menuliskan pertanyaan yang tidak pernah mereka tanyakan, tapi ditulis sedemikian rupa seolah terjadi dialog langsung antara saya dan penulis/wartawan. Bahkan, mereka menuliskan alamat rumah saya dengan lengkap, tanpa izin terlebih dahulu. Plus, ditambah unsur-unsur dramatis bahwa kepindahan saya adalah untuk “mengubur masa lalu”. Padahal saya berencana pindah sejak tahun lalu karena semata-mata alasan pekerjaan. Tidak hanya mereka menulis sesuai dengan bingkai yang mereka mau, bahkan untuk mengepas “gambar realitas” ke bingkai tersebut, mereka melakukan hal yang tidak etis. Saya tidak tahu fungsi dari alamat lengkap saya untuk bumbu berita mereka, tapi mereka menuliskannya seolah tidak berpikir bahwa hal tersebut menyangkut isu sekuritas, dan juga privasi. Media seharusnya tidak memberikan alamat seseorang begitu saja. Sejauh saya berkarier, pihak media selalu meminta izin jika ingin memberikan alamat. Entah zaman yang sudah berubah, atau privasi sudah jadi kata-kata kosong dalam realm pers hiburan.Saya sepakat dengan Mbak Dewi. Media infotainment kita, entah itu tv maupun tabloidnya, dirasa terlalu berlebihan. Sama sekali tidak menghargai privasi orang lain. Apapun dilakukan untuk mendapatkan berita demi para pirsawan setianya. Menambah-nambahi berita, memberi bumbu sana-sini, yah itu semua dilakukan agar tabloid mereka laku dan tayangan mereka banyak peminatnya. Tapi, sadarkah mereka apa yang telah mereka lakukan itu telah menyakiti orang lain? Ah, saya rasa mereka tidak akan pernah sadar. Biarkanlah orang lain menangis karena fitnah yang keji, kehidupan pribadinya dirampok menjadi konsumsi publik, asalkan mereka mendapatkan apa yang mereka mau: berita (baca: gosip) terbaru dari artis negeri ini.
Hal ini membuat saya bertanya-tanya. Kenapa segala sesuatu yang menyangkut orang lain bisa menjadi ketertarikan tersendiri bagi orang lain? Maksud saya, kenapa gosip itu menyenangkan? Kita bisa menghabiskan waktu berjam-jam untuk ngomongin orang, mencari kejelekan orang, and find it really entertaining. *Hayooo... Siapa disini yang tidak pernah ngomongin orang? Kalo boong hidungnya nambah panjang lho! Haks,, Haks,,* Saking menyenangkannya acara gosip di stasiun televisi kita jumlahnya gak kira-kira! Padahal mah ya ngapain coba mulut kita capek-capek berbusa ngomongin orang, ngurusin kehidupan orang lain, apalagi orang lain itu adalah orang yang tidak kita kenal (maksud saya, artis?). Memangnya kita tidak punya kehidupan lain apa yang harus dijalankan selain ngomongin orang lain? Contohnya ngegosip, nonton gosip, beli tabloid gosip demi mengikuti perkembangan Mayang Sari yang sebentar lagi jatuh miskin. Oh, please deh!
Ah, gak tau lagi deh mau nulis apa. Otak ini sedang buntu. Miskin ide. Tapi, kamu paham kan maksud saya apa? Apa? Gak nyambung? Emang gue pikirin! *dihajar massa*
ahg... kimi bisa aja!!!
ReplyDeletesaya kan malu mempraktekan rayuan gombal saya!!
eh... knapa mood kamu berubah drastis gitu??
eniwei... selamat ya atas award nya!!
pengen deh blog saya sebagus kamu!!! ada ini-itu nya!!
tapi saya ga ngerti ngeblog, taunya cuma tulis, kirim coment udah itu doank!! ga tau ada layoutsnya lah, link lah, apalah!! ga ngerti!! mohon panduannya ya!!
kamu selalu baca comment kan??
ntar saya tanya2 macem2 ttg blog, kamu mau jawab kan??
tengkyu bgt sebelumnya!!
Hahaha... Terima kasih... terima kasih... ehm, saya juga sebenarnya ga ngerti2 amat sih soal blog. tapi, kalo ada yang bisa saya jawab pasti saya jawab kok.
ReplyDelete