Pencuri! Pencuri!

Pagi tadi sekitar pukul 3.30 saya, yang baru tidur kurang lebih tiga jam, terbangun karena mendengar derap langkah kaki dan suara berat berteriak, "Pencuri! Pencuri!" Saya kaget, lantas terbangun. Awalnya bukan kaget karena mendengar kata-kata "pencuri", tapi karena teriakan itu. Tapi, setelah sepenuhnya sadar saya langsung gemetar. Antara ingin langsung membuka pintu kamar kos atau tetap bertahan di dalam kamar menunggu keadaan tenang. Saya takut jangan-jangan pencurinya banyak dan membawa senjata tajam semuanya. Saya kan tidak mau dibilang pahlawan kesiangan, ngesok ingin menolong teman kosan yang kemalingan, tapi saya sendiri celaka.

Setelah beberapa waktu, saya mengintip dari jendela kamar saya. Tampak teman kosan saya yang mencoba mengejar pencuri. Sendirian. Kakinya berdarah, entah kenapa, sehingga tidak bisa melanjutkan pengejaran. Mas Mumu, penjaga kosan, mencoba untuk mengejar si pencuri. Di tangannya membawa sebilah pisau. Dia menaiki tangga yang menuju tempat jemuran di atas kosan. Si pencuri rupanya kabur lewat sana.

Sayang sekali si pencuri tidak bisa dikejar. Dengan membawa laptop milik teman saya tadi, dia berhasil kabur lewat tempat jemuran. Tapi, bagaimana mungkin? Tembok kosan kan tinggi. Masa' dia mau seperti Spider Man yang lompat dari atap ke atap rumah dengan jaring laba-labanya? Teman-teman kosan saya yang lain pun menanyakan hal yang serupa. Bagaimana si pencuri bisa masuk? Bagaimana dia bisa kabur? Pasti dia masuk dari tempat jemuran. Tapi, kaburnya lewat mana? Cepat sekali menghilang. Ketika saya bertanya ke Mas Mumu, rupanya si pencuri sudah menyiapkan tangga untuk masuk ke kosan. Di belakang kosan saya memang ada kebun kosong. Di kebun kosong yang berbatasan langsung dengan kosan saya, si pencuri tadi menaruh tangga yang cukup tinggi sehingga dia bisa masuk ke dalam kosan lewat tempat jemuran.

Saya masih takut. Terpikir hal yang macam-macam. Bagaimana kalau pencuri yang lain masuk lewat kamar mandi saya? Bagaimana kalau saya lupa mengunci pintu kamar dan pencuri dengan bebas masuk ke kamar saya? Duh, kalau hanya mengambil barang-barang ya sok atuh sana ambil. Tapi kan kalau pencurinya berniat lebih? Misalnya sampai memerkosa dan membunuh. Duh, Ya Allah, lindungilah hamba-Mu ini dari segala macam kejahatan.

Sebenarnya ini bukan kejadian pertama semenjak saya ngekos disini. Tahun lalu juga sempat kejadian, tapi Alhamdulillah tidak ada barang yang hilang karena pencurinya keburu ketahuan oleh saya. Saya sendiri nyaris jadi korban pencurian.

Jadi ceritanya, sekitar pukul 5 pagi saya baru saja memejamkan mata ketika saya mendengar suara-suara. Seperti suara kaca kamar yang dipaksa dibuka dari luar. Saya terbangun. Sekilas saya melihat tangan dari luar mencoba meraih laptop saya (meja belajar saya memang letaknya menempel di dinding dekat kaca). Spontan saya bilang, "Kenapa, Mas? Ada apa?" Saya pikir orang itu Mas Mumu. Dia hanya menjawab, "Gak, Mbak. Cuma beres-beres aja kok." Ya sudah, saya pun memejamkan mata lagi. Tapi kali ini perasaan saya tidak enak. Suara siapa tadi ya? Sepertinya bukan suara Mas Mumu. Atau mungkin saudaranya Mas Mumu sedang menginap di kosan? Ah, tapi sepertinya gak ada tuh saudara Mas Mumu yang menginap. Penasaran, saya pun mengintip dari jendela kamar. Saya melihat sosok pria bertopi menuruni tangga (kamar saya letaknya di lantai dua). Siapa pria itu?

Saya pun keluar kamar. Melihat dari lantai dua, pria bertopi tadi ternyata sedang mengecek masing-masing kamar apakah pintunya terkunci atau tidak. Perasaan saya tidak enak. Ini pasti pencuri. Saya langsung bilang, "Ngapain, Mas?" Pencuri itu sontak kaget. Dia langsung mengeluarkan sendalnya yang disimpannya dibalik jaketnya dan langsung memakainya. Dia bilang, "Gak apa-apa kok, Mbak." Anehnya, dia langsung lari ke pintu kosan. Saya pun teriak memanggil penjaga kosan.

Dengan gaya sok jagoan saya mengejar pria itu. Bahkan, saya sempat bertatapan langsung dengan dia. Tapi, ujung-ujungnya saya bengong. Pria itu bilang, "Udah, Mbak. Jangan teriak. Kan ga terjadi apa-apa. Jangan sampe kenapa-kenapa." Saya makin bengong, terus jadi sadar. Lah, ngapain saya mengejar (calon) pencuri itu dengan tangan kosong? Kalau saya memegang senjata tajam sih masih mending, bisa buat saya membela diri. Saya pun hanya bisa menatap ketika pria itu lari setelah keluar dari pagar kosan.

Ketika teman-teman saya mendengar cerita ini, entah darimana mereka mengambil kesimpulan jangan-jangan pencuri tadi dengan (calon) pencuri setahun yang lalu adalah orang yang sama. Kami juga punya kecurigaan pencuri sudah mengenal situasi kosan kami. Karena dia tahu bisa masuk dari tempat jemuran dan langsung mengecek setiap pintu kamar.

Yah, yang pasti sejak kejadian setahun yang lalu setiap kali sebelum tidur, saya selalu mengecek apakah saya sudah mengunci pintu kamar. Saya ini orangnya teledor. Pernah semalaman saya tidur dan pintu kamar tidak dikunci. Untung saja saya masih dilindungi Tuhan jadi tidak ada kejadian macam-macam. Kalau nasib saya apes seperti teman saya tadi bagaimana? Dia tidur dan pintu kamarnya tidak dikunci. Kalau kata Mbak Ida, istrinya Mas Mumu, si teman saya ini memang kebiasaan kalau tidur pintu kamarnya tidak pernah dikunci.

Saya juga salut sama teman saya itu. Berani sekali mengejar si pencuri sendirian. Iya, benar-benar sendirian. Waktu saya mendengar teriakannya itu, Mas Mumu belum ikut mengejar. Dan saya semakin salut ketika saya mendengar dari ceritanya kalau si pencuri itu membawa parang. Ck...ck...ck... Berani sekali kamu, Mbak. Kalau pencurinya kaget mendengar teriakan kamu dan panik, lantas tanpa pikir panjang "mendiamkan" kamu dengan parangnya bagaimana coba?

Kejadian ini menjadi pelajaran bagi kami semua penghuni kosan. Kosan yang tadinya kami kira aman (well, sejak setahun yang lalu saya tidak pernah benar-benar menganggap kosan saya aman), bahkan saking mengira sangat aman sehingga setiap tidur pun pintu kamarnya tidak pernah dikunci, ternyata dapat kemalingan. Kami harus meningkatkan kewaspadaan kami.

Tapi, kalau masih takut begini bagaimana caranya biar bisa waspada? Tidur dengan ditemani pisau di bawah bantal? Atau pindah kosan saja?

12 comments

  1. karena sudah sering terjadi, minta kepada pemilik kost supaya tempat jemuran di atas itu diberi pagar tambahan. bisa di tinggikan atau dikasih kawat berduri

    ReplyDelete
  2. @ mikow
    Iya, niatnya sih begitu. Btw, terima kasih sarannya, Om Mikow! :-)

    ReplyDelete
  3. gw bisa ngerasain yang lo rasain koq.. Coz, gw juga pernah ngalemin kayak lo. Bedanya gw ketemunya di bus dan nyaris dirampok. Malingnya ngebajak bus yang gw tumpangi. Kejadiannya 2 tahun lalu.

    Yang semangat yah dan tetep ati-ati. Jangan lengah hanya gara-gara kita kira aman.

    ReplyDelete
  4. @ Noeel-Loebis
    Wah, pengalaman lo mengerikan juga ya. Mudah-mudahan gak ada lagi kejadian kaya' gitu ke depannya ya. Amin...

    ReplyDelete
  5. waduh serem amat ya..
    yah walaupun emang kudu ya ngunci pintu kalo di kamar, tapi tetep aja itu serem lah, berarti kosan lu gak aman banget. orang2 bisa gampang masuk gitu.

    kalo gua bilang sih mendingan pindah kos2an ya...

    ReplyDelete
  6. @ Arman
    Nah, itu... Mikirnya sih kalo pindah sekarang tanggung banget. Bentar lagi kan gue lulus. *amiiiiin*

    ReplyDelete
  7. antara seram dan lucu.
    hehehe

    kenapa sih pencuri itu rata-rata cowok ya? maksudku, kalau ksoan cowok didatengin pencuri cewek, kan, lain ceritanya. (apaan sih?)....

    ReplyDelete
  8. @ Huda Tula
    Ih, apaan deh. Lebih bagus tuh ya kalau tidak ada pencuri. Kan hidup menjadi lebih tenang, tenteram, dan damai. :P

    ReplyDelete
  9. Setuju dengan Mikow, pagar jemuran ditambah pagar besi berduri agar lebih menghambat. Tapi kewaspadaan diri lebih penting.

    ReplyDelete
  10. @ Tikno
    Kemarin sudah ditambah teralis sih. Mudah-mudahan sekarang kosan lebih aman.

    ReplyDelete
  11. pernah juga c kemalingan hp di kost`an, tp hp temen yg tidur di kamar aq...

    ReplyDelete
  12. @ eka
    Wah, itu gimana caranya bisa kemalingan? Kamarnya gak dikunci ya?

    ReplyDelete

Any spams, any hateful, and any anonymous comments will be deleted. Let's create a safe space wherever we are and respect each other. Thank you.