Ribetnya Masuk Sekolah

Ses Renny, kakak saya nomor dua, sekarang sedang sibuk-sibuknya menyiapkan anaknya yang bernama Dewi masuk SMP. Tahun ini dua keponakan saya akan masuk SMP. Dengan catatan kalau mereka lulus UAN ya. *eh* Selain Dewi, keponakan saya satu lagi Haikal juga masuk SMP. Iya, Haikal yang ngambek ke saya karena saya tidak membelikan dia Blackberry. :r

Sebagai adik dan tante yang baik, saya menemani kakak saya ke mana saja dia meminta saya menemaninya. *halah, lebay* Dia meminta saya menemaninya ke sekolah yang diincar untuk anaknya, saya turuti. Ke sini ke sana ke situ, pokoknya kemana saja selama ada upah makannya pasti saya temani. Tidak cuma biar dapat makan gratis sih, saya juga merasa saya harus memberikan semangat dan dukungan ke keponakan saya. Saya memberikan mereka pandangan saya mengenai sekolah-sekolah yang sudah diincar kakak saya untuk mereka. Saya juga ingatkan mereka bahwa masuk SMP sekarang susah dan persaingannya sangat ketat. Jadi, mereka harus berusaha sungguh-sungguh kalau mereka mau masuk SMP yang mereka inginkan.

Saya jadi ingat waktu saya sekolah dulu. Sepertinya, masuk SMP tidak seribet sekarang ya? Dulu hanya ikut ujian nasional, lulus, dapat NEM (Nilai Ebtanas Murni. Benar kan ya?), terus daftar deh. Kebetulan SD saya dulu mendaftarkan siswa-siswanya secara kolektif ke SMP. Jadi, saya terima beres saja. Dari pihak sekolah saya cuma diminta mengisi formulir dan ada satu pertanyaan saya mau masuk SMP mana saja. Dulu kami diberi dua pilihan SMP. Kalau tidak masuk SMP pilihan pertama, masih ada yang pilihan kedua. Kalau tidak masuk dua-duanya, ya salah sendiri kenapa pilih SMP yang syarat masuknya NEM yang tinggi. :O

Sekarang ini kalau melihat syarat-syarat pendaftaran masuk SMP kok sepertinya susah sekali. Nilai rapor lima mata pelajaran kelas 4 (semester 1 dan 2), kelas 5 (semester 1 dan 2), dan kelas 6 (semester 1), yaitu Matematika, IPS, IPA, Bahasa Indonesia, dan Bahasa Inggris, minimal nilai rata-ratanya harus sekian per bidang studi. Masih ada tes akademik dan tes potensi akademik. Oke, itu mungkin masih biasa ya. Ada di salah satu sekolah yang persyaratannya menurut saya sudah seperti mau melamar kerja jadi PNS. Dua persyaratannya adalah melampirkan surat berkelakuan baik dari SD-nya dan surat pernyataan bahwa si calon siswa memang anak kelas 6 SD. Nah lho!

Pertama, surat berkelakuan baik itu untuk apa? Sewaktu saya pertama mendengarnya otomatis saya kepikiran mau minta di kantor polisi. Kok repot banget sih? Ternyata mintanya dari SD si calon siswa toh. Tetap saja saya bingung. Untuk apa? Di benak saya jadinya menuduh kalau sekolah SMP tersebut hanya mau menerima anak baik-baik saja, yang tidak bandel, menurut kepada bapak dan ibu guru. Halah. Kalau pihak sekolah SD tidak mau memberi surat berkelakuan baik, bagaimana? Si calon siswa tidak bisa daftar masuk SMP dong? Tapi ya itu berarti jahat juga pihak sekolah kalau sampai tidak mau memberi surat tersebut. Hihihihi...

Kedua, surat pernyataan bahwa calon siswa memang kelas 6 SD. Ini seperti meminta kartu kuning yang menyatakan kita memang mencari pekerjaan. Lagi, untuk apa? Kalau mau masuk SMP harus yang sudah lulus SD kan? Kalau mau ikut ujian kelulusan SD harus kelas 6 dulu kan, tidak bisa masih kelas 5 tahu-tahu ikut UN? Atau jangan-jangan sebelumnya pernah terjadi penipuan sehingga syarat seperti ini harus dibuat? o_O

Penggemar: Kimi, kamu ini rewel sekali sih! Namanya persyaratan, ya ikuti saja! Kalau tidak mau, ya keponakanmu jangan disuruh daftar di sekolah itu!

Wah, kalau soal itu mah jelas bukan wewenang saya. Pastinya itu haknya orangtua keponakan saya lah. :D

Sebenarnya sih saya mau iseng tanya ke panitia penerimaan siswa baru SMP tersebut. Tapi, takutnya panitianya tidak terima saya tanya macam-macam dan keponakan saya langsung dicoret. :r

10 comments

  1. Makin ribet untuk kualitas yg lebih baik sih, katanya :D

    ReplyDelete
  2. ya nanya aja gpp kali,masa gara2 nanya aja dicoret sih :)

    dan soal anak kelas 5 SD bisa ikut ujian, temen saya pernah gitu, baru kelas 5 diikutkan bapaknya ujian dan eh ternyata lulus dengan nilai lumayan, dan ajaib dia bisa langsung lulus tanpa harus menjalani kelas 6, tp itu kasuistik sih.

    tapi ya kalo syarat2nya ribet macam di atas, mah .. kenapa sih sukanya ribet aja ya ? :|

    ReplyDelete
  3. Prosedur jaman saya mau masuk SMP juga sama kayak Kimi, jadi saya terheran-heran ada SMP minta persyaratan macam-macam begitu. Mungkin suatu hari nanti ada jalur khusus bakat, misalnya boleh masuk SMP X asalkan pernah juara main bola ataupun juara nari daerah :D

    Kalo punya sekolah, biasa aja deh, nggak usah sok-sokan merasa diri sekolah favorit sampai-sampai harus pasang persyaratan segala..

    ReplyDelete
  4. jaman saya sekolah dulu tidak pernah ada masalah memilih sekolah yang saya inginkan, syaratnya sama, NEM, eh kita masih generasi pakai NEM yah :D 

    masuk SMA juga ada beberapa test sebenarnya, tetapi yang paling menentukan tetap NEM bagus :)

    ReplyDelete
  5. Wah mbak aku baru tau seribet itu buat daftar masuk sekolah sekarang ini, dulu aku malah daftar masuk sendiri waktu SMP tanpa didampingi orang tua... 

    ReplyDelete
  6. Kebetulan yang pasang persyaratan begitu sekolah favorit disini, Mbak. Gak tau kenapa jadi sok-sokan begitu ya?

    ReplyDelete
  7. Sama, aku juga baru tahu. ;))

    ReplyDelete
  8. Waktu aku daftar SMA gak ada tes, tetap dilihat NEMnya.

    ReplyDelete
  9. Ya, barangkali kan panitianya orangnya sensian. :))

    tapi ya kalo syarat2nya ribet macam di atas, mah .. kenapa sih sukanya ribet aja ya ? :|

    Nah, itu dia.. aku juga gak tau kenapa kok jadi ribet begini. :|

    ReplyDelete
  10. Oh ya? Yah, mudah2an deh bisa semakin baik kualitasnya. :D

    ReplyDelete

Saya akan senang sekali jika kalian meninggalkan komentar, tetapi jangan anonim ya. Komentar dari anonim—juga komentar yang menggunakan kata-kata kasar, menyinggung SARA, dan spam—akan saya hapus. Terima kasih sebelumnya.