Near-death Experience

Day 8.

Saya ingat betul kejadiannya. Tanggal 16 Agustus 2013 malam hari. Waktu itu saya masih bekerja di bank. Seorang teman, yang kemudian menjadi pacar lalu menjadi mantan, menjemput saya di kantor. Dia mengajak saya makan malam di salah satu kafe. Saya ingat saya pesan bistik lidah saat itu. Rasanya enak. Menu favorit ayah dan ibu saya di kafe tersebut.

Selesai makan kami berniat pulang. Saya masih ingat memori saya dibonceng sama mantan saya itu, lalu tiba-tiba menjadi gelap. Saya tidak tahu apa yang terjadi. Saya kesulitan sekali untuk membuka mata saya. Sayup-sayup saya mendengar suara laki-laki memanggil-manggil nama saya, "Kimi... Kimi..." Saya ingin menjawab, tapi tidak bisa.

Kemudian, saya muntah. Saya tahu saya muntah, soalnya saya ingat. Saya tidak tahu saya berada di mana. Antara sadar dan tidak. Saya masih tidak bisa membuka mata.


Tahu-tahu saya mendengar suara kakak ipar saya yang bilang, "Suster, telinga adik saya berdarah." Tapi, saya masih tidak bisa membuka mata. Berat sekali rasanya. Lalu, ranjang saya didorong. Entah saya mau dibawa ke mana. Saya hanya teriak, "Dingin. Matiin AC-nya." Kakak ipar saya menjawab, "Iya, AC-nya sudah dimatiin." Ranjang saya tetap didorong.

Selama ranjang saya didorong itu, mata saya tetap terpejam. Gelap. Saya masih bertanya-tanya saya di mana. Jangan-jangan saya sudah mati? Saya ingat sekali saya berpikir, "Well, kalau ini memang kematian, I think death is not that bad. Tidak menyeramkan kok."

Bangun-bangun saya sudah di ICU. Ada kakak saya. Dan saya tanya ke kakak saya, "Temanku mana? Dia baik-baik aja gak?" Kakak saya langsung keluar mencari mantan saya. Tak lama seorang laki-laki masuk menanyakan saya, "Kim? Gimana kamu?" Saya mikir dulu beberapa saat. Ini siapa? Kok saya tidak kenal. Jadinya, saya tanya saja, "Kamu siapa?" Dia senyum dan menyebutkan namanya. Dan saya tersenyum malu. "Maaf," ujar saya. "Kamu gak apa-apa? Kamu luka gak?" Mantan saya tidak bisa lama-lama di ICU. Dia permisi keluar.

Besoknya dua orang sepupu saya datang menjenguk. Mereka tidak bisa masuk bersamaan. Setiap masuk mereka ditemani kakak saya. Pertanyaan kakak saya pasti sama, "Dek, inget gak ini siapa?" Pasti saya bengong dulu. Melihat saya tidak langsung menjawab, kakak saya langsung menjawab sendiri pertanyaannya, "Ini lho si anu..." Dan saya kemudian dalam hati, "Oh iya!"

Tapi, anehnya, sungguh aneh, begitu pertama kali sadar orang pertama yang saya ingat justru kamu. Saya tidak ingin kamu khawatir karena saya tidak memberi kabar. Baru setelah tiga hari di ICU saya minta hp saya di kakak saya dan kamu adalah orang pertama yang saya telpon.

Alhamdulillah kecelakaan tersebut tidak memberi efek permanen dan membahayakan di tubuh saya, terutama di otak. Saya hanya mendapat lecet di tangan kiri, bahu kiri, dan wajah. Itupun hanya meninggalkan bekas permanen di tangan kiri. Saya masih bisa berbicara, menulis, membaca, berpikir abstrak dan random, menghitung uang (ini penting), intinya Alhamdulillah saya masih bisa menggunakan otak saya dengan baik. Saya takut sekali jika saya sudah tidak mampu lagi menggunakan otak saya, seperti yang pernah saya tulis di sini.

Bisa dibilang inilah near-death experience saya. Kalau mengingat kejadian ini, tidak henti-hentinya saya bersyukur kepada Tuhan. Tuhan masih sayang sama saya. Tuhan masih kasih saya kesembuhan. Tuhan belum mau mencabut nyawa saya. Tuhan masih kasih saya kenikmatan menggunakan otak saya. Nikmat Tuhan mana lagi kah yang saya dustakan? Lantas, kenapa saya masih sering mengabaikan-Nya? Sungguh sombong sekali saya ini menjadi manusia.

Jadi, saya ingin memulai untuk memperbaiki hubungan saya dengan Tuhan. Mudah-mudahan saya terus semangat dan tidak melempem di tengah perjalanan. Kalau saya kembali lemah dan lupa, tolong tegur saya ya, Tuhan?

10 comments

  1. Dia hal yg bikin seneng dgn postingan ini:
    1. Dirimu msh bisa posting sat ini
    2. Paragraf terakhir itu. :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, Om. Aku juga senang masih bisa nulis di sini. :D

      Delete
  2. Baru tahu kalau kamu pernah mengalami kejadian kayak gitu dan bersyukur karena kamu masih di sini :")

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, Mbak. Alhamdulillah masih dikasih kesempatan buat kita kenalan. :D

      Delete
  3. Pengalaman yang pastinya membuat sedih orang terdekat, Alhamdulillah sehat menjadi sebuah anugerah, malah menambah kesadaran seorang Kimi dan yang mampir membaca ini :D

    ReplyDelete
  4. Kim, jadi kamu kecelakaan antara apa dan apa? bener2 gak kerasa ya, misal pas nabrak dll?
    alhamdulillah masih diberi kesempatan mendekatkan diri lagi sama Tuhan ya :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Jadi motor yang kuboncengi itu ditabrak sama mobil. Itu kata mantanku. Aku mah gak ingat blas. =))

      Delete
  5. "Kalau saya kembali lemah dan lupa, tolong tegur saya ya, Tuhan?"
    Jadi, teguran Tuhan itu ada 2, ada yang lembut dengan jalan hidayah yang langka banget bisa langsung disadari oleh si manusia, atau yang langsung, seperti kaum Ad, Tsamud, dan bencana-bencana alam lainnya. Semoga kita bisa menyadari teguran-teguran kecil di sekitar ya Kim, biar ngga ngerasain teguran langsungnya, ngeri...

    dan ya, aku baru tau lho soal ini... :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Amin. Semoga kita bisa menyadari teguran-teguran kecil dari Allah.

      Delete

Saya akan senang sekali jika kalian meninggalkan komentar, tetapi jangan anonim ya. Komentar dari anonim—juga komentar yang menggunakan kata-kata kasar, menyinggung SARA, dan spam—akan saya hapus. Terima kasih sebelumnya.