Sampai Jumpa, Tetangga yang Baik Hati!

Saya pindah ke rumah yang sekarang ini di tahun 2002. Sebagai anak pemalu dan pendiam saya tidak banyak bergaul dengan tetangga. Jujur saja, sampai sekarang bahkan saya tidak kenal banyak orang di lingkungan rumah. Saya hanya kenal dengan tetangga di depan rumah, juga di samping kanan dan kiri. Total enam rumah yang saya kenal penghuninya. Sungguh sebuah contoh yang buruk. Ini jangan kalian tiru ya.

Di antara tetangga saya itu, Ibu Sri dan Pak Suroto adalah orang-orang pertama yang saya kenal. Rumahnya persis di depan rumah saya. Selama kami bertetangga kami tidak pernah berselisih. Mereka sekeluarga baik sekali dengan kami dan dengan seluruh warga di lingkungan kami. Mereka supel dan sangat ramah.

Mereka adalah orang-orang baik. Sangat aktif di lingkungan warga dan siap membantu siapa saja. Kapan saja rumah kami kosong karena ke kampung atau pergi berlibur, mereka menjaga rumah kami dengan senang hati.

Tidak harus rumah kosong, saat kami semua ada di rumah pun mereka masih menjaga kami. Pernah ada orang yang mencurigakan masuk ke dalam rumah. Orang tersebut mengincar motor kakak sepupu saya. Lubang kuncinya sudah dirusak. Pak Suroto, yang sebelumnya melihat orang tersebut masuk ke rumah, dengan halus menegur dari luar pagar, "Kenapa, Pak? Bapak cari siapa?" Orang jahat itu kaget. Dia mengeluarkan senjata dari kantong celananya. Entah pistol, entah pisau. Saya agak lupa ceritanya. Dia bilang, "Bapak tenang ya. Jangan teriak. Biar tidak ada korban."

Pak Suroto pelan-pelan menyingkir seraya agak berteriak memanggil orang di dalam rumah saya. Calon pencuri motor itu kabur. Saya rasa dengan Pak Suroto menegurnya, dia jadi kaget dan panik. Tahu tindakannya sudah diawasi dia membatalkan rencananya.

Pernah juga di suatu tengah malam buta ada mobil parkir di depan rumah saya. Kebetulan Pak Suroto belum tidur. Sudah jadi kebiasaan beliau juga untuk tidur larut malam. Well, anyway, beliau heran ada mobil parkir di depan rumah. Tengah malam pula.  Takut mereka ini orang jahat yang mengincar rumah kami, beliau keluar dari rumahnya dan mengetuk kaca pintu mobil itu. "Bapak siapa ya? Cari siapa, Pak?" Pintu kaca mobil dibuka dan ternyata mereka adalah polisi yang sedang mengintai seseorang di lingkungan kami.

Itu baru sedikit contoh dari kebaikan mereka kepada kami. Masih ada contoh lainnya. Misalnya, sewaktu ayah saya meninggal hampir lima tahun yang lalu. Ibu Sri cerita ke kami pernah beliau memimpikan ayah saya. Waktu itu kondisinya memang sudah sangat parah dan sudah menunggu waktunya. Beritanya sudah sampai ke tetangga dan sanak saudara di Lampung. Ibu Sri bilang di mimpinya ayah saya menitipkan kami, "Titip rumah ya, Bu Sri."

Beliau menceritakan mimpinya itu beberapa bulan setelah Papa meninggal. Setelah beliau dan Pak Suroto sibuk membantu menyiapkan segala sesuatunya di rumah begitu mendengar Papa sudah tidak ada lagi. Posisi kami waktu itu di Rumah Sakit Kanker Dharmais, Jakarta. Mereka, bersama tetangga yang lain, begadangan menunggu kami datang dari Jakarta. Pak Suroto juga ikut mengantarkan Papa ke peristirahatannya yang terakhir di kampung kami, sekitar 4,5 jam dari rumah setelah sekarang ada jalan tol. Kalau dulu bisa sampai enam jam.

Ibu Sri dan Pak Suroto sudah seperti keluarga sendiri bagi kami. Saya yakin hampir semua warga di lingkungan kami merasakan hal yang sama. Jadi, begitu mendengar mereka akan pindah ke Boyolali, Jawa Tengah, kami semua sedih. Pernah saya merayu Ibu Sri tidak usah pindah. "Bukankah lebih enak di sini, di mana sudah akrab dengan semua warganya, sudah seperti keluarga, Bu Sri?" Bu Sri hanya bisa bilang perintah ayahanda tidak bisa dilawan.

Ayahnya Ibu Sri sekarang memang sendirian. Istrinya sudah meninggal beberapa tahun yang lalu. Wacana untuk pindah ini sebenarnya sudah saya dengar sejak 1 - 2 tahun yang lalu, tetapi batal. Saya sempat senang begitu mendengar Ibu Sri tidak jadi pindah. Belakangan begitu mendengar lagi kabarnya, saya kembali sedih.

Saya sempat mengusulkan ayah Ibu Sri diajak tinggal di sini saja, tetapi beliau tidak mau. Adik dan kakak Ibu Sri banyak yang tinggal di Boyolali, tetapi ayah beliau hanya mau ditemani dengan Ibu Sri. Sebagai anak, saya paham dengan perasaan Ibu Sri. Mumpung orangtua masih ada, mumpung masih bisa berbakti, kalau orangtua meminta kita untuk hadir, bagaimana mungkin kita menolak?


fotonya tidak ada kaitan dengan tulisan sih
tapi ya saya suka dengan fotonya
foto dari sini


Hari Jumat (16/08) kemarin Ibu Sri main ke rumah. Saya baru pulang dari main ke mall dan melihat Ibu Sri dan Mama sudah bertangis-tangisan. Rupanya Ibu Sri berpamitan. Ah, ternyata Ibu Sri beneran jadi pindah.

Sebelumnya saya sudah sengaja menghindar dari Ibu Sri jika kami berpapasan. Biasanya kalau bertemu, saya menghampiri beliau dan ngobrol-ngobrol sebentar. Atau, saya sengaja mampir di warung baksonya untuk menikmati bakso sambil memaksa beliau untuk mendengarkan saya bercerita. Ha, ha.

Saya sengaja menghindar karena saya tidak mau sedih. Karena saya masih menyangkal Ibu Sri akan pindah. Karena saya masih berharap Ibu Sri membatalkan rencananya. Namun, kali ini saya sudah tidak bisa menghindar lagi. Ibu Sri pasti akan pindah. Semua anaknya sudah pindah ke Jawa. Rumah mereka di sini sudah laku dijual. Ibu Sri dan Pak Suroto akan berangkat ke Boyolali hari Rabu (21/08) besok.

Mama dan Ses Renny (kakak saya) tidak sanggup menahan tangis. Saya hanya bisa cengengesan untuk menutup sedih. Saya berusaha mencairkan suasana dengan mengajak bercanda, tetapi gagal. Suasana sedih masih menggelayut. Ya sudah, saya ajak saja mereka berfoto. "Buat kenang-kenangan kita, Ibu Sri."




Buat Ibu Sri dan Pak Suroto sekeluarga, terima kasih banyak atas kebaikan Ibu dan Bapak selama tujuh belas tahun kita hidup bertetangga. Kami sekeluarga sangat sayang dengan Ibu dan Bapak. Kalian sudah menjadi bagian keluarga kami. Sampai kapanpun kita akan terus menjadi keluarga ya.

Tolong kami dikabari terus keadaan Ibu dan Bapak di sana. Jangan sampai kita putus tali silaturahmi. Kalau main ke Lampung, Ibu dan Bapak wajib mengabari kami. Kalau ada rejeki dan kesempatan, kami akan bertandang ke rumah Ibu dan Bapak di Boyolali.

Baik-baik ya, Ibu Sri dan Pak Suroto. Semoga selalu sehat dan diberi kebahagiaan yang melimpah. Semoga Tuhan memberi kita umur panjang dan kesempatan untuk bisa bertemu lagi.

2 comments

  1. Wah...baik banget ya Bu Sri dan Pak Suroto. Alhamdulillah Kimi punya tetangga yang baik, udah kaya saudara. Orang baik insya Allah selalu didekatkan dengan orang-orang baik juga :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Amiiin... Semoga kita selalu didekatkan dengan orang-orang baik ya, Anggie.

      Delete

Saya akan senang sekali jika kalian meninggalkan komentar, tetapi jangan anonim ya. Komentar dari anonim—juga komentar yang menggunakan kata-kata kasar, menyinggung SARA, dan spam—akan saya hapus. Terima kasih sebelumnya.