Pengaruh Kelompok

*Tulisan ini adalah rangkuman berseri dari buku Social Psychology karangan David G. Myers. Untuk Bab 7 bisa dibaca di sini.
**Tulisan ini cukup panjang. Jika kalian lelah, ada baiknya beristirahat dulu baru nanti dilanjut lagi bacanya.

***

Chapter 8: Group Influence

What is a Group? 

Definisi kelompok adalah:

Group is two or more people who, for longer than a few moments, interact with and influence one another and perceive one another as “us.”

Menurut Marvin Shaw (1981) setiap kelompok memiliki satu kesamaan, yaitu anggotanya saling berinteraksi. Jadi, sekalipun banyak orang bergerombol di satu tempat, misalnya beberapa siswa yang berada di dalam lab komputer, mereka belum tentu kelompok karena mereka tidak berinteraksi dan tidak saling memengaruhi satu sama lain. Mereka memang secara kolektif berada bersama-sama di satu tempat, tetapi mereka lebih tepatnya disebut dengan a collection of individuals daripada an interacting group




Dalam bab ini akan dibahas tiga hal pengaruh kolektif (collective influence) terhadap individu, yaitu social facilitation, social loafing, dan deindividuation. Kemudian, akan dibahas pula tiga contoh dari pengaruh sosial (social influence) di dalam kelompok yang saling berinteraksi, yaitu group polarization, groupthink, dan minority influence.

Social Facilitation: How Are We Affected by the Presence of Others?

Pertanyaan paling mendasar dari Psikologi Sosial adalah apakah kita dipengaruhi oleh kehadiran (atau adanya) orang lain? 

The Mere Presence of Others

Norman Triplett (1898) tertarik pada perlombaan balap sepeda. Dia menyadari bahwa para pebalap lebih cepat mengayuh sepedanya ketika mereka bersaing dengan lawannya ketimbang mereka mengayuh sendirian melawan waktu. Pengaruh kehadiran orang lain ini tidak hanya terbatas pada lomba balap sepeda, melainkan juga pada penelitian lainnya, misalnya kecepatan individu dalam mengerjakan soal perkalian sederhana. Fenomena ini dinamakan social facilitation.

Social facilitation :
(1) Original meaning : the tendency of people to perform simple or well-learned tasks better when others are present. 
(2) Current meaning : the strengthening of dominant (prevalent, likely) responses in the presence of others.
 

Tetapi, kehadiran orang lain ternyata juga dapat menyebabkan buruknya performa kita. Lho kok jadi kontradiksi? Jadi sebenarnya kehadiran orang lain itu dapat meningkatkan atau justru malah membuat performa kita memburuk sih?

Robert Zajonc (1965) mencoba untuk merekonsiliasi pandangan yang berbeda ini. Ternyata ada satu faktor yang memengaruhi, yaitu social arousal. Kehadiran orang lain dapat meningkatkan performa individu jika tugasnya mudah. Sebaliknya, jika tugasnya susah, kehadiran orang lain justru memperburuk performa. Untuk lebih mudah memahami, bagan di bawah bisa membantu.


klik gambar untuk memperbesar


Why Are We Aroused in the Presence of Others?

Kenapa kita bisa bersemangat dengan kehadiran orang lain? Dari berbagai penelitian yang telah dilakukan setidaknya terdapat tiga faktor yang memengaruhi hal tersebut, yaitu evaluation apprehension, distraction, dan mere presence. (Aiello & Douthitt, 2001; Feinberg & Aiello, 2006).

Evaluation Apprehension

Yang dimaksud dengan evaluation apprehension adalah concern for how others are evaluating us. Kita mengkhawatirkan bagaimana orang lain menilai kita. 

Driven by Distraction

Glenn Sanders, Robert Baron, and Danny Moore (1978; Baron, 1986) menduga ketika kita bertanya-tanya bagaimana performa co-actors (teman, lawan, pokoknya orang lain) atau bagaimana orang lain bereaksi, kita menjadi terdistraksi. 

This conflict between paying attention to others and paying attention to the task overloads our cognitive system, causing arousal.

Mere Presence

Zajonc percaya hanya dengan kehadiran orang lain dapat menimbulkan arousal (gairah? semangat?) meski tanpa adanya kekhawatiran akan penilaian orang lain ataupun distraksi. 

Social Loafing: Do Individuals Exert Less Effort in a Group?

Social facilitation terjadi ketika individu melakukan kegiatan individual (work toward individual goals) dan usaha mereka dinilai. Social facilitation tidak muncul jika orang-orang bekerja sama untuk tujuan bersama dan ketika mereka tidak diminta atau ditanya untuk bertanggung jawab dalam kontribusinya. Alias tidak ditanya, "Eh, elo sudah ngapain saja neh?" Misalnya, tugas kuliah yang dikerjakan secara kelompok dan setiap mahasiswa dalam kelompok tersebut mendapat nilai yang sama.

Additive tasks are tasks where the group’s achievement depends on the sum of the individual efforts.

Many Hands Make Light Work

Alan Ingham (1974) melakukan eksperimen permainan tarik tambang. Para partisipan diberitahu mereka bekerja sendirian atau mereka memiliki teman dalam menarik tali tambang tersebut. Mereka diminta untuk "pull as hard as you can". Hasilnya partisipan yang diberitahu bekerja sendiri menarik talinya 18% lebih  kuat ketimbang mereka yang diberitahu bahwa mereka tidak sendirian. 

Social loafing : The tendency for people to exert less effort when they pool their efforts toward a common goal than when they are individually accountable.

Saya sangat yakin bahwa kita semua familiar dengan situasi seperti ini. Ingat ketika mengerjakan tugas kuliah berkelompok, sementara yang lain sibuk mencari ide, membaca jurnal, menuangkannya dalam tulisan, dan ada satu orang yang tugasnya khusus mencetak dan menjilid tugasnya? Yang terakhir itu -- yang usahanya paling minimal -- saya banget. Ha, ha. By the way, orang-orang yang begini disebut free riders.

Free riders : People who benefit from the group but give little in return.

Untuk memotivasi anggota kelompok, salah satu strategi yang dapat digunakan adalah memastikan performa setiap anggota kelompok diketahui. Kita jadi tahu si A, B, C, dan D tugasnya apa saja. Pelatih sepakbola melakukan ini dengan cara merekam dan mengevaluasi setiap pemainnya. Baik secara berkelompok ataupun tidak, individu cenderung untuk lebih berusaha ketika hasil kerja (output) mereka diketahui dan dinilai.

Gambar di bawah ini dapat lebih mudah menjelaskan.

klik gambar untuk memperbesar


Akan tetapi, orang-orang di dalam kelompok mau berusaha lebih keras jika tujuan yang ingin dicapai penting, hadiah (atau penghargaan)-nya keren atau signifikan, dan ada team spirit.

Deindividuation: When Do People Lose Their Sense of Self in Groups?

Berbagai situasi yang muncul dalam kelompok bisa membuat seseorang kehilangan self-awareness, yang berakibat pada kehilangan identitas dirinya dan self-restraint. Pertanyaannya, keadaan seperti apa sajakah yang dapat membuat seseorang mengalami deindividuasi?

Doing Together What We Would Not Do Alone

Kita telah membahas bahwa social facilitation dapat meningkatkan semangat (arousal) untuk melakukan sesuatu, sebaliknya social loafing membuat anggota kelompok merasa tanggung jawabnya berbaur (diffused responsibility) dengan satu sama lain sehingga tidak perlu memberikan usaha lebih besar. Nah, ketika arousal dan diffused responsibility ini digabungkan, ditambah dengan hilangnya kontrol diri (normal inhibitions) maka hasilnya cukup mengejutkan. Mengutip lengkap dari Myers:

People may commit acts that range from a mild lessening of restraint (throwing food in the dining hall, snarling at a referee, screaming during a rock concert) to impulsive self-gratification (group vandalism, orgies, thefts) to destructive social explosions (police brutality, riots, lynchings).

Dengan kata lain, perilaku ini tidak akan dilakukan jika sendirian, tetapi muncul jika ada orang lain. Kehilangan identitas individu -- identitas yang membuatnya unik -- dan identitasnya melebur dalam kelompok disebut dengan deindividuasi. 

Deindividuation : Loss of self-awareness and evaluation apprehension; occurs in group situations that foster responsiveness to group norms, good or bad.

Deindividuasi ini bisa membuat orang baik menjadi jahat, seperti yang dibuktikan dalam Stanford Prison Experiment yang sudah pernah saya bahas di sini. Faktor-faktor yang dapat menimbulkan deindividuasi adalah group size, physical anonimity, dan arousing and distracting activities.

Group Polarization: Do Groups Intensify Our Opinions?

Group polarization : Group-produced enhancement of members’ preexisting tendencies; a strengthening of the members’ average tendency, not a split within the group.

Dalam kehidupan sehari-hari, kita biasanya berkumpul dengan orang-orang yang sikapnya serupa dengan kita. Saya menyebutnya dengan "satu frekuensi". Apakah dengan berkumpul dengan orang-orang yang satu frekuensi dengan kita akan meningkatkan intensitas sikap tersebut? Kalau kata Myers, "It happens."

Groupthink: Do Groups Hinder or Assist Good Decisions?

Definisi groupthink:

Groupthink : “The mode of thinking that persons engage in when concurrence-seeking becomes so dominant in a cohesive in-group that it tends to override realistic appraisal of alternative courses of action.”—Irving Janis (1971)

klik gambar untuk memperbesar


The Influence of the Minority: How Do Individuals Influence the Group?

Bagaimana caranya minoritas bisa persuasif? Bagaimana individu dari kelompok minoritas bisa memengaruhi kelompok? Contohnya Copernicus dan Galileo, Martin Luther King, Jr., Rosa Parks, dan lain-lain. By the way, pengaruh minoritas di sini maksudnya opini minoritas ya, bukan minoritas etnis.

Consistency

Moscovici et al. (1969) mengadakan eksperimen. Hasilnya menunjukkan jika minoritas dari partisipan ngotot bilang warna hijau pada slides dan bukannya biru, maka anggota yang mayoritas akan sepakat juga bahwa slides tersebut berwarna hijau. Akan tetapi, jika minoritas tidak konsisten bilang hijau, adakalanya mereka bilang biru juga, maka mayoritas tidak akan sepakat bilang bahwa slides tersebut berwarna hijau. 

Menjadi nonkonformis itu tidak mudah. Kadang terasa menyiksa dan tidak enak menjadi berbeda dari mayoritas anggota kelompok. Cuma ya kembali lagi. Kalau opini minoritas mau didengar dan mengubah dunia (halah), konsistensi sangat diperlukan. 

Self-Confidence

Konsistensi dan kegigihan melahirkan self-confidence atau kepercayaan diri. 

By being firm and forceful, the minority’s apparent self-assurance may prompt the majority to reconsider its position.

Defections from the Majority

Ketika minoritas secara konsisten meragukan atau mempertanyakan mayoritas, maka anggota mayoritas akan mengekspresikan juga keraguannya dan bukan tidak mungkin akan sepakat dengan opini dari minoritas. Dengan kata lain, mayoritasnya sudah mengalami defections atau dissenting.

Demikianlah rangkuman Bab 8 dari buku Social Psychology karangan David G. Myers. Semoga rangkuman ini dapat menambah wawasan kita semua. Seperti biasa, sampai jumpa di bab berikutnya!

p.s.: Pop Quiz yang saya adakan di Bab 7 pesertanya hanya satu orang, yaitu Anggie. Itupun Anggie telat sehari dari jadwal kuisnya. Saya memang tidak pernah berhasil bikin kuis. Maksudnya, pesertanya tidak pernah banyak. Ha, ha, aku sedih. :'(

By the way, saya sudah bilang ke Anggie kalau dia pemenangnya dan akan saya kirimkan voucher Google Play, tetapi Anggie tidak mau. Katanya kalau pesertanya cuma dia seorang, dia tidak mau hadiahnya. Hadiahnya disimpan saja buat nanti kalau saya bikin kuis lagi. Baiklah kalau begitu. Kapan-kapan, suatu saat nanti, kalau saya bikin kuis, kalian semua ikutan ya!

Daftar Pustaka:

Myers, D. G. (2010). Social psychology (10th ed.). New York: McGraw-Hill.

2 comments

  1. Terima kasih. Senang kalau artikel di blog ini bisa membantu.

    ReplyDelete
  2. Ka berarti perilaku bully itu bisa masuk di teori Deindividuasi ya? atau mungkin ada pendapat Kaka yg lain mengenai hal ini 🙏

    ReplyDelete

Saya akan senang sekali jika kalian meninggalkan komentar, tetapi jangan anonim ya. Komentar dari anonim—juga komentar yang menggunakan kata-kata kasar, menyinggung SARA, dan spam—akan saya hapus. Terima kasih sebelumnya.