Things that I Regret the Most

Dua hari yang lalu tanggal 15 Juli 2021 sekitar setengah jam menuju tengah malam sebuah cuitan dari Om Ayah muncul di lini masa Twitter saya. Belum ada tanda-tanda mengantuk dan barangkali pengaruh suasana malam yang membuat sisi rapuh saya menyeruak ke luar, saya pun membalas cuitan beliau tersebut.




Saya belum pernah membicarakan terkait penyesalan ini sebelumnya secara utuh dan mendalam. Hanya sembari lewat dengan kakak saya atau beberapa teman dekat. Itupun hanya sepenggal. Sekarang sudah saatnya saya berani untuk membahasnya secara penuh kejadian apa saja yang membuat saya sangat menyesal.

Jadi, berikut adalah lima kejadian dalam hidup yang paling saya sesali. Patut diketahui peristiwa yang saya sesali ini berdasarkan urutan waktu kejadian. 


1. Sakit dan Meninggalnya Papa di Desember 2013

Papa pertama kali didiagnosis kanker usus di tahun 2009. Blog ini menjadi saksi perjuangan Papa. Cukup sering saya bercerita dan curhat di sini mengenai perjuangan beliau yang akhirnya harus menyerah tanggal 3 Desember 2013. Hati saya hancur berkeping-keping. Rasa sakitnya tidak terperi. Cukup lama buat saya untuk menyembuhkan luka kehilangan Papa.

Sampai saat ini saya masih suka merasa menyesal saya tidak cukup berbuat banyak dalam merawat beliau di waktu sakit. Semasa beliau sehat pun saya merasa menyesal saya tidak cukup banyak menunjukkan kasih sayang dan perhatian. 

2. Tidak Berpamitan ke Minak Donny di Tahun 2014

Minak Donny adalah kakak tertua saya. Di pertengahan tahun 2014 beliau dirawat di salah satu rumah sakit swasta di Jakarta kurang lebih selama dua bulan, di mana sebulannya beliau dirawat di ICU. 

Waktu itu kondisi beliau mulai membaik. Karena kondisinya membaik dan karena saya harus pulang ke Bandarlampung (saya lupa karena urusan apa), saya pulang duluan. Di hari jadwal penerbangan pulang, entah kenapa saya tidak singgah sebentar ke rumah sakit untuk berpamitan dengan Minak. Beberapa hari kemudian Minak meninggal. Saya menyesal hingga hari ini. 

3. Tidak Mengabulkan Permintaan Kanjeng Edy di Tahun 2015

Kanjeng Edy itu kakak saya yang nomor empat. Beliau sakit kanker hati. Beliau tidak mau berobat karena yah memang orangnya keras kepala. Jadi, kami merawat beliau secara paliatif saja. Kondisi beliau saat itu belum parah. Masih seperti orang sehat. 

Anyway, saya ingat betul kejadiannya. Saat itu mendekati Lebaran, Kanjeng bercanda minta THR ke saya (katanya mau mencicipi gaji saya) dan minta dibelikan apel. Saya yang saat itu masih jadi orang pelit (dan juga karena faktor saya tidak dekat dengan beliau), saya tidak mengabulkan apa yang beliau minta. Sekitar sebulan kemudian, Kanjeng meninggal. Hati saya selalu terasa sakit jika mengingat ini.

4. Mama

Tepat di bagian ini, ketika baru saja saya mengetikkan kata "Mama", air mata menetes jatuh. Saya bukan siapa-siapa, saya tidak akan menjadi diri saya seperti sekarang, jika bukan karena Mama. Mama dan Papa sudah merawat saya sejak kecil dan membesarkan saya hingga dewasa dengan penuh cinta kasih, tanpa mengharapkan imbalan. Saya merasa apa yang sudah saya lakukan selama ini untuk Mama, terutama setelah Papa meninggal, tidak akan pernah cukup untuk membalas kasih sayang Mama. Tidak akan pernah cukup juga menunjukkan betapa besar rasa terima kasih saya kepada Mama. Hati saya kembali hancur ketika Mama meninggal tanggal 30 November 2020. This is hard. Really. But, I gotta move on.


this is what I look like right now
Foto oleh Liza Summer dari Pexels

5. Tidak Mengenal Yasmin Lebih Dekat

Yasmin adalah keponakan tertua saya. Jarak usia kami tidak terlalu jauh. Sewaktu dia masih kecil kami sangat dekat. Ya iyalah, saya ikut menggendong dia, menyuapi dia, dan main bareng. Sayangnya, setelah dia beranjak remaja dan dewasa, hubungan kami mulai renggang. Kami jarang ngobrol. Dia sibuk dengan dunianya dan sayapun demikian. Dan Yasmin pun pergi meninggalkan kami semua secara mendadak pada tanggal 5 April 2021, tanpa ada tanda-tanda, tanpa mengizinkan saya untuk merekatkan kembali hubungan kami. I regret this. I should have known her better. 

Orang-orang bilang terkadang harus ada kejadian luar biasa membekas dulu dalam hidup seseorang baru dia bisa berubah. Ini berlaku buat saya. Lima kejadian ini membuat saya berubah. Saya belajar banyak hal. Saya jadi menyadari betul makna treasure every moment with your loved ones. Mumpung masih diberi kesempatan, luangkan waktu untuk dihabiskan bersama orang-orang yang kalian kasihi. Limpahi mereka dengan kasih sayang. Tunjukkan kepada mereka kalau kalian sayang dan peduli. Do crazy and fun stuffs together. Create unforgettable moments. Jangan sampai menyesal. Karena pada akhirnya waktu kita di dunia ini terbatas. 

20 comments

  1. Tersentuh banget dengan postingan yang ini :'( Sending virtual huuuugs...

    ReplyDelete
  2. Kak Kimi 😭😭 terima kasih karena udah mau sharing akan hal ini. Pasti berat banget melalui dan mengingat semua ini. Sebagi pembaca, aku ikutan nyesek 😭. Terima kasih, lewat tulisan ini aku diingatkan kembali untuk lebih peduli terhadap orang sekitar 🙏🏻🙏🏻
    Sending virtual hugs untuk Kak Kimi 🤗

    ReplyDelete
  3. Konon yang bisa kita lakukan untuk mereka yang sudah mendahului kita adalah dengan mengirim doa. Doa terbaik untuk semua yang Kimi tulis di atas ya. Semoga mereka sekarang berada di alam yang bahagia.

    ReplyDelete
  4. Ikut berduka cita kak Kimi. Semoga dengan mengirimkan doa mereka tenang disana. Amin

    ReplyDelete
  5. speechless, would have offered my hugs if you’re near, tapi dengan menuliskannya, kamu sudah berhasil berdamai dengan dirimu, kurasa

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mbak Naaay... I would love for you to hug me. :'(

      Delete
  6. jd inget postinganmu ttg tatoo kecil kapal di atas lautan.. dirimu hebat, kim :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah, dirimu masih ingat saja postingan itu. Itu kan tulisan sudah lama sekali. Btw, thanks, Om!

      Delete
  7. Sedih bacanya mba :(. Terlebih kehilangan orang tua dan keluarga sih yg berasa banget sedih nya.

    Dan sejak pandemi ini, akupun pernah mikir, 1 demi 1 kluarga dan teman banyak yg berguguran. Gimana rasanya kalo kita di posisi itu dan belum sempet menyatakan penyesalan ATO nunjukin sayang.

    Sebisa mungkin aku ga mau terlalu cuek lagi. Pandemi ini mengajarkan, hidup manusia itu singkat dan ga bisa ditebak :(. Segala sesuatu yg bisa kita lakuin skr, lakuin aja. Jangan tunggu2 tarsok...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, Mbak. Betul. Musim pandemi ini bikin kita makin sadar kalau umur tuh memang benar-benar gak ada yang tahu. Jadi, mumpung masih ada kesempatan, manfaatkan kesempatan yang diberikan itu sebaik mungkin.

      Delete
  8. memang kepergian orang dekat membuat kita sangat menyesal
    terlebih lagi jika kita tidak bisa menyempatkan diri memenuhi atau sekadar bertemu dengan mereka
    semoga semuanya bahagia di sana ya mbak...
    terima kasih atas pelajaran berharganya

    ReplyDelete
  9. Postingan ini mengharukan sekali, Mbak Kimi. Semoga Mbak Kimi di sana selalu sehat. :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Amiiin... Terima kasih, Bang Morish. Semoga dirimu juga selalu sehat ya. Stay safe.

      Delete
  10. peluk jauh mbak Kimi
    penyesalan selalu muncul akhir-akhir. waktu almarhum bapak dan ibu aku meninggal, rasanya aku memang belum bisa beri banyak, kadang juga masih cuek juga dan kayak gampangin sesuatu.
    apalagi aku tinggal beda rumah sama ibuku, jadi ga tiap hari aku main ke rumah ibuku

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih, Mbak Ainun. Mari kita berpelukan. *hugs*

      Delete

Saya akan senang sekali jika kalian meninggalkan komentar, tetapi jangan anonim ya. Komentar dari anonim—juga komentar yang menggunakan kata-kata kasar, menyinggung SARA, dan spam—akan saya hapus. Terima kasih sebelumnya.