Hobi

Day 108. Post a Day 2011.

Waktu saya masih SMP dulu saya mengoleksi kaset. Westlife, N Sync, B*Witched, The Corrs, Sheila on 7 adalah contoh group band yang saya koleksi kasetnya. Masih banyak yang lain. Sayangnya saya tidak cukup rajin mencatat dan menyimpan koleksi saya itu. Saya tidak tahu pasti berapa jumlah koleksi kaset saya (lebih dari 50 kaset, saya rasa. Mungkin mendekati angka 100) dan sekarang entah kemana koleksi kaset saya itu.

Seingat saya harga kaset dulu sekitar Rp 20ribu. Uang segitu tentu berarti banyak bagi saya yang masih SMP. Anehnya, dulu saya merasa ringan saja kalau harus mengeluarkan uang sebesar Rp 20ribu untuk membawa pulang kaset penyanyi favorit saya (dulu) dari toko. Mungkin ini yang namanya hobi? Hobi mengoleksi kaset. Senang mengumpulkan kaset. Atas nama hobi, uang pun bukan masalah.

Tapi, itu dulu. Masa-masa membeli kaset sudah lewat. Selain karena kaset sekarang sudah tidak dijual lagi, sekarang juga masanya mengunduh gratis dari internet. *eh*

Saya pun jadi berpikir random. Orang bisa saja bertindak irasional jika menyangkut hobinya. Contoh sederhananya saja, dia tidak akan segan-segan merogoh koceknya dalam-dalam hanya untuk hobinya. Lihat saya. Rp 20ribu dengan sukarela saya keluarkan untuk punya kaset Westlife terbaru. Rp 500ribu bisa saya habiskan dalam sekali belanja untuk membeli buku. Atau pecinta Barbie yang koleksi Barbie-nya mencapai 600 buah boneka. Enam ratus! Yang harga satunya bisa ratusan dolar Amerika Serikat. Atau yang punya hobi otomotif. Mengotak-atik mobilnya, permak sana-sini, yang bisa jadi ongkos modifikasinya bisa lebih mahal daripada harga mobilnya itu sendiri.

Itu baru dari segi duit. Belum dari segi waktu dan tenaga. Berjam-jam nongkrong di bengkel menemani mobil kesayangannya atau berkeliling dari satu lelang ke lelang berikutnya untuk mencari Barbie kesayangan yang ingin dikoleksinya. Atau saya yang rela jauh-jauh dari Depok ke Kinokuniya atau Periplus Plasa Senayan untuk mencari buku. Atau seperti yang saya baca di The Man who Loved Books too Much dimana Gilkey suka mencuri buku-buku langka karena kecintaannya atas buku. Atau contoh-contoh yang lain. Silakan tambah sendiri. :D

Itu baru dari hobi yang ringan. Belum dari hobi yang ekstrem dan menantang maut.

Bagi orang lain yang melihat kita dengan hobi kita mungkin akan geleng-geleng kepala. Mungkin mereka tidak akan habis pikir kita mau menghabiskan begitu banyak uang, waktu, dan tenaga demi pemenuhan kepuasan batin.

Saya juga seperti itu. Saat saya menempatkan posisi saya sebagai orang netral (maksudnya orang yang tidak punya hobi) ketika saya membaca Barbie Culture karangan Mary F. Rogers dan tahu ada orang yang koleksi boneka Barbie-nya enam ratus, saya geleng-geleng kepala. Tidak masuk di akal. Orang mau mengeluarkan ratusan dolar AS hanya untuk boneka seram begitu. Yang kalau saya lihat terus-terusan si Barbie ini lama-lama seperti hantu. Begitu pula saat saya lihat di televisi koleksi sepatu Oprah Winfrey yang entah berapa lemari saking banyaknya. Saya tidak habis pikir.

Mungkin sama tidak habis pikirnya saat orangtua saya melihat saya beli buku terus. Ibu saya pernah bertanya, "Beli buku apa? Novel?" Tidak ada komentar lebih lanjut. Tapi saya tahu dari nadanya beliau seolah-olah bilang, "Kaya' buku itu bisa bikin kaya raya aja. Kaya' baca novel bisa bikin pinter aja." :O

Punya hobi itu menyenangkan. Melakukan hobi bisa mempunyai kepuasan tersendiri. Di saat kita suntuk ketika melakukan hobi maka suntuknya akan hilang. Hobi itu bisa membunuh bosan, bete, you name it. Bahkan kita bisa melanggar aturan yang diberikan ke kita, atas nama hobi. Sudah tahu dilarang main futsal oleh ibu saya (karena pergelangan tangan saya sempat cedera), masih saja saya diam-diam main futsal di kampus. Sudah tahu besok pagi ada ulangan harian, masih saja saya main PS 2 sampai subuh.

Memiliki hobi main futsal, membaca, dan ngeblog membawa kebahagiaan tersendiri bagi saya.

Bagaimana dengan teman-teman sekalian? Apa hobi kalian? Ada cerita perilaku irasional kalian karena hobi? :D

5 comments

  1. Jadi inget waktu pindahan rumah pas kelas 2 SMP. Ibu saya yang kebingunan harus menempatkan buku-buku saya di mana, akhirnya memutuskan menjual beberapa buku yang dianggap memenuhi tempat. Alhasil sekitar 1 dus besar buku-buku komik, novel, dan beberapa ensiklopedia hilang terjual ke pedagang loak. Saat itu saya cuma bisa nangis dan marah juga sebenarnya, tapi apa daya buku-buku itu toh tidak akan kembali :(

    ReplyDelete
  2. belanja komik, Animonster, donlot anime sampe subuh..
    banyak lah tindakan extrim lain

    ReplyDelete
  3. gw pernha ngeblog di tempat yang ada wifi gratisnya slama enam jam lebih. hihihihi.... tapi entah kenapa ga ada perasaan malu gitu. :p

    ReplyDelete
  4. ada yg testimoni, bingung karena ga punya hobi.
    bagi mereka ini, membaca, musik, sudah merupakan kebutuhan.

    kalo kimi, hobi ada parameternya ga? misal, kl bisa menghasilkan uang dr ngeblog ato apa. eh hobi kimi ngeblog, bukan?

    ReplyDelete
  5. mulai SMP aku mulai tahu kalau aku punya yang namanya hobby, saat itu hobby ku adalah ngoprek benda benda elektronik, aku mulai rajin belajar elektronika. seneng banget pertama kali dapat merangkai lampu flip - flop, jadi makin semangat pengin merangkai ini itu merelakan uang jajan dibuat beli komponen komponen ... lhooo kok malah curhat :((

    ReplyDelete

Saya akan senang sekali jika kalian meninggalkan komentar, tetapi jangan anonim ya. Komentar dari anonim—juga komentar yang menggunakan kata-kata kasar, menyinggung SARA, dan spam—akan saya hapus. Terima kasih sebelumnya.