Pengalaman Pertama Nge-Istora

Sesuai dengan janji saya ke Lia di sini, tulisan saya kali ini akan menceritakan pengalaman saya nonton Indonesia Open 2023 langsung di Istora Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta. 

Sebagai seseorang yang mengaku-aku sebagai penggemar bulu tangkis sejak kecil, sesungguhnya saya belum pernah nonton kejuaraan bulu tangkis secara langsung. Selama ini nontonnya selalu dari layar kacadulu nonton di televisi, sekarang lebih sering nonton di penyedia jasa layanan aliran, seperti di YouTube.

Sejak dulu saya punya keinginan nonton langsung di Istora, tetapi belum ada kesempatan. Selalu ada saja alasan yang menghalangi niat saya buat nonton. Macam-macam alasannya, ya masalah akomodasi (dulu masih tinggal di Bandarlampung), tidak punya teman nonton, sampai ke masalah klasik: uang. Maka ketika PBSI mengumumkan penjualan tiket Indonesia Open 2023 akan dibuka tanggal 24 Mei 2023 yang lalu pada pukul 4 sore WIB, saya nekat ikutan beli. Pokoknya tahun ini saya harus nonton! Tidak boleh ada alasan yang menghalangi! Yang penting tiketnya dibeli dulu. Kalau nanti ada rintangan, ya sudah dipikirkan nanti saja. 

Entah saya sudah melakukan kebaikan macam apa kemarin-kemarin itu atau tabungan karma baik saya sudah sebanyak apa karena Semesta sepertinya membalas dengan memberikan saya kemudahan dan keberuntungan. Dimulai dari Uthie yang mau jadi teman saya nonton, saya bisa dapat tiket kategori 2 hari keempat yang merupakan babak perempat final (tanggal 16 Juni 2023), sampai saya menang kuis tiket VIP Indonesia Open 2023 hari ketiga dan hari keempat!

Berhubung saya menang kuis, jadinya saya punya 2 tiket hari keempat. Satu tiket VIP dari menang kuis dan satu tiket kategori 2 yang saya beli sendiri. Tiket kategori 2-nya saya jual dan, Alhamdulillah, laku. Bisa dibilang ini juga sebuah kemudahan dan keberuntungan, bukan? Uang saya kembali dan ada satu orang yang senang bisa dapat tiket tidak lewat calo.

Hari Pertama Nonton (15 Juni 2023)

Saya datang ke Istora sangat telat karena saya masih ada rapat di kantor sampai siang. Saya baru bisa jalan ke Istora sekitar pukul 3 sore WIB. Sampai di Istora, saya tidak bisa langsung masuk karena masih harus menunggu admin SPOTV Indonesia. Tanpa dia, saya tidak punya tiketnya. Tanpa tiketnya, saya tidak bisa masuk. 


Akhirnya nge-Istora!


Saya cukup lama menunggu, tetapi tidak apa-apa. Saya tetap bahagia begitu diberikan dua tiket VIP untuk hari itu dan satu tiket VIP untuk besoknya. Saya langsung menelpon Uthie, yang sudah duluan di Istora. Berhubung saya punya dua tiket, saya mengajaknya untuk menemani saya nonton di, ehem, tribun VIP. 





Karena saya datangnya telat, saya tidak kebagian kursi yang di depan. Namun, tidak apa-apa. Dari kursi yang saya duduki ini pun saya masih bisa melihat semua lapangan. 


Hehe... akhirnya bisa lihat Papa Vega langsung


Karena tidak mau rugi datang sudah sangat telat, di hari pertama nge-Istora ini saya baru pulang setelah semua pertandingan berakhir yang baru selesai hampir pukul 10 malam. Pertandingan terakhir malam itu antara Ahsan/Hendra melawan Pramudya/Yeremia. Pertandingan berlangsung alot dan seru. Bermain tiga gim, Pram/Yere bisa menang atas Ahsan/Hendra dengan skor 18-21, 21-19, 23-21. 

Hari Kedua Nonton (16 Juni 2023)

Khusus hari kedua nonton, sengaja saya mengambil cuti. Saya tidak mau ketinggalan nonton dari awal karena hari ini sudah babak perempat final. Saya datang sendirian dan nonton sendirian juga di VIP. Saya terpisah dengan Uthie karena ia dapat tiketnya di kategori 2. Sementara tiket kategori 2 punya saya sudah saya jual. 

Keberuntungan saya masih berlanjut di hari kedua. Saya iseng masuk melalui pintu 6 (kalau tidak salah ingat) karena atlet-atlet biasanya masuk ke lapangan dari sisi ini. Saya berharap siapa tahu kursi di bagian paling depan masih ada yang kosong dan saya bisa melihat atlet-atlet itu dari jarak dekat. 

Alhamdulillah, masih ada satu bangku kosong dan saya langsung menempatinya. Saya merekam hampir semua pemain yang masuk ke lapangan, termasuk Anthony Sinisuka Ginting. Saya ingin mengunggah videonya di sini, tetapi katanya ukuran file-nya melebihi batas maksimal. Saya terlampau malas untuk mengkompresi ukuran file-nya untuk menjadi lebih kecil. Ha, ha. Sebagai gambaran, di bangku saya itu saya bisa salaman dengan Anthony. Sedekat itu, Gaes, saya dengan Anthony... 🥹

Ngomong-ngomong, melihat dari daftar pemain yang masuk ke perempat final sepertinya akan seru. Indonesia diwakili tujuh pemain (2 tunggal putra, 1 ganda putri, 1 ganda campuran, dan 3 ganda putra). Sayang, Indonesia hanya menyisakan dua wakilnya untuk ke semifinal, yaitu Anthony dan Pram/Yere. Anthony mengalahkan Jonatan Christie 21-19, 21-16. Sementara, Pram/Yere berhasil mengandaskan ganda putra China yang sedang naik daun, Liang Wei Keng/Wang Chang, dengan skor 16-21, 21-17, 21-19. 

Setelah mengalami langsung nonton di Istora, saya jadi paham kenapa penggemar bulu tangkis begitu antusias untuk nonton di Istora. Dukungan Istora buat pemain kita bukan main-main. Hal itu sedikit banyak sangat membantu untuk menyuntikkan semangat ke pemain-pemain kita.

Ambil contoh pertandingan Pram/Yere versus Liang/Wang yang sangat, sangat seru. Saya yakin teriakan dan yel-yel dari Istora untuk Pram/Yere termasuk faktor yang membantu kemenangan mereka. Pram/Yere bertanding secara luar biasa. Dengan epic come back setelah skor tertinggal cukup jauh dari Liang/Wang, mereka bisa membalikkan keadaan dan memenangkan pertandingan. Istora langsung pecah dan bergemuruh saat bola dari Yere yang mengarah ke Wang Chang tidak bisa dikembalikan. Yang membuat saya merinding bangga, penonton di Istora tetap berteriak yel-yel, "Indonesia! Indonesia! Indonesia!" meski pertandingan sudah usai dan hari sudah malam. Pertandingan terakhir dan penonton masih setia, bahkan tetap semangat berteriak meski pertandingan sudah berakhir? Di mana lagi kalau bukan di Istora? 😉


secuil momen di Istora setelah Pram/Yere menang


Bagi yang penasaran untuk melihat lebih banyak, bisa dicari di Twitter. Cukup banyak yang mengunggah momen tersebut di sana. Dan kalau ada yang penasaran ingin nonton pertandingan Pram/Yere melawan Liang/Wang bisa dilihat di akun YouTube BWF TV berikut:


kalau tidak bisa ditonton, bisa dicoba nontonnya pakai VPN


Oh iya, ada satu hal yang menarik yang saya temui di hari kedua nonton. Jadi, saya semakin menyadari level militansi saya sebagai penggemar bulu tangkis tidak ada apa-apanya dibandingkan penggemar fanatik di luar sana. Di hari kedua ini, saya bertemu dengan penggemar berat Tai Tzu-ying, pemain tunggal putri dari Taiwan. Yang bikin saya takjub, mereka membeli tiket VIP mahal-mahal hanya untuk melihat Tai Tzu-ying main, lalu mengejarnya dan barangkali menunggu sampai konferensi pers selesai untuk foto atau minta tanda tangan, setelah itu mereka pulang.

Sungguh berbeda dengan saya yang dapat tiket VIP gratis dari hadiah menang kuis di Twitter. Meski gratisan pun, saya tetap tidak mau rugi. Saya nonton hampir semua pertandingan yang ada, dari awal sampai akhir. Kapan lagi coba saya bisa nonton para atlet itu bertanding dari jarak sedekat ini? Saking dekatnya saya bisa salaman sama Anthony. Iya, 'kan? 

Tetapi, ya, itu menunjukkan memang tujuan saya nonton berbeda dengan penggemar setianya Tai Tzu-ying. Kalau saya nonton memang ingin melihat pertandingan yang ada sebanyak mungkin, sementara mereka hanya ingin mengejar Tai Tzu-ying. Tidak apa-apa. Yang penting kami sama-sama bahagia. 😄

Penggemar: Kamu foto-foto sama atlet nggak, Kim?

Sayangnya, tidak. Saya terlampau malas mengejar atlet untuk foto bersama atau minta tanda tangannya. Sepertinya, saya memang tipe penggemar bulu tangkis yang demen nonton mereka bertanding saja. Namun, seandainya ada kesempatan foto bersama, ya, saya tidak menolak sih. Misalnya tanpa sengaja bertemu di pusat perbelanjaan atau di jalan, begitu. Kalau mau repot bela-belain menunggu bahkan sampai mengejar atlet ke tempat menginapnya, sih, saya ogah. 

Lantas, apakah saya kecewa karena tidak ada foto bareng atlet? Tidak juga. Biasa saja. Saya bisa berfoto dengan foto cardboard-nya Gregoria, Anthony, dan Fajar sudah cukup buat saya. 




Balik ke soal keberuntungan, di hari kedua ini saya bisa bertemu dengan Oma Gill! Bagi penggemar bulu tangkis pasti tahu siapa itu Oma Gill. Ketenarannya tidak kalah dengan para atlet bulu tangkisnya sendiri. Beliau adalah komentator BWF. Suaranya khas dengan special lines-nya, seperti "Unbeliveable!", "How on earth that he/she do that?". Belum lagi informasi trivia yang sering Oma Gill bagikan selama pertandingan. Informasi itu dia kumpulkan melalui riset yang setidaknya dibutuhkan waktu sekitar tiga jam, mungkin lebih. Sayang sekali saya tidak sempat minta foto bareng dengan beliau karena saya sempat terpaku beberapa detik. Mau ngomong minta foto bareng saja, saya tidak bisa. Untuk mengeluarkan ponsel saja saya tidak sempat. Dan Oma Gill pun berlalu di depan mata saya. Hiks. 

Jadi, begitulah cerita saya selama dua hari nonton Indonesia Open 2023 di Istora. Sungguh sebuah pengalaman pertama yang tidak terlupakan. Bagaimana tidak terlupakan kalau dari pengalaman pertama ini hokinya banyak betul? Semoga saja keberuntungan saya ini berlanjut di tahun depan, misalnya dapat tiket VIP gratis lagi dan bisa foto bareng dengan atlet-atletnya. AMIN! 

2 comments

  1. Kak Kimi beneran hoki berturut-turut!! Senang banget bacanya dan berasa vibes serunya nonton langsung di Istora 😍. Sumpah, itu posisi duduknya deket banget dong kalau bisa sampai salaman sama Anthony! super lucky! 👏🏻. Pengalaman pertama nonton yang sangat memuaskan ya, Kak!! Semoga nanti ada rezekinya lagi untuk nonton VIP di Istora 😍

    ReplyDelete
    Replies
    1. Beneraaan dekat bangeeettt... Huhuhu aku senang banget bisa salaman sama Anthony dan atlet-atlet yang lain karena posisi duduk yang strategis.

      Btw, amin amin amiiin... Semoga tahun depan bisa ada rejeki buat nonton VIP, kalau bisa dari jalur menang kuis lagi. Wkwkwkwk.

      Delete

Saya akan senang sekali jika kalian meninggalkan komentar, tetapi jangan anonim ya. Komentar dari anonim—juga komentar yang menggunakan kata-kata kasar, menyinggung SARA, dan spam—akan saya hapus. Terima kasih sebelumnya.