Kenapa Edgar Linton?

Untuk kali kedua saya membaca Wuthering Heights dan pendapat saya akan novel tersebut tetap sama seperti ketika kali pertama saya membacanya, yaitu saya tetap menyukainya. Ulasan singkat sudah saya tulis di sini. Setelah menulis ulasan tersebut ada satu pikiran yang mengganggu saya, yaitu tentang Catherine Earnshaw yang memutuskan untuk menikah dengan Edgar Linton ketimbang dengan Heathcliff.

Seperti yang sudah saya tulis di sana, meski Catherine sebenarnya mencintai Heathcliff, toh pada akhirnya dia lebih memilih Edgar. Menurutnya, Edgar lebih berprospek masa depan cerah ketimbang Heathcliff. Padahal kalau dari soal hati, sebenarnya perasaan Catherine hanya untuk Heathcliff. Sampai akhir menulis ulasan tersebut, otak saya sulit untuk fokus.

Sulit untuk fokusnya begini. Dua kali membaca Wuthering Heights baru kali ini lah saya serius memikirkan kenapa Catherine memilih Edgar. Iya, kurang kerjaan banget memang. Hal begitu saja dipikirkan. Mbok ya dinikmati saja begitu novelnya. Iya, kan? :r

Anyway, keputusan Catherine tersebut mengingatkan saya akan banyak cerita yang pernah saya dengar. Tentang seorang wanita yang akhirnya memutuskan untuk menikah dengan pria A ketimbang pria B. Alasannya macam-macam. Bisa jadi si pria A ini menawarkan status sosial yang lebih tinggi dan kemapanan dibandingkan pria B yang hanya menawarkan cinta. Si wanita berpikir, "Memangnya hidup cuma makan cinta? Makan tuh cinta!" Padahal dia dan si pria B sudah berpacaran bertahun-tahun.

Apa itu salah? Menurut saya sih tidak. Tunggu... Jangan protes dulu. Biarkan saya menjelaskan. 

Selayaknya spesies-spesies lain yang ada di muka bumi ini, manusia juga kepingin bisa bertahan hidup kok. Kalau manusia tidak mau bertahan hidup, ya manusia sudah punah dari jaman dahulu kala. Bagaimana caranya bertahan hidup? Ya tentu saja kebutuhan sandang, pangan, dan papan harus terpenuhi. Ketika manusia bisa memenuhi itu semua, kemudian manusia beranak-pinak dan menjadi khilafah di bumi. 

Di jaman modern seperti sekarang ini, manusia juga masih berusaha untuk bertahan hidup. Saya percaya kita sebagai manusia juga ingin hidup makmur dan sejahtera. Betul tidak? Apa yang dilakukan Catherine itu sebenarnya tidak lebih untuk kepentingannya sendiri demi bertahan hidup. Jadi teringat evolusi deh. Survival of the fittest. Siapa yang punya sumber daya paling oke dia lah yang paling memungkinkan untuk bertahan hidup dan memiliki keturunan. Kalau pria ya, siapa yang paling kuat dan cerdas dia lah yang kemungkinan paling besar akan dipilih wanita untuk kawin dan punya keturunan. Kaitannya dengan Catherine ya begitu juga. Edgar menawarkan status sosial lebih tinggi dan kekayaan. Dia juga cakap serta cerdas. Maka tak heran kalau Catherine lebih memilih Edgar ketimbang Heathcliff. Ditambah Catherine juga kepingin hidup makmur dan sejahtera.

Berarti dalam diri kita ini masih ada sisa-sisa manusia purba ya? Lah iya, jelas itu. Tapi, kok, sepertinya jahat sekali ya sudah pacaran bertahun-tahun terus ditinggalkan demi orang lain dan demi kebertahanan hidup? Iya, jahat sih bagi yang pernah atau sedang mengalami. Rasanya dunia ini tidak adil. Tapi, saya masih percaya hidup ini perkara pilihan. Kalian juga bebas memilih kok. Kalian bebas memilih siapa saja yang kalian rasa bisa menawarkan kalian kebahagiaan, keamanan, dan tentu saja bisa membuat kalian bertahan hidup. Siapa sih yang tidak ingin hidup bahagia (tentunya dengan definisi bahagia masing-masing)? Untuk apa bertahan dalam sebuah hubungan yang tidak menjamin kebahagiaan? Tapi, kan, masih ada cinta? Yakin cinta bisa menjamin kebahagiaan? Komponen bahagia itu bukan cuma cinta lho. Eh iya, sudah tahu kan dengan seiringnya waktu cinta bisa semakin pudar? Kalau cintanya hilang, bagaimana dong?

Tapi, seandainya nih kalian sudah menemukan seseorang yang kalian rasa yakin (apapun yang menjadi tolok ukur penilaian kalian), then stop looking. Settling down. Tidak usah lagi mata kalian jelalatan kanan-kiri untuk mencari yang lebih baik dari yang sudah ada. Karena, ya, kalau mau mencari terus tidak akan pernah ada habisnya. Manusia tidak akan pernah puas. Toh, (lagi-lagi) saya percaya kita sebagai manusia modern lebih baik kok ketimbang manusia purba. ;)

Cukup lah sekian pikiran yang mengganggu saya di pagi hari ini. Dan, mari kita akhiri tulisan ini dengan sama-sama mendengarkan lagu di bawah ini. Tabik!


4 comments

  1. Aku kenal seseorang (perempuan) yg sudah pacaran bertahun-tahun dengan pacarnya, tapi lantas memutuskan kekasihnya itu untuk kemudian menikah dgn orang lain yg jauh lebih mapan.

    Sepertinya kebanyakan perempuan memang kayak gitu, ya? Nggak keberatan menikah dgn orang yg kurang dicintai, asalkan mapan dan bisa melindungi. Baiklah, saya harus kerja keras supaya bisa jadi pria mapan. Ganbatte!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Semangat, Dit! Jangan mudah menyerah! Percayalah bahwa kamu bisa! *halah, apa sih*

      Delete
  2. I thought he was the one, tapi ternyata dia nyerah diem-diem gak bilang2. Dateng2 udah punya cewek baru. Aku rasa nggak akan ada orang yang setulus itu, one in a million. Tapi memang hidup gitu kok, gak ada manusia yang sempurna. Tinggal cari siapa yang worth it, siapa yang worth it buat nyakitin kamu dan kamu akan tetap maafin dia dan berjuang sama dia. Kalau dia nggak mau berjuang sama-sama, ya lepasin aja :)

    Anyway, thank you for tonight :* Hang in there Kimi...

    ReplyDelete

Saya akan senang sekali jika kalian meninggalkan komentar, tetapi jangan anonim ya. Komentar dari anonim—juga komentar yang menggunakan kata-kata kasar, menyinggung SARA, dan spam—akan saya hapus. Terima kasih sebelumnya.