Saya mengerti betul perasaan Teh Isma saat saya membaca tulisannya yang ini. Karena saya juga mengalami hal yang sama dengan Teh Isma, yakni kesepian.
Narasi saya mirip dengan Teh Isma. Saya kesepian di kampung halaman karena saya tidak punya teman yang asyik untuk diajak berbicara apa saja dan yang bisa bebas saya tanya kalau saya sedang bingung. Terkadang kalau saya sedang bosan di rumah, saya ingin keluar, nongkrong bersama seorang teman di kafe atau warung makan pinggir jalan, lalu ngobrol ngalor-ngidul.
Sayangnya, saya tidak bisa seperti itu. Makanya saya bilang saya ini sebenarnya kesepian, juga bosan. Kesepian dan bosan itu kombinasi yang bisa bikin stres dan berujung pada ngamuk-ngamuk sendiri.
Penggemar: Tapi, Kim, kalau mau nongkrong sama teman mah nongkrong saja. Tinggal telpon teman kamu atau kirim pesan di BBM/Line/Whatsapp. Ajak mereka bertemu. Selesai.
Oh, saya belum bilang ya bahwa sebenarnya jumlah teman saya tidak banyak banget? Sejak dulu teman saya sedikit, apalagi sahabat. Apalagi di umur sekarang yang makin malas untuk berbasa-basi haha-hihi menjalin sebuah pertemanan baru. Apalagi definisi teman bagi saya sekarang dan dulu itu beda banget.
Kalau ada yang bilang teman saya yang sekarang justru lebih banyak ketimbang dulu, yah itu kan hanya yang terlihat di permukaan. Mungkin itu karena saya memang terlihat lebih ramah. Lebih tepatnya sih saya sudah lebih pandai berbasa-basi ketimbang dulu. Saya banyak tersenyum, menegur orang lain lebih dulu, lebih cepat beradaptasi di tempat baru dan dengan orang yang baru dikenal, dan seterusnya deh. Pun kalau saya mendapat banyak teman sekarang tidak berlebihan kalau saya menganggapnya itu artifisial. Palsu.
Iya, saya yang palsu. Saya yang memakai topeng ramah agar orang di sekitar kenal sama saya. Dan saya tidak berkeberatan dengan kemampuan saya yang baru itu.
Cuma saya tahu diri. Saya tidak bisa berbicara hal yang tidak lazim di lingkungan saya, baik di rumah, tetangga, keluarga besar, maupun di kantor. Karena saya tahu ekspektasi mereka ke saya. Saya juga tahu ekspektasi saya ke mereka. Jadinya saya tidak usah muluk-muluk bisa ngobrol soal Psikologi Evolusi sama teman seruangan saya di kantor. Cukup cengengesan saja, manggut-manggut sok paham, kadang merengut sedikit kalau mereka sudah ngobrol soal urusan seks, becanda soal seks, atau menyuruh saya cepat-cepat kawin.
Intermezzo sedikit. Serius deh. Saya masih tidak paham ada orang yang hobi becanda soal seks di depan umum. Bahkan suka menjadikan orang lain jadi objek becandaan mereka. Dude, get a life.
Fokus lagi ya.
Nah, lagi saya memakai topeng. Saya pura-pura mengerti orang-orang di sekitar saya. Mereka bercerita, saya mendengarkan. Mereka mengeluh soal kehidupan mereka, saya masih mendengarkan. Mereka bergosip, saya juga ikut mendengarkan. Hanya mendengarkan lho ya. Biar saya update sama keadaan.
Jangan salah sangka dulu. Saya tidak ada masalah dengan itu semua. Tapi, memang tidak dapat dipungkiri ada kalanya saya rindu dengan obrolan yang menyegarkan kepala. Bukan sekadar obrolan pekerjaan atau obrolan basa-basi.
Makanya itu begitu saya sedang jenuh, lalu ada tiga hal ini: good food, good conversations, good friend(s), then I'll wake up in the morning feeling refreshed. My battery is fully recharged.
Note: tulisan ini dibuat setelah semalam kenyang makan enak, ditraktir pula, dan aku dibikin pintar oleh seorang teman. Aku bahagia!
I can totally feel you (cozy)
ReplyDeletesometimes you have to walk the extra mile and find your sanity, wherever they might be. semoga kita bisa selalu menemukan jalan untuk tetep waras ya, kim
Amiiiiin...
DeleteOh kirain ini tulisan soal laporan detail jalan-jalan dan ketemu sama si anu, anu dan inu (istilah keren jaman dulu waktu masih ngeblog : kopdar) :v *ngupil*
ReplyDeleteJorok ih ngupil di tempat umum!
Delete..jadi, aku termasuk salah satu temenmu ndak, kim? :|
ReplyDeleteKamu itu idolaku, Om.
Deletesaya memang berjasa...
ReplyDeleteIya, Mas. Kamu memang sangat berjasa. Terima kasih ya. :p
DeleteBtw kita sedikit mirip, mbak. Aku juga nggak punya banyak teman pun sahabat. Kyknya bagi mereka aku ini nggak ada asyiknya. Hihi.. Yah aku sih nggak masalah. This is me!
ReplyDeleteGpp, Mas. Senyamannya kamu saja. :)
DeleteKadang menjadi pendengar yang baik itu memang perlu ya, kak :)
ReplyDeleteIya, Icha. Memang perlu dan diperlukan. :)
Deletebener, sesekli kita harus membaur mendengarkn apa yang seharang lagi hits di lingkungan kita
ReplyDelete