10 Beauty Myths Debunk with Liah Yoo

Setelah sebelumnya saya penganut DIY skincare aliran Mbak Lintang Rinastiti, lalu beralih ke 10-steps (nggak benar-benar 10-steps sih) Korean skincare. Namun, sekarang ini saya sedang rajin mengikuti Mbak Liah Yoo. Dan semakin saya rajin mengikuti beliau, semakin saya berani bilang bahwasanya saya pengikut aliran Liah Yoo.

Kali ini saya ingin berbagi video YouTube dari Liah Yoo yang membahas beauty myths yang sering kali kita dengar. Saya merasa berkewajiban untuk berbagi info penting seperti ini biar kita sama-sama pintar.

Baiklah, mari kita langsung saja membahas apa saja beauty myths-nya.




1. Produk apapun yang kita pakai di kulit akan terserap dalam darah

Mbak Liah bilang ini mitos. Pasalnya kulit kita ini resilien banget. Seperti yang sudah kita ketahui kulit kita terdiri dari tiga lapisan epidermis, dermis, dan hypodermis. Lengkapnya sila lihat gambar di bawah ini.


gambar dari sini


Epidermis merupakan lapisan terluar dari kulit. Di bawah epidermis ada dermis tempat diproduksinya kolagen, hyaluronic acid, dan lain-lain. Hypodermis, lapisan paling bawah dan paling tebal, tempat menyimpan fat cells.

Nah, pada kenyataannya produk skincare susah buat tembus ke dalam untuk masuk ke lapisan dermis. Untuk bisa melewati lapisan epidermis saja susah banget. Di kulit terluar kita ini ada yang namanya skin barrier. Tugasnya buat melindungi apa yang sudah ada di dalam kulit dan menjaga kelembapan juga. Efeknya adalah skin barrier bekerja menolak substansi apapun yang mencoba masuk ke lapisan dermis. Karena itulah perusahaan skincare dalam memproduksi semua produknya selalu memikirkan cara bagaimana nih supaya produk mereka bisa masuk melewati skin barrier dan tembus ke lapisan dermis.

Kesimpulannya, kalau buat masuk ke lapisan dermis saja susah, bagaimana ceritanya bisa masuk sampai ke aliran darah?

2. Produk-produk "noncomedogenic, hypoallergenic, dermatologists tested/recommended" itu lebih baik

Masalahnya untuk bisa ngeklaim produk lebih baik itu harus melalui penelitian yang sahih. Maksudnya, sampel penelitiannya berapa orang, kondisi kulit para sampel, dan lain-lain. Mbak Liah memberi contoh penelitian yang terdiri dari 10 partisipan dengan kondisi kulit wajah yang tidak bermasalah atau tidak memiliki alergi, ya nggak bisa dong untuk kemudian dibilang produk tersebut lebih baik dari produk lain. Karena penelitian tersebut tidak menggambarkan situasi sebenarnya.

Mbak Liah menyarankan cara terbaik untuk mengetahui suatu produk baik atau tidak dengan kita mencobanya sendiri. Kita perhatikan formulasi produknya secara keseluruhan (seperti bahannya apa saja, komposisinya bagaimana, dan lain-lain), dibandingkan hanya fokus pada satu bahan dari produk tersebut.

3. Produk pelembap yang masuk ke dalam kategori oklusif membuat kulit tidak bisa bernapas


Penggemar: Oklusif itu apa, Kim?

Sebelum menjawab pertanyaan itu terlebih dahulu kita harus tahu perbedaan hydrating dan moisturizing. Dua-duanya memang bertujuan sama, yaitu melembapkan kulit. Bedanya di cara kerja mereka. Kalau hydrator kerjanya dengan "menarik" air dari luar untuk menjaga kelembapan wajah, sementara moisturizer itu bertugas "mengunci" kelembapan wajah tersebut biar tidak hilang. Istilahnya, sudah capek-capek menarik air dari luar, ya masa' nanti air menguap hilang begitu saja karena tidak ada yang menahannya. Akibatnya, kulit menjadi kering, thus jadi lebih cepat menua.

Penggemar: Lho, kenapa air di kulit bisa menguap begitu, Kim?

Di kulit kita ada yang namanya lipid barrier yang tugasnya melindungi kulit kita dari kerusakan dan kehilangan air atau bahasa kerennya TEWL alias transepidermal water loss. Nah, kalau lipid barrier ini rusak berarti kulit kita tidak mampu bekerja dengan baik menjaga kulit kita dari kehilangan air tersebut. Di sinilah gunanya moisturizer.

Dikutip dari sini:

Our skin has a natural lipid barrier that protects itself from damage and water loss. If you’re prone to having dry, flaky skin, that’s a tell-tale sign that your skin isn’t producing enough lipid cells to form a protective barrier, making it unable to lock in moisture. And that’s where moisturizers come in. They help trap the natural oils and lipids on the surface of your skin, prevent water from evaporating, and maintain a healthy moisture balance. Hydration, on the other hand, refers to the amount of water in the skin, and hydrators are specially formulated with ingredients called humectants for this purpose: to increase water content by catching moisture from the air and delivering it down to the skin’s layers.

Bahan-bahan hydrator berbeda dengan bahan-bahan moisturizer. Untuk hydrator biasanya disebut dengan humectant. Dan yang termasuk humectant ini seperti glycerin, madu, dan hyaluronic acid. Sementara bahan moisturizer biasanya disebut dengan oklusif dan yang termasuk oklusif ini, seperti petroleum jelly, mineral oil, shea butter, cocoa butter, oils, dan beeswax.

Kembali ke pernyataan oklusif dapat membuat kulit tidak bernapas, itu sangat tidak benar. Memangnya kita pakai plastik di kulit sampai bikin kita ngap-ngapan susah napas. Jadi, tenang saja. Pakai occlusives tebal-tebal tidak apa-apa kok. Tidak akan bikin kalian tewas karena tidak bisa bernapas.

4. Kalau kandungan bahannya sama, cari produk yang lebih murah

Ehehe. Ini saya banget. Ehehe.

Kalian pasti tahu dong harga FTE SK II yang kandungan utamanya fermentasi Galactomyces itu harganya mahal banget. Sementara, produk COSRX yang namanya Galactomyces 95 Whitening Power Essence itu harganya amit-amit murah banget kalau dibandingkan dengan FTE SK II. Nggak percaya? Monggo dicek sendiri harganya. Hihi.

Hanya saja kita sering melupakan ada proses yang dilakukan untuk menghasilkan produk tersebut. Kita tidak tahu bagaimana formulasinya, bagaimana cara mereka diproduksi, dan teknologinya bagaimana. So, kalau harga FTE SK II bisa selangit ya wajar. Barangkali memang cara pembuatannya sophisticated banget. Teknologi yang dipakai memang canggih. Kalau orang bilang, ada harga ada rupa.

Tapi bukan berarti setelah tahu begini langsung memaksakan diri untuk beli produk yang mahal ya. Karena ya realistis saja. Sesuaikan beli skincare dengan kemampuan isi dompet kalian. Dahulukan kebutuhan utama. Buat apa beli skincare mahal, tapi sesudahnya harus makan indomie selama sebulan? Karena biar bagaimanapun makan jauh lebih penting ketimbang skincare. Ya kecuali skincare-nya bisa dimakan sih. Haha.

5. Apple cidar vinegar (ACV) alias cuka apel bagus dijadikan toner untuk kulit berjerawat

Saya belum pernah pakai cuka apel sebagai toner. Nggak berani. Tapi, Mbak Liah pernah pakai untuk mengobati jerawatnya dan katanya sih berhasil. Hal penting yang perlu dicatat jangan pernah langsung mengaplikasikan cuka apel ke wajah kalau tidak mau iritasi. Dilarutkan dulu cuka apelnya ke dalam air dan jangan keseringan juga pakainya. Seminggu 1-2x dipakai sepertinya sudah cukup.

6. Cuci muka keseringan itu bagus biar bersih banget

Yang namanya segala berlebihan itu tidak baik. Dua kali sehari cuci muka itu sudah cukup. Mbak Liah malah bilang cleanser is inevitably the most damaging skincare product and that's because it contains surfactant. Keseringan cuci muka malah bisa membuat natural hydration dan natural moisture yang ada di wajah jadi ikut kegerus. Lama-lama skin barrier jadi rusak. Kalau sudah rusak, banyak masalah jadi muncul.

7. Kulit gelap tidak perlu sunscreen

Tet tot salah besar! Mau kulit terang, kulit gelap, kulit pelangi, apapun warna kulitmu tetap wajib pakai sunscreen. Kapanpun dan di mana pun. Tidak ada pengecualian. Kecuali situ mau cepat tua, atau penuh bintik hitam di wajah, ya terserah.

Jangan lupa pilih sunscreen yang broad spectrum. Yang bisa buat UVA dan UVB itu lho. Nggak perlu SPF tinggi-tinggi. Maksimal SPF 30 itu sudah oke. Yang penting ada PA+++ nya. Dan harus rajin reapply setiap 2 jam kalau kita sering berada di luar. Kalau saya di kantor reapply sunscreen tiap habis sholat Zuhur saja sih.


this is why you need sunscreen
gambar dari sini


8. Semakin cepat pakai skincare antiaging, semakin baik

Saya agak berbeda dengan Mbak Liah. Saya pernah menulis soal ini sebelumnya. Sementara dia bilang sebaiknya mulai usia 20an akhir atau 30an awal baru mencari produk skincare antiaging. Kalau saya sih, mungkin usia 20an awal sudah bisa concern untuk ke urusan antiaging ini.

Yang jelas dia bilang ada dua hal terkait antiaging ini, yaitu usaha untuk mencegahnya dan usaha untuk memperbaiki/mengurangi efek dari antiaging. Usaha untuk mencegah itu, seperti rajin pakai sunscreen dan pelembap. Rajin exfoliate juga. Karena semakin kering kulit kita maka semakin rentan untuk mengalami penuaan. Wajah juga jangan digosok-gosok terlalu kencang, tapi perlu dipijat lembut. Sementara usaha untuk memperbaiki itu barangkali seperti pakai botox atau operasi plastik kali ya.

Nah, kalau masih remaja (masih kata Mbak Liah) nggak perlu dulu deh pakai skincare antiaging. Nggak perlu exfoliate sendiri pakai AHA dan BHA karena kulit remaja masih bisa beregenerasi sendiri dengan lancar tanpa perlu dibantu. Nggak perlu pakai produk mengandung vitamin C dan retinol atau retinoids. Tapi, yang penting tetap cleansing - toning (ini opsional) - moisturizing - protection.

9. Apa bedanya purging dan breakout?

Purging itu pada intinya mendetoksifikasi kulit wajah. Biasanya ini terjadi kalau kita baru memakai produk retinoid, retinol. vitamin C, AHA, dan BHA. Karena kan bahan-bahan tersebut tugasnya membantu mempercepat proses ganti sel kulit. Seandainya kalian memakai produk skincare yang tidak ada bahan-bahan tersebut lalu muncul banyak jerawat dan berkepanjangan, bisa jadi kalian mengalami breakout. Tapi, bisa juga jerawat terjadi karena pengaruh hormonal dan makanan.

10. Kalau sudah terlalu lama pakai satu produk yang sama, produknya jadi tidak efektif lagi

Saya pernah baca di mana gitu deh yang bilang satu produk skincare itu bisa berkurang efektifnya kalau sudah rutin dipakai selama 1 atau 1,5 tahun. Kalau sudah begitu, saatnya ganti produk lain. Saya nggak percaya klaim tersebut. Karena menurut saya ya nggak masuk akal saja.

Mbak Liah bilang ini benar-benar mitos. Kulit kita tidak akan immune terhadap produk yang kita pakai. Hanya saja bisa jadi mitos ini muncul karena setelah kita pakai produk semacam retinol, vitamin C, AHA, dan BHA yang tugasnya untuk meregenerasi kulit. Kulit kita yang tadinya kusam, lalu setelah pakai produk tersebut jadi cerah. Ini kan perbedaan yang terlihat banget. Lalu, setelah rutin pakai kita tidak lagi melihat perbedaan sesignifikan tadi (dari kusam ke cerah). Kenapa? Ya karena kulit kita kan sudah cerah. Lantas, kita bilang deh produknya tidak efektif. Padahal ya nggak gitu juga, tapi percayalah produknya tetap bekerja dengan baik kok.

Fyuuuh... Akhirnya selesai juga bahas 10 mitosnya. Semoga bermanfaat ya buat teman-teman semuanya. Kalau teman-teman ada yang ingin menambahkan, kolom komentar terbuka lebar untuk kalian.

No comments

Saya akan senang sekali jika kalian meninggalkan komentar, tetapi jangan anonim ya. Komentar dari anonim—juga komentar yang menggunakan kata-kata kasar, menyinggung SARA, dan spam—akan saya hapus. Terima kasih sebelumnya.