Beberapa hari yang lalu saya nonton bincang-bincang antara Pak Gita Wirjawan dan Mas Asisi Suhariyanto di kanal YouTube Pak Gita. Sebagai penggemar kanal ASISI tentu saja saya tidak mau kelewatan bincang-bincang ini. Video berdurasi 1 jam 44 menit ini saya tonton sampai habis. Lama durasinya semacam nonton satu film saja, tetapi tidak apa-apa. Demi mendapatkan ilmu dan wawasan akan saya habisi! 💪
Saya akan menuliskan intisari dari bincang-bincang tersebut di sini. Gunanya sebagai catatan saya juga supaya tidak mudah lupa. Berikut rangkuman saya:
- Bangsa Asia Tenggara lebih cinta damai ketimbang bangsa Eropa. Dalam dua ribu tahun terakhir peperangan di Eropa jatuh korban hingga dua ratus juta jiwa, sementara di Asia Tenggara dalam periode yang sama korban dari peperangan sebanyak sembilan juta jiwa.
- Candi-candi di Nusantara dibangun pada saat periode damai di kerajaan tersebut. Jika ada peperangan, maka yang dihasilkan adalah karya kitab.
- Indonesia bisa bangkit dan maju seperti masa kejayaan Nusantara di periode klasik jika kita belajar dari Sejarah. Jangan selalu menyalahkan kolonialisme sebagai kemunduran bangsa sehingga menghambat kita untuk maju.
- Tidak ada perang agama, yang ada itu selalu perang karena motif politik.
- Pada masa klasik, tidak ada yang sedamai periode Indianisasi. Nusantara sebenarnya menjadi tempat persaingan antara budaya India dan China, tetapi nenek moyang kita lebih cocok dan memilih India karena India datang penuh dengan damai. India hanya menyebarkan agama tanpa ikut campur urusan politik kerajaan-kerajaan di Nusantara. Penduduk asli Nusantara pun memang cinta damai, tetapi masih memegang budaya lokal. Jadi, jika ada pengaruh asing masuk, maka akan berakulturasi dengan budaya lokal, sehingga menjadi sintesa baru.
- Yang bisa dipelajari dari masa keemasan Nusantara adalah karena pada masa itu kerajaan-kerajaan besar, seperti Majapahit, memiliki sistem pemerintahan yang sudah kokoh pondasinya. Hukumnya ditegakkan tidak pandang bulu. Siapa pun yang salah dan terbukti melanggar hukum akan dihukum sesuai dengan peraturan yang ada.
- Orang Indonesia sekarang lebih mudah mengingat masa kolonialisme ketimbang masa klasik karena itu adalah ingatan terdekat kolektif bangsa ini. Harus diingat juga bahwa kita (yang hidup di masa sekarang) adalah anak dan cucu dari orangtua dan kakek-nenek yang hidup dalam jaman kolonialisme sehingga dalam ingatan kita lebih dalam soal penjajahan. Tidak heran kalau kita melupakan atau agak sulit mengingat masa kejayaan di periode klasik Nusantara.
- Setelah Hayam Wuruk mangkat, Majapahit sulit untuk mempertahankan kejayaannya karena Hayam Wuruk tidak melakukan regenerasi. Berbeda dengan Tribhuwana Wijayatunggadewi yang ia mundur dari tahta, menyerahkan tahtanya kepada Hayam Wuruk, kemudian ia menjadi penasihat raja. Hayam Wuruk tidak melakukan ini.
Untuk sementara itu dulu catatannya. Nanti kalau ada lagi, akan saya perbarui tulisan ini. Kalau ada yang mau menambahkan, boleh banget. Silakan tinggal komentar ya.
Sy juga follower dari Asisi Channel ini, dari channel ini sy belajar mengenai sejarah candi dan Jawa secara umum.
ReplyDeleteTerkadang banyak orang yang tidak memahami sejarah, karena suka lompat time line dan memilih sejarahnya sendiri sesuai dengan keyakinannya.
Karena sejarah dicetak dari awal ke akhir, bukan di akhir kemudian dibuat ulang ke awal.
Padahal seharusnya belajar Sejarah tuh tidak boleh lompat-lompat begitu ya. Harus sesuai dengan timeline.
Delete