Antara Potongan Rambut dan Jadi Atlet Bulutangkis

Sudah hampir satu setengah tahun saya tidak potong rambut. Terakhir kali saya potong rambut bulan Desember 2006 sebelum saya berangkat haji. Gak lucu juga lah ya kaya’nya pergi haji tapi rambut panjang? Repot, ribet, dan tidak praktis. Nah, bisa kebayang kan betapa panjangnya rambut saya setelah satu setengah tahun itu? Bagi yang gak bisa membayangkan, baiklah… Saya maafkan.

Eniwei, lama-kelamaan saya tidak betah juga punya rambut panjang. Seperti yang sudah saya bilang sebelumnya punya rambut panjang itu repot, ribet, dan tidak praktis juga boros sampo. Belum lagi rambut panjang saya itu tidak sehat. Mudah banget rontok. Apalagi kalo abis keramas terus sisiran, beuhhh… rontoknya gak nahan!! Banyak banget!! Tapi terkadang saya suka heran sendiri udah tahu rambut saya rontok tapi kok saya gak gundul-gundul ya? Malah banyak yang bilang rambut saya itu lebat. Aneh…

Karena tidak tahan rontok akhirnya saya menyerah juga. Tadinya sih pengen punya rambut panjang sepinggang mengalahkan rekor sendiri (selama ini paling panjang rambut saya sebahu lebih). Tapi, atas dasar alasan rontok tadi itulah saya memutuskan untuk potong rambut. Ah, akhirnya potong rambut juga saya… Setelah hampir satu setengah tahun… Setelah banyak uang habis untuk beli sampo… Setelah capek-capek manjangin rambut… Setelah saya begitu lebay… *gedubrak*

Untuk menghemat ongkos potong rambut, saya meminta kakak saya sendiri yang memotong rambut. Mungkin ada diantara kalian yang bilang kenapa bukannya saya ke salon aja? Selain alasan hemat *ah, hemat atau pelit atau tidak mau mengeluarkan uang sih sebenarnya saya ini? Haks,,haks,,*, dari jamannya saya masih kecil, imut, dan lugu (sebenarnya sampai sekarang pun saya masih) kakak saya itulah tukang potong rambut saya. Jadi, saya lebih percaya kakak saya untuk menangani rambut saya dibandingkan tukang salon yang tidak saya kenal. Gyakakakaka… Boong banget sih gue?? Untuk ukuran orang yang tidak pernah mengenyam pendidikan khusus memotong rambut dan berbekal keahlian memotong rumput, bisa dibilang boleh juga hasil potongan kakak saya itu. Kalau hanya sekedar potong rata atau merapikan tanpa embel-embel model ini itu, kakak saya lumayan jago.

Pengennya sih rambut saya dipotong seperti rambutnya Liliana Natsir. Keren kali ya? Seumur-umur saya belum pernah punya potongan rambut kaya’ cowok begitu. Setiap mau potong rambut kaya’ cowok, pasti orangtua saya ngoceh-ngoceh. Jadinya ya dari jaman dulu ampe sekarang gak berubah-ubah lah model rambut saya ini. Gitu-gitu aja. Tiap potong rambut pasti mentoknya sedagu. Gak boleh lebih pendek dari itu. Kaya’ sekarang nih rambut saya sekarang panjangnya jadi sedagu. Ya, itu juga karena kakak saya gak bisa motongin rambut saya dengan model rambut Liliana Natsir. Huuuhhh……

Ah, sudahlah. Biarkan saja. Terima saja potongan rambut yang sekarang. Namanya juga motong rambut gratisan. Haks,,haks,, Tapi jujur yaa… Saya masih memendam hasrat pengen punya rambut dengan potongan seperti Liliana Natsir. Sama halnya dengan saya masih punya angan-angan jadi atlet bulutangkis. Hohoho… So, tinggal tunggu beberapa bulan lagi untuk manjangin rambut terus potong deh kaya’ atlet kebanggaan kita satu itu. Meskipun saya tidak bisa jadi atlet bulutangkis setidaknya punya potongan rambut seperti atlet bulutangkis sudah membuat saya senang. Halah!

Gambar dicomot dari sini

No comments

Saya akan senang sekali jika kalian meninggalkan komentar, tetapi jangan anonim ya. Komentar dari anonim—juga komentar yang menggunakan kata-kata kasar, menyinggung SARA, dan spam—akan saya hapus. Terima kasih sebelumnya.