Judul : A Portrait of the Artist as a Young Man
Penulis : James Joyce
Penerbit : Wordsworth Edition Limited
Tebal : xxxii + 240 halaman
Harga : Rp 28.000,-
ISBN : 978-1-85326-006-3
Karena saya membaca buku ini terlalu sering diselingi dengan membaca buku lain dan terlalu banyak istirahatnya, saya jadi tidak terlalu memahami ceritanya. Bahkan, sekarang cenderung lupa isinya apa. Hehehe... Eh tapi, kosakata yang njelimet dan bertebaran dimana-mana turut mendorong saya lambat membaca buku karya James Joyce ini. Pasalnya, saya harus membacanya di depan laptop dengan browser membuka kamus online. Itupun belum tentu bisa mengerti seutuhnya.
Stephen Dedalus adalah tokoh utama dalam cerita ini. Dalam beberapa hal James Joyce memasukkan karakter atau kisah hidup dirinya sendiri sebagai bagian dari Stephen. Misalnya, Stephen yang akhirnya harus keluar dari sekolah dan pindah ke tempat lain karena saat itu orangtuanya mengalami krisis finansial.
Stephen tinggal di Dublin, Irlandia, sebelum akhirnya memutuskan untuk pergi meninggalkan tanah kelahirannya. Dikutip dari sampul belakangnya:
Stephen Dedalus, ..., who comes to realize that before he can become a true artist, he must rid himself of the stultifying effects of the religion, politics, and essential bigotry of his background in late 19th century Ireland.
Tidak mudah untuk membaca dan memahami isi buku ini. Seperti yang sudah saya katakan sebelumnya, kosakata yang "ajaib" dan jarang kita temui sehari-hari banyak muncul disini. Bolak-balik membuka kamus tentu capek, tapi terus saja membaca tanpa memahami arti kata terang saja mengganggu pemahaman kita akan buku ini. Belum lagi kalimat demi kalimat yang tidak bisa kita artikan secara harafiah begitu saja. Ada makna tersirat dibalik kalimat itu. Untuk menangkap maknanya, kita harus jeli membaca.
Dengan adanya catatan kaki cukup membantu memahami tokoh-tokoh dan peristiwa yang menjadi acuan di dalam cerita. Seperti Dubliners, A Portrait juga bercerita tentang sejarah Irlandia, keadaan politiknya saat itu, dan tentang agama Katolik juga Protestan. Tanpa ada catatan kaki, saya yakin saya akan semakin tenggelam dalam kebingungan.
Skala 1 - 5, saya beri nilai 2 untuk A Portrait of the Artist as a Young Man. Bukan karena isinya yang jelek, tapi murni karena saya yang gak begitu nangkep isinya dan membacanya terlalu lama (dari tanggal 20 Agustus hingga 30 Oktober 2010. Lama banget kan? Wajar kalau saya lupa isinya). Karena faktor terlalu lama inilah yang akhirnya "membunuh" rasa penasaran dan nikmat membaca buku ini. :-)
No comments
Saya akan senang sekali jika kalian meninggalkan komentar, tetapi jangan anonim ya. Komentar dari anonim—juga komentar yang menggunakan kata-kata kasar, menyinggung SARA, dan spam—akan saya hapus. Terima kasih sebelumnya.