Personal Shopper

Setelah membaca tulisan Mbak Hani tentang fashion blogger di sini, saya jadi terinspirasi untuk menulis hal yang sama. Ehm... Tidak sama banget sih. Lebih tepatnya hanya curhat saya saja. Hihihihi...

Jadi begini, teman-teman. Di akhir tulisan Mbak Hani bertanya begini, "Pengen jadi fashion blogger?" Kalau pertanyaan itu ditujukan langsung ke saya dengan yakin saya akan menjawab, "Tidak mau." Soalnya begini lho, selera gaya berbusana saya buruk. Saya tidak pernah bisa untuk berbelanja pakaian sendiri. Kalau saya ada rencana akan beli pakaian, biasanya saya minta ditemani kakak saya. Kakak saya itu jago deh dalam hal memilih-milih pakaian. Apa yang dipilih oleh kakak saya, saya amini saja. Karena biasanya kalau sudah ia yang pilih, pas saya pakai ya cocok di badan saya dan saya juga suka.

Atau saya minta belikan saja ke ayah saya. Uang saya aman karena tidak perlu keluar dari tabungan dan ayah saya juga punya selera yang bagus terkait pakaian. Kalau saya ditanya memangnya selera berpakaian saya seperti apa, ya saya sih sukanya kaos dan celana yang sederhana. Tidak perlu yang bermodel macam-macam. Nah, masalahnya kalau saya beli pakaian yang sederhana begitu, saya sering dikomentari keluarga saya bahwa sebenarnya pakaian yang saya beli kurang bagus. Sementara itu, kalau saya mau beli pakaian yang bermodel aneh layaknya di majalah-majalah fashion atau majalah gaya Korea itu, pas sudah sampai rumah saya malah jadi menyesal. Karena tidak cocok di badan saya dan saya suka malu sendiri pas bergaya di kaca. :|

Terus, alasan berikutnya kenapa saya tidak mau jadi fashion blogger adalah karena uang. Sejak saya sudah mengerti arti uang, saya tidak pernah mengalokasikan uang saya untuk beli pakaian dan majalah fashion. Sementara untuk jadi fashion blogger kan harus up to date ya dengan model-model pakaian terbaru, entah itu dengan sering belanja pakaian atau rajin melototin majalah/website fashion. Nah, saya tidak minat ke situ. Jiwa saya tidak di sana. *tsaaah* Bagi saya, selama pakaian yang saya pakai menutupi aurat tubuh ya sudah. Jadi, saya sayang saja sih kalau uang saya harus dibelanjakan pakaian. Lebih baik saya pakai uang saya untuk belanja buku deh... Atau ditabung untuk beli mini cooper.

Terakhir, saya ini orangnya malas ribet. Saya tidak tahan kalau harus menghabiskan banyak waktu di depan kaca hanya untuk mix and match pakaian. Memilih-milih atasan mana yang cocok untuk dipakai dengan bawahan yang mana pula. Lha wong pernah saking malasnya dari kosan saya di Depok saya pergi ke Margo City, saya cuma pakai piyama dan jaket. Malah, saya sering banget mengkhayal saya ke luar dari rumah cukup dengan memakai kaos lengan pendek dan celana pendek. :v 

Nah, kalau dari berpakaian saja saya cuek, ditanya soal fashion saya bengong, jelas tidak mungkin dong saya menasbihkan diri sebagai seorang fashion blogger?

Penggemar: Tapi, Kim, bagaimana nanti kalau kamu jadi pejabat atau orang kaya raya  terkenal, yang sering jalan-jalan dan dilihat banyak orang? Apa kamu tidak malu kalau pakaianmu tidak keren dan tidak sesuai dengan model terbaru?

Yah, kalau begitu sih, tidak usah dibuat repot. Kalau saya pejabat atau orang kaya raya terkenal, atau keduanya, ya jelas saya akan punya personal shopper. Saya tinggal telpon personal shopper saya dan minta tolong untuk dibelikan pakaian. Model pakaiannya macam apa, merknya apa, harganya berapa, terserah dia saja, yang penting bisa membuat saya jadi lebih anggun dibandingkan Victoria Beckham. 

Penggemar: Please deh, Kim. Kalau mengkhayal itu ya jangan kebangetan. :|

Loh? Kan katanya kalau saya jadi pejabat atau jadi orang kaya raya terkenal. Saya tidak salah dong kalau punya personal shopper pribadi? *kemudian dilempar bata*

No comments

Saya akan senang sekali jika kalian meninggalkan komentar, tetapi jangan anonim ya. Komentar dari anonim—juga komentar yang menggunakan kata-kata kasar, menyinggung SARA, dan spam—akan saya hapus. Terima kasih sebelumnya.