Gravitasi

"Kamu apa kabar? Kamu kenapa? Kamu diapakan?" Dan entah apalagi sederet pertanyaan berikutnya. Karena sesudahnya saya langsung tumpah. Menangis di depan umum bukan lagi hal yang memalukan. Karena saya sudah bosan menangis sendirian.

Dan setelah tadi malam, sepanjang perjalanan pulang ke Depok, ada satu lagi kesimpulan yang saya ambil dan belum saya beritahu ke teman saya itu. Bahwa sebenarnya sepanjang hidup saya merasa kesepian. Saya pura-pura mencintai sepi. Meski sesungguhnya saya terus berusaha untuk mencari keramaian. 

Ketika akhirnya saya berdamai dengan keadaan dan menemukan sosok yang saya jadikan titik gravitasi dalam hidup saya, kemudian beliau pergi. Saya kembali merasa sepi. Dan saya kembali merasakan amarah. Saya kehilangan gravitasi. Saya melayang-layang. Sampai kapan saya tidak tahu. 

3 comments

  1. kalau gravitasinya nggak ada, mungkin bisa dicoba pakai sling. lempar jangkar. terus cari pesawat ulang alik. mungkin, mungkin nantinya bakal bisa juga pulang ke bumi. at least die trying. :)

    *efek nonton Gravity*

    ReplyDelete
  2. Aku tau rasanya, Kim.... :'(

    #pukpuk

    ReplyDelete
  3. saya pernah baca buku tentang semangat, kadang kita suka orang lain menyemangati kita, tapi jika tidak ada orang yang menyemangati kita apakah kita harus hidup dalam kemalasan :)

    ReplyDelete

Saya akan senang sekali jika kalian meninggalkan komentar, tetapi jangan anonim ya. Komentar dari anonim—juga komentar yang menggunakan kata-kata kasar, menyinggung SARA, dan spam—akan saya hapus. Terima kasih sebelumnya.