One Night Stand Part 2

Tulisan saya sebelumnya sudah kita bahas short-term mating bagi pria. Sekarang mari kita bahas short-term mating dari sisi wanita. Sebelumnya saya ingatkan terlebih dahulu tulisan ini bisa jadi menyinggung perasaan dan agak-agak "kejam" bagi teman-teman yang wanita. Sebelum kalian (seandainya kepingin) misuh-misuh, mari berpikir dengan kepala dingin bahwa yang saya tulis ini ada dasar ilmiahnya. Jadi, jangan antipati dulu ya. :D

Seperti yang sudah saya katakan di tulisan sebelumnya bahwa wanita tidak serta-merta anti short-term mating. Karena pada kenyataannya wanita juga melakukan short-term mating. Buss menyimpulkan ada lima keuntungan yang bisa didapat wanita dari short-term mating. Jujur saja, Buss sendiri masih menyebut keuntungan-keuntungan ini sebagai hipotesis. Berarti masih dibutuhkan penelitian lebih lanjut (dan banyak) yang bisa menguatkan hipotesis tersebut. 

So, kelima keuntungan tersebut adalah:

1. Resource Hypotheses.
Salah satu keuntungan dari wanita melakukan short-term mating adalah mereka bisa mendapatkan sumber daya, misalnya materi atau jasa. Wanita bisa mendapatkan barang, makanan, uang, status sosial, dan perlindungan. Wanita jaman dahulu kala (bayangkan saja pada masa purba) yang melakukan short-term mating bisa saja punya anak dari laki-laki yang berbeda-beda. Dengan demikian, masing-masing dari laki-laki tersebut akan bertanggung jawab memberikan sumber daya untuk anak mereka--tentunya melalui wanita tersebut. Sehingga, wanita tersebut lebih banyak mendapatkan sumber daya. 

2. Genetic Benefit Hypotheses.
Maksud dari hipotesis ini keuntungan wanita dari short-term mating tentu saja untuk meningkatkan kesuburan. Seandainya pasangannya mandul atau impoten, wanita akan mencari laki-laki lain yang subur dan tidak impoten untuk bisa memberinya keturunan.

Keuntungan berikutnya pria yang menjadi pasangan wanita untuk short-term mating bisa saja menawarkan superior genes ketimbang pasangan resmi si wanita, apalagi seandainya wanita punya hubungan gelap dengan pria yang status sosialnya lebih tinggi ketimbang si pasangan resmi. Tidak hanya status sosial yang lebih tinggi, melainkan juga tampang yang lebih ganteng dan tubuh yang lebih seksi. Wanita pun berharap semoga anaknya kelak punya gen wajah ganteng atau cantik, tubuh seksi, dan sukses.

Berikutnya lagi, pasangan short-term mating menawarkan different genes. Jadi, si wanita kelak punya anak dari berbagai pria dengan gen yang berbeda-beda. Kaitkan ini dengan perubahan lingkungan. Siapa tahu kelak gen-gen yang beragam tersebut di masing-masing anaknya bisa membantu mereka bertahan hidup.

3. Mate Switching Hypotheses.
Ketika pria sudah tidak peduli lagi dengan wanita yang menjadi pasangannya, misalnya tidak menafkahi lagi, mulai berperilaku kasar, atau menunjukkan sikap tidak menghargai, dulu wanita tinggal pergi dan mencari pria lain yang bisa memberikan wanita tersebut makanan dan perlindungan.

Bisa juga wanita melakukan perselingkuhan dengan pria lain untuk menyingkirkan pasangan resminya. Begitu suaminya tahu istrinya berselingkuh biasanya akan langsung diceraikan. Perselingkuhan merupakan cara yang seringkali dipakai wanita untuk berpisah.

Atau, bisa juga alasan wanita melakukan short-term mating sesederhana alasan ingin mencari pria yang lebih baik ketimbang pasangannya yang sekarang.

4. Short-term for Long-term Goals.
Wanita melakukan short-term mating untuk mencari pasangan yang bisa diajak long-term. Short-term mating ini semacam untuk menilai dan mengevaluasi pria mana yang kira-kira bisa diajak untuk serius.


gambar dari sini


5. Mate Manipulation Hypotheses.
Untuk yang ini sih maksudnya wanita balas dendam ke pasangannya yang sudah selingkuh. Cara wanita membalas dendam ya dengan berselingkuh juga. Mungkin si wanita berpikir begini, "Sakit kan lo rasanya diselingkuhin? Mamam tuh selingkuh!" Si pria pun jadi kapok ke depannya untuk selingkuh lagi. Bisa juga sih maksudnya biar si pria bisa semakin berkomitmen dengan wanita. Dia takut kehilangan pasangannya begitu tahu ternyata pasangannya itu banyak yang suka. 

Short-term mating bagi wanita juga bisa memberikan kerugian untuk wanita itu sendiri. Tentu saja dimulai dari reputasi yang bisa melekat di wanita tersebut. Wanita yang melakukan short-term mating bisa mendapat cap jelek karena dia mau tidur dengan pria mana saja. Dia akan dianggap tidak setia dan mudah berselingkuh. Efeknya wanita tersebut akan kesulitan memperoleh pria yang bisa diajak komitmen untuk serius membina sebuah hubungan.

Salah satu sumber daya yang ditawarkan pria kepada wanita adalah perlindungan. Wanita yang tidak memiliki pasangan long-term cenderung mengalami pelecehan. Selain itu, wanita yang melakukan casual sex berisiko hamil dan membesarkan anak tanpa adanya pria yang memberikan investasi sumber daya untuk membantu membesarkan anak tersebut. Pastinya ini akan berat bagi wanita. Pada jaman purba dulu anak-anak seperti itu besar kemungkinannya untuk sakit, cedera, dan meninggal. Sekarang semakin banyak fenomena aborsi, bayi mati dibunuh, atau bayi dibuang begitu saja di pinggir jalan bisa jadi karena wanita-wanita tersebut tidak punya pria-pria yang menafkahi mereka.

Kerugian berikutnya, wanita yang sudah menikah dan tidak setia bisa membuat pasangannya menarik sumber dayanya. Dia juga berisiko meningkatkan kompetisi di antara anak-anaknya jika anak-anaknya itu dari pria yang berbeda-beda. Anak-anaknya akan merasa kurang dekat secara emosional satu sama lain ketika mereka tahu mereka bukan berasal dari ayah yang sama. 

Terakhir, tentu saja wanita yang melakukan casual sex lebih rentan untuk terkena penyakit menular seksual. 

Tentu saja ini tidak berlaku untuk semua wanita. Ada wanita yang setia dan tidak tergiur melakukan one night stand atau casual sex. Tapi, ada pula wanita yang memang punya kecerendungan untuk melakukan short-term mating. Hal ini dipengaruhi oleh kondisi sosial, budaya, dan ekologi seseorang. 

Penggemar: Eh, Kim, serius ya. Kurang ajar banget nih si Buss bikin hipotesis yang begini! Gak sopan banget sih! Wanita itu sudah mah ya di banyak budaya dianggap kelas dua, tidak ada arti, tidak berharga, lah kok ya ditambah sama yang beginian. HIH!

Hohohoho... Tenang, tenang, tenang... Seperti yang sudah saya bilang di awal tulisan ini, sikapi dengan kepala dingin. :)

Meski memang hipotesis keuntungan wanita melakukan short-term mating ini ada banyak, Buss sendiri mengakui masih sedikit penelitian yang membahas hal tersebut. Berikutnya Buss membahas singkat penelitian-penelitian yang sudah dilakukan. Beberapa penelitian menunjukkan wanita yang melakukan short-term mating memang melihat fisik pria. Hasil penelitian ini selaras dengan genetic benefit hypotheses tadi. Penelitian yang lain juga menunjukan wanita yang berselingkuh ternyata tidak bahagia dengan pasangannya dibandingkan wanita yang tidak selingkuh. Ini sesuai dengan hipotesis mate switching kan? Saya tidak membahas semuanya di sini ya. Saya menganjurkan kalian untuk baca bukunya langsung kalau kalian penasaran. :P

Bagi yang tertarik untuk mencari penjelasan lebih lanjut mengenai hal ini, sekali lagi saya sarankan silakan teman-teman baca bukunya. Sekalian riset sendiri dengan membaca jurnal-jurnal yang terkait dengan short-term mating yang dilakukan wanita (dan juga pria). Atau, ada yang tertarik untuk menjadikan ini sebagai topik skripsi, tesis, disertasi kalian? Bisa saja kan yang masih misuh-misuh jadi kepingin membuktikan Pak Buss ini salah. Ya, silakan banget dilakukan. Nanti kalau sudah ada hasilnya boleh lho saya dikasih tahu. ^_^

Akhirul kalam, untuk mendinginkan suasana, yuk sama-sama kita dengar Afgan menyanyikan lagu Cinta Satu Malam. :mj




Referensi:

Buss, D. M. (2008). Evolutionary Psychology: The New Science of the Mind. Boston: Pearson Education, Inc.

10 comments

  1. *habis baca posting ini*
    *baca ulang posting sebelumnya*

    Tangentially related, but if you continue writing like this, there will be people falling in love with you on internet. :))

    (percayalah)
    (disclaimer: bukan saya)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ah, kamu yang jatuh cinta pun tidak apa-apa kok, Sora. Sungguh. :P

      Delete
  2. Logikanya begini:
    Kalau pria selingkuh, duitnya jadi lebih cepet habis, karena harus "melayani" keperluan 2 perempuan. Selain itu, harus repot-repot membagi waktu karena biasanya pasangannya hapal jam tidur, jam nelpon, jam kerja dll.
    Kalau wanita selingkuh, menerima servis lebih banyak 2x. Nggak kesulitan membagi waktu karena biasanya laki nggak memperhatikan detail.

    But then again, kenapa harus selingkuh kalau nggak perlu? (Lea, serial monogamist garis keras)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Berarti ada selingkuh yang perlu? *dikepruk Lea*

      Ya begitulah, Le. Alasan orang selingkuh bermacam-macam. Orang-orang penganut paham setia tidak akan pernah bisa mengerti kenapa manusia selingkuh. Misalnya seperti alasan di tulisan ini yang bilang wanita selingkuh kepingin mencari pasangan yang lebih baik. Ini menyebalkan bagiku. Kalau memang ingin mencari pasangan yang lebih baik, ya tidak harus selingkuh toh? Komunikasikan dulu dengan pasangan apa yang menjadi permasalahan. Kalau ternyata tetap tidak bisa, baru minta pisah dan cari orang lain. Atau alasan karena memang kepingin pisah dengan pasangan. Ini sampah banget. Tinggal minta putus atau cerai saja kok. Tidak perlu sampai selingkuh dan tidur sama orang lain dulu. HIH!

      Delete
  3. hehehe...setujuhhhh :-p
    dah itu aja komennya. ga kreatif banget yah. maksudku, ya yang ditulis di atas itu kalau memang sudah lewat penelitian, ya kenyataannya memang demikian, suka ga suka. apalagi yg nulis orang barat, ya ga mungkin memasukkan nilai-nilai ketimuran di hasil penelitiannya.
    e tapi di dunia timur pun di kota2 besar, fenomena ini bukannya sudah merebak juga yah, katanya. saya mah ga ngerti banyak, karena wong ndeso! :-D

    ReplyDelete
    Replies
    1. By the way, Mbak, penelitiannya ini lintas budaya lho. :D

      Delete
  4. Kalau dinalar, keuntungannya memang begitu sih... Dan kerugiannya memang begitu juga. Setuju deh.... Tapi dari 5 poin keuntungan itu, para lelaki bisa belajar untuk memenuhi semua kebutuhan perempuan sehingga si perempuan nggak perlu mengharap keuntungan tersebut dari laki-laki lain. Kecuali kalo memang si perempuan doyan selingkuh tanpa alasan :p

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sayangnya, pasti ada orang-orang yang doyan selingkuh tanpa alasan. :(

      Delete

Saya akan senang sekali jika kalian meninggalkan komentar, tetapi jangan anonim ya. Komentar dari anonim—juga komentar yang menggunakan kata-kata kasar, menyinggung SARA, dan spam—akan saya hapus. Terima kasih sebelumnya.