Karena Saya Takut

Tulisan ini dibuat hanya untuk menumpahkan uneg-uneg. Kalau mau di-tweet rasanya terlalu panjang. Lebih baik ditulis di blog saja.

Jadi begini. Kemarin menjelang siang saya buka Twitter. Timeline saya penuh dengan orang-orang ngetweet Jakarta diserang teroris. Ada bom meledak di pos polisi perempatan Sarinah, Thamrin, Jakarta. Bom juga meledak di Starbucks Gedung Cakrawala.

Mau tahu apa yang saya rasakan saat itu? Saya takut. Meski saya tidak tinggal di Jakarta, tetap saja saya takut. Kita punya banyak pengalaman berhadapan dengan terorisme di akhir 1990-an dan tahun 2000an. Banyak pengeboman yang terjadi. Memang itu terjadi belasan tahun yang lalu dan saya masih remaja saat itu, tapi saya masih ingat rasa takut yang tercipta.

Begitu tahu kemarin Jakarta diserang teroris, atau mundur sedikit ke beberapa bulan yang lalu ketika ada bocoran ISIS mengincar Jakarta, hal pertama yang muncul di benak saya adalah jangan sampai kejadian dulu terulang lagi. Bom di mana-mana. Rasa takut hinggap di kita semua. Tidak ada rasa aman.

Penanganan cepat dari aparat patut kita apresiasi. Jakarta cepat terkendali. Kemudian, di TL ramai dengan berbagai macam tagar yang menandakan bahwa Indonesia tidak takut dengan teroris. Mulai dari foto selfie, orang-orang berkerumun di TKP, sampai foto pedagang yang berjualan di sekitar TKP. Orang-orang juga mulai ngetweet bercanda. Bahkan isu bergeser ke polisi ganteng yang ikut dalam mengejar teroris kemarin.

Apa itu salah? Tidak. Bebas saja kalau menurut saya mah. Saya tahu niat para netizen itu bagus. Mereka tidak mau berlarut-larut dalam kepanikan dan ketakutan. Toh, Jakarta sudah aman terkendali. Toh, terorisnya mati semua.

Tapi...

Pernah tidak berpikir kalau para teroris itu melek media sosial dan membaca semua tweet lalu mereka menganggap kita menantang mereka? Sederhananya mereka bakal mikir, "Eh, brengsek nih Indonesia. Malah nantangin. Awas ya lo-lo pada." Kalau sudah begini, sebaiknya kita siap-siap akan semakin banyak hal yang tidak kita inginkan terjadi.

Nah... Bukankah sudah seharusnya kita semakin waspada? Apalagi kita tahu di Indonesia banyak yang simpati sama ISIS atau kelompok teror lain. Paham radikalisme ada di sekitar kita. Orang-orang yang sudah terpengaruh banyak. Orang-orang yang mudah terpengaruh juga tersedia banyak. Tinggal dirayu-rayu sedikit, dicuci otak, jadi deh. Tidak usah menyangkal hal ini.

Akhirul kalam, saya cuma mau bilang semoga Indonesia selalu aman dan saya bisa segera menikah dengan Mas Rafael Nadal. Amin.

2 comments

  1. yg bilang tidak takut, sayangnya atas nama Kami, tak berani bilang sendirian. Kenapa tidak bilang #SayaTidakTakut?

    *dibahas*

    dan ya berani teriak2 gitu di sosmed sambil ketawa2 di layar monitor atau henpon? Meh!

    ReplyDelete
  2. amiennn. denger ga tuh mas Rafael? #salahfokus

    ReplyDelete

Saya akan senang sekali jika kalian meninggalkan komentar, tetapi jangan anonim ya. Komentar dari anonim—juga komentar yang menggunakan kata-kata kasar, menyinggung SARA, dan spam—akan saya hapus. Terima kasih sebelumnya.