Film di Mei 2018

Tiga belas film berhasil (kayak sebuah pencapaian luar biasa saja) saya tonton selama bulan Mei. Lumayan kan? Saya cinta hidup saya, meski begitu woles dan membosankan, tapi saya bisa punya waktu banyak bersantai untuk nonton film. Heuheu.

Mari kita langsung saja ke daftar film yang saya tonton kemarin:

1. Ponyo (2008)

Ponyo tadinya seekor ikan mas. Ketika dia bertemu dengan Sosuke serta-merta Ponyo ingin bisa berubah menjadi manusia. Ayahnya tidak mengijinkan Ponyo untuk dekat-dekat lagi dengan Sosuke, tapi Ponyo tetap nekat. Demi Sosuke dia memakai kekuatannya yang berujung pada menciptakan badai besar dan banjir bandang.




Rating: 4 dari 5 - really liked it

2. Star Wars: The Last Jedi (2017)

Durasi film yang cukup panjang (2,5 jam) dengan cerita yang sedikit membosankan. Entahlah, mungkin karena saya memang bukan penggemar Star Wars. Saya cuma suka Star Wars I - III di mana masih ada Ewan McGregor, Hayden Christensen, dan Natalie Portman.




Rating: 2 dari 5 - it was okay

3. Castle in the Sky (1986)

Sheeta dan Pazu dikejar-kejar gerombolan perompak dan tentara pemerintah karena batu kristal ajaib yang dimiliki Sheeta. Batu kristal tersebut merupakan kunci ke sebuah negeri dongeng.




Rating: 5 dari 5 - it was amazing

4. Prometheus (2012)

Ceritanya mau mencari asal-muasal kehidupan manusia. Petunjuk yang didapat katanya harus ke suatu bulan yang jaraknya jauh banget dari Bumi. Pas sudah sampai sana ternyata sekelompok manusia yang penasaran ini tidak sendirian. Sudah ada makhluk alien yang menanti mereka dan ingin menghabisi kehidupan manusia di Bumi.

Jiwa ilmuwan Elizabeth Shaw (Noomi Rapace) ingin menemukan jawabannya. Makhluk-makhluk ini yang katanya adalah pencipta manusia kok mereka berubah pikiran ingin menghancurkan manusia. Elizabeth ingin tahu alasannya kenapa.

Sepertinya saya memang tidak cocok dengan film-film alien seperti ini. Meskipun ceritanya diangkat dari pertanyaan filosofis banget. Hanya saja ide cerita boleh filosofis, tapi kalau bikin ngantuk dan nggak seru ya percuma saja.




Rating: 1 dari 5 - didn't like it

5. Breakfast at Tiffany's (1961)

Holly Golightly (Audrey Hepburn) adalah seorang wanita yang berjiwa bebas. Dia tidak mau dikekang. Menurutnya menjalin hubungan romantis dengan seseorang merupakan bentuk ketidakbebasan. Dia ingin bebas, tidak ingin dimiliki oleh siapapun. Sementara itu, Paul Varjak (George Peppard) berusaha membuktikan kasih sayangnya yang tulus kepada Holly.

Cerita di film dan di bukunya sedikit berbeda, terutama di bagian ending. Mungkin di film dibikin beda ending-nya biar menuruti selera pasar. Bukankah penonton lebih suka cerita yang berakhir bahagia?

Trivia: Konon Truman Capote sempat ngambek karena dia ingin Marilyn Monroe yang membintangi film ini, tapi peran Holly malah dikasih ke Audrey Hepburn.



Rating: 3 dari 5 - liked it

6. Planet of the Apes (2001)

Rating di IMDb cuma dapat 5.7 yang membuat saya tadinya jadi ogah-ogahan buat nonton. Namun, begitu saya paksakan kok lama-lama menikmati. Berkisah tentang Leo Davidson (Mark Wahlberg), seorang pilot astronot Air Force, yang terdampar di planet antah-berantah di mana kera menjadi superior dan mendominasi manusia.

Di planet tersebut para kera sangat membenci manusia. Mereka menjadikan manusia sebagai budak belian. Tapi, tetap saja ada anomali. Ari (Helena Bonham Carter) tidak seperti kera lainnya. Dia membela manusia. Dengan bantuan Ari, Leo berusaha untuk kembali ke tempatnya. Sayangnya, ini ending-nya bikin kesal geregetan. Haha.

Film ini seharusnya dapat membuat siapa saja yang menontonnya jadi wawas diri. Manusia yang acap kali merasa sombong, membuat kerusakan dan kehancuran, mbok ya sekarang dikurang-kurangi sombongnya. Besok-besok kalau kera atau kucing berevolusi dan punya otak jauh lebih berkembang ketimbang manusia, gantian deh manusia yang dijajah hewan lain. 😈😈😈




Rating: 4 dari 5 - really liked it

7. Rise of the Planet of the Apes (2011)

Film reboot dari Planet of the Apes. Ceritanya mengambil premis dari novel yang berjudul sama, Planet of the Apes, karangan Pierre Boulle. Tapi, ceritanya sama sekali berbeda. Will Rodman (James Franco) menemukan virus yang membuat kera menjadi cerdas. Tadinya virus tersebut diciptakan dengan harapan dapat menyembuhkan penyakit Alzheimer.

Ibunya Caesar (Andy Serkis) tadinya yang mendapatkan suntikan virus tersebut dan menurunkannya ke Caesar. Maka tumbuhlah Caesar menjadi simpanse yang luar biasa cerdasnya dan pada akhirnya memimpin pemberontakan para kera.




Rating: 4 dari 5 - really liked it

8. Dawn of the Planet of the Apes (2014)

Film ini keren banget. Plot ceritanya mengalir dengan smooth banget. Kita tidak cuma dikasih story line yang oke, tapi juga dikasih efek visual yang wow. Coba deh bagaimana tidak wow melihat ratusan (atau ribuan) kera mengangkat senjata dan menyerang manusia. I mean like, they really looked like apes.

Di film ini saya jadi benar-benar bisa memvisualisasikan trik dan intrik dalam politik simpanse. Saya pernah menuliskan dongeng (dari jurnal tentu saja) konflik Nikkie, Yeroen, dan Luit di sebuah koloni simpanse. Selama saya nonton filmnya saya tidak bisa berhenti memikirkan dongeng tersebut. Kenapa mereka tidak puas dengan alpha male di koloni tersebut, bagaimana cara mereka merebut kekuasaan, dan bagaimana mereka rekonsiliasi setelah terjadinya konflik. Persis banget!

Perbedaan karakter Caesar (Andy Serkis) dan Koba (Toby Kebbell) menarik untuk dieksplor lebih dalam. Caesar dibesarkan dengan penuh cinta kasih oleh manusia, sementara Koba hampir sebagian besar hidupnya dikurung dan dijadikan hewan percobaan. Tak heran keduanya memiliki perbedaan cara pandang menghadapi manusia.

Di tengah-tengah film saya dibuat mewek terharu di adegan Caesar kembali pulang ke rumah masa kecilnya. Dia yang dalam keadaan sekarat memilih minta diantarkan ke teman manusianya ke tempat yang dia tahu memberikan rasa aman. Di sini saya sudah mulai berkaca-kaca. Lalu, semakin banjir air mata yang keluar ketika ada adegan Alexander (Kodi Smit-McPhee) melihat foto Caesar berdua dengan Will Rodman (James Franco) dan adegan di mana Caesar menonton video ketika dia masih kecil diajari bahasa isyarat oleh Will. Sialan banget deh ini film mempermainkan emosi saya.




Rating: 5 dari 5 - it was amazing

9. War for the Planet of the Apes (2017)

Waaah waaah... Mengecewakan filmnya. Setelah nonton Dawn of the Planet of the Apes saya kira film ini bakal sama kerennya. Ekspektasi saya terlalu tinggi, makanya saya kecewa.

Berlatar waktu lima tahun setelah pemberontakan Koba, Caesar harus hidup dalam perburuan tentara AS. Keluarganya dibunuh dan kera yang tersisa ditangkap dan dijadikan pekerja oleh Kolonel (Woody Harrelson). Caesar bertekad memburu Kolonel untuk menuntaskan dendamnya.

Yang menarik, virus 113 yang memusnahkan hampir seluruh manusia ternyata bermutasi. Mereka yang selamat dan memiliki antibodi terhadap virus 113 yang lama mulai harap-harap cemas tertular virus yang telah bermutasi tersebut. Virus tersebut menyebabkan manusia menjadi bisu dan perilakunya lama-kelamaan akan menjadikannya manusia primitif.

Kolonel yang tidak ingin manusia punah karena virus tersebut memutuskan untuk membunuh siapa saja yang telah terkena virus. Keputusannya ini membuatnya dianggap membangkang dari militer dan akan mendapat hukuman dari militer lain yang akan menyerang Kolonel.

Ceritanya di sini kayaknya banyak banget bolongnya. Tidak selancar dan seasyik di Dawn of the Planet of the Apes. Dia juga gagal memainkan emosi penonton (baca: saya). Waktu Caesar meninggal pun saya nggak ada sedih-sedihnya. Padahal Caesar kurang heroik apa coba. Kurang baik dan kurang bijaksana apa coba. Tapi, ya tetap tidak mampu menyentuh hati saya. Tsah.

Karakter Caesar mengalami perkembangan cukup pesat. Kemampuan berbicaranya sudah sangat lancar seperti manusia dan tubuhnya tidak lagi seperti simpanse biasa, tapi sudah mirip manusia purba. Dan yang ingin saya protes di sini kenapa penulis cerita memaksakan Caesar untuk menjadi pahlawan ala film laga Hollywood banget?




Rating: 2 dari 5 - it was okay

10. Deadpool 2 (2018)

Tadinya saya tidak antusias dengan film Deadpool 2. Tidak ada niat untuk nonton malah. Berhubung sekarang saya sedang rajin main Strike Force di ponsel saya dan di game tersebut Deadpool digambarkan sangat jagoan, saya jadi penasaran. Maka saya pun akhirnya nonton juga dan... surprise, surprise... Turned out I really loved the movie! It was very hilarious. In Deadpool movie I didn't get the jokes, probably that's why I didn't like him. Dulu saya mikirnya ini si Ryan Reynolds berusaha sekuat tenaga untuk lucu, tapi gagal. Tapi, di Deadpool 2, sumpah saya ngakak melulu. Definitely my favorite!




Rating: 5 dari 5 - it was amazing

11. John Wick (2014)

Saya mikir kenapa sih Abang Keanu harus banget model rambutnya kayak begini? Benar-benar ganggu tahu gak sih, Bang. Filmnya juga ganggu. Apa-apaan sih hanya karena mobilnya dicuri dan anjingnya dibunuh John Wick (Keanu Reeves) sampai harus memburu satu gangster. Motifnya absurd banget. Adegan berantemnya juga sedikit. Kebanyakan tembak-tembakan. Abang Keanu juga terlihat kaku di adegan berantem. Faktor umur barangkali ya. Dua bintang karena mengobati rasa rindu ke Abang Keanu. I still love you, Bang. 😘




Rating: 2 dari 5 - it was okay

12. John Wick: Chapter 2 (2017)

Kali ini ceritanya agak masuk akal. John Wick harus kembali dari masa pensiunnya karena ditagih utang jasanya oleh Santino D'Antonio (Riccardo Scamarcio). Santino meminta John untuk membunuh Gianna D'Antonio (Claudia Gerini) yang tak lain adalah adik kandung Santino sendiri. Demi membayar utangnya tersebut mau tak mau John harus melakukan apa yang diminta Santino. Setelah misi berhasil dilaksanakan ternyata Santino malah memburu John.

Berhubung ceritanya lebih bisa diterima ketimbang film John Wick yang pertama, ratingnya naik 1 angka. Adegan berantemnya biasa saja, kurang seru malah. Masih sedikit dan masih kaku. Lebih banyak adegan tembak-tembakan. Jadi penasaran bagaimana jadinya John Wick: Chapter 3 nanti yang katanya ada Yayan Ruhian dan Cecep Arif Rahman. Mudah-mudahan adegan berantemnya lebih banyak. Karena sayang banget kalau mereka berdua disia-siakan dan cuma dikasih sedikit adegan berantem.




Rating: 3 dari 5 - liked it

13. The Terminator (1984)

Booooooring! Yah mungkin karena film lama ya jadi efek teknologinya cupu banget dan bikin ganggu. Mau bagaimana lagi kan saya generasi Y yang sudah terbiasa dimanjakan dengan film-film dengan efek yang keren. Apa sih istilahnya? CGI ya? Ya itulah pokoknya.




Rating: 1 dari 5 - didn't like it

Oke. Semoga bisa jadi rekomendasi buat teman-teman semua. 😁

No comments

Saya akan senang sekali jika kalian meninggalkan komentar, tetapi jangan anonim ya. Komentar dari anonim—juga komentar yang menggunakan kata-kata kasar, menyinggung SARA, dan spam—akan saya hapus. Terima kasih sebelumnya.