Tentang Take and Give

Dalam relationship (apa saja) saya punya prinsip it takes two to tango. I cannot do the tango dance alone. I need a partner. Dengan kata lain itu berarti dalam menjalin hubungan dengan orang lain itu harus resiprokal alias timbal-balik. Antara take and give harus seimbang.

Saya bukan manusia suci yang penuh welas asih dan bisa tulus ikhlas berbuat baik terus-menerus ke orang lain. Ya bisa sih asalkan saya juga mendapatkan balasan yang seimbang. Kalau saya baik melulu, tapi saya merasa saya tidak memperoleh kebaikan dari orang tersebut ya lama-lama saya juga malas. Sebaliknya, kalau ada orang yang baik banget sama saya, sebisa mungkin saya berusaha membalas kebaikannya. Saya nggak mau take it for granted. Saya orangnya tahu diri kok.

Prinsip saya sederhana: saya nggak bisa memberi terus-terusan dan saya juga nggak bisa terima terus-terusan.

Dan ini berlaku dalam segala macam jenis relationship yang saya punya, ya keluarga, romantic relationship, pertemanan, dan juga di kantor. Kalau kamu baik sama saya, saya bisa jauh lebih baik ke kamu. Kalau kamu jahat sama saya, ehm, saya tidak perlu jahat balik ke kamu, tapi saya akan memilih untuk pergi dari kamu. Sesederhana itu.

Dengan punya prinsip begini saya melihat segala macam relationship yang saya punya itu sebagai sebuah investasi. Kalau investasi dilakukan pada orang yang tepat, ya syukur Alhamdulillah. Saya bahagia sekali. Itu berarti saya punya hubungan yang sehat dan baik dengan orang tersebut. I'm looking at you, guys, dear family, my best friends, and mas-masnya. 😘




Namun, kalau investasi dilakukan pada orang yang salah, rasanya... Duh, bajingan. Kampret. Brengsek. Saya sudah investasi banyak sekali, katakanlah waktu, tenaga, perasaan, everything, tapi orang tersebut tidak melakukan apa-apa kok rasanya asem sekali ya... Rugi banget. Ujung-ujungnya kalau sudah begini saya berhenti berinvestasi. I walked out. Dan sisanya saya serahkan ke Tuhan semoga Tuhan membalas kebaikan saya. Saya akan menganggapnya sebagai menabung karma baik. Meski penuh dengan perasaan jengkel, masih terselip harapan di dalam hati semoga saya meninggalkan jejak kenangan yang bagus dalam hidup orang tersebut. And this I'm looking at you, dear prick, asshole, jerk ex(es).

Saya tidak tahu punya prinsip seperti ini apakah bagus atau buruk. Di satu sisi saya melihat ini sebagai cara saya bertahan dan melindungi diri. Ini adalah cara saya untuk tahu kapan harus maju dan kapan harus mundur. Ketika saya sudah melakukan semuanya, lalu tidak dihargai ya buat apa bertahan. Betul tidak?

Namun, di sisi lain kok sepertinya saya ini penuh perhitungan sekali. Selalu melihat segala sesuatu dari untung dan rugi. Mental saya belum terlatih untuk bisa berperilaku baik serta tulus ikhlas tanpa mengharapkan imbalan.

But, I'm trying to learn. I want to. Saya harus selalu menanamkan wejangan ke otak saya, walaupun saya melakukan investasi yang buruk pada seseorang, saya percaya Tuhan tidak tidur. Tuhan akan membalas semua apa yang saya lakukan.

Jadi, jangan jadikan bad investment tersebut sebagai penghalang untuk terus berbuat baik ya, Kimi. Banyak-banyak menabung karma baik. And the rest will follow.

13 comments

  1. Udah lama gak mampir dan tampilannya kece banget sekarang. Girly haha...btw, susah memang untuk jadi org yg nggak mengharapkan apa2 di suatu hubungan, apa pun itu. Dan benar, itu mungkin cara kita untuk bertahan dan membaca aba2, kapan harus memberi semuanya dan kapan harus memberi seadanya. Oh, jd pengen nulis ttg ini jugak! Hahaha...

    ReplyDelete
  2. Itu manusiawi kok mbak, take and give ya begitu adanya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sayangnya, beberapa kali aku pernah ngomong begini yang ada aku malah dimarahin. Hihihi.

      Delete
  3. Hai, Kak Kimi.. Setuju, Kak, itu manusiawi kok. Kadang memberi, kadang menerima, tapi kadang juga harus pintar membaca keadaan ya, Kak, hehe..
    Kadang aku juga sebel sama orang yang "gak tau diri" maunya dibaikin terus tapi gak pernah berbuat baik ke orang. Bukannya maksud pamrih sih, cuma ku rasa ya manusiawi :)
    Btw, lama gak berkabar ya, Kak.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ichaaa... Kamu gimana kabarnya sekarang? Sering-sering ngobrol yuk di Whatsapp?

      Delete
    2. Baik, Kak.. Hayukkkk masih punya nomorku kan, Kak?

      Delete
  4. namanya juga berpasangan.. harus kompak dan seiya sepakat..

    ReplyDelete
  5. Paragraf yang ini, "Namun, di sisi lain kok sepertinya saya ini penuh perhitungan sekali. Selalu melihat segala sesuatu dari untung dan rugi. Mental saya belum terlatih untuk bisa berperilaku baik serta tulus ikhlas tanpa mengharapkan imbalan..."
    Saya rasa ini manusiawi.. Seiring berjalan waktu saya yakin mba Kim bakal lebih bijaksana.. :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih, Mas. Amin... Semoga saya bisa lebih dewasa dan bijaksana ke depannya. :)

      Delete

Saya akan senang sekali jika kalian meninggalkan komentar, tetapi jangan anonim ya. Komentar dari anonim—juga komentar yang menggunakan kata-kata kasar, menyinggung SARA, dan spam—akan saya hapus. Terima kasih sebelumnya.