Sebuah Kemunduran

30 Days Writing Challenge terhenti di hari ke-7 dan saya tidak berminat melanjutkannya karena topik berikutnya susah. Haha. Mohon maaf saya tidak bisa menyelesaikan tantangan yang saya buat sendiri.

By the way, saya ingin curhat. Ini adalah tulisan kegelisahan saya. Saya menulis kali ini mengalir saja tanpa editing (biasanya juga begitu sih). Pokoknya apa yang ada di kepala langsung saya tuangkan.

Jadi begini...

Saya merasa kemampuan kognitif saya menurun. Saya merasa semakin bodoh. Saya merasa tidak mampu lagi menulis serius dan (lumayan) bagus. Di blog ini teman-teman bisa menemukannya di tulisan dengan label Sok Pintar. Menulis resensi buku pun rasanya tidak bisa. Membaca buku juga sudah tidak nyambung. Membahas jurnal akademik saya sudah tidak sanggup lagi. Saya pernah mencoba untuk membahas jurnal akademik lagi, tapi baru satu-dua paragraf saya berhenti. 

Ini adalah sebuah kemunduran.

Saya tidak tahu apa yang terjadi dengan saya. Apa yang salah dengan saya? Saya tidak paham. 

Jujur, ini membuat saya stres. Saya kepikiran. Ditambah kalau baca tulisan orang-orang yang bagus-bagus. Saya iri. Saya ingin bisa menulis sebagus mereka. Kenapa mereka bisa pintar dan bisa sebagus itu dalam menulis? Tolong beritahu saya.

Jadinya, saya tiap akan menulis inginnya langsung menulis dengan bagus. Kalau tidak bisa, saya kesal sendiri. Baru mulai, terus merasa tulisan jelek saya langsung berhenti. Saya ingin tulisan yang sempurna. 

Saya lupa bahwa menulis itu berproses. Sama halnya dengan anak bayi tidak serta merta bisa jalan dan berlari. Dia harus melalui proses belajar merangkak dulu, belajar berdiri, dan belajar berjalan. Pun demikian dengan menulis. Untuk bisa menulis dengan bagus kita harus banyak berlatih. Menulis, menulis, menulis. Nanti akan terbiasa dan terlatih juga menemukan gaya tulisan sendiri. Oh iya, banyak membaca juga.

Padahal mah untuk apa juga saya menulis bagus-bagus. Saya kan bukan penulis. Hanya seorang blogger jelata. Yang baca blog saya paling siapa sih... Kalian-kalian saja palingan. 

Ya namanya juga manusia, selalu ada rasa tidak puas di dalam diri dan selalu ingin menjadi yang terbaik.

8 comments

  1. Saya turut prihatin.

    Kalau sedang merasa tulisan tidak bagus, saya pergi ke tulisan teman2 di sosmed, lalu saya komenin sosmed mereka. Kalau mereka balas komen saya, berarti sebetulnya tulisan saya masih menarik.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih, Mbak Vicky. Aku bisa mempraktekkan cara Mbak Vicky nih. Nanti aku coba.

      Delete
  2. tapi, tulilsanmu ini, walaupun terkesan random, tetap tersusun dengan rapi, kok Kim
    tenang saja, jikalau merasa tulisanmu jelek atau kurang bagus, silakan sesekali tengok postingan2 saya yang ga berkembang segitu-gitu aja sejak jaman rekiplik hehe semangat, kim!

    ReplyDelete
  3. Mungkin hanya perlu refreshing... :D

    ReplyDelete
  4. Hooh... Setuju sama Mas Gubrik, kayaknya perlu refreshing, Mbak Kimi. Kalau saya biasanya dapet energi banyak setelah baca novel penulis-penulis favorit. Pas nulis jadi kayak dapat dukungan moral dari mereka-mereka. Hehehe...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aku sudah refreshing pulang kampung kemarin, Bang Morish. Hehehe.

      Delete

Saya akan senang sekali jika kalian meninggalkan komentar, tetapi jangan anonim ya. Komentar dari anonim—juga komentar yang menggunakan kata-kata kasar, menyinggung SARA, dan spam—akan saya hapus. Terima kasih sebelumnya.