Mencoba ChatGPT Pertama Kali

gambar dari Wikipedia 


Sejak kemunculan ChatGPT, orang-orang sudah mulai ramai membahasnya. Responnya beragam, tetapi ada dua kubu besar yang dapat saya simpulkan. Respon pertama, mereka khawatir dengan kemunculan ChatGPT akan mengancam beberapa pekerjaan manusia. Respon kedua, mereka yang menyambut baik kehadiran ChatGPT dan menenangkan kita untuk tidak usah khawatir. Menurut mereka, ChatGPT justru sebuah alat pembantu untuk kita bekerja. Yah, pandai-pandainya kita saja lah dalam menggunakan ChatGPT. Istilah kerennya, beradaptasi. Karena untuk menolak sama sekali rasanya sulit. 

Saya termasuk orang-orang yang awalnya menolak ChatGPT. Cara penolakan saya ya sesederhana saya tidak mau menulis blog pakai ChatGPT. Sementok apapun saya. Namun, akhirnya saya kalah juga. Saya memutuskan untuk mencoba ChatGPT karena saya ingin membarui laman Tentang Blog Ini

Saya memang tidak pernah bisa kalau disuruh menulis tentang saya di blog atau tentang blog saya. Makanya, kedua laman itu di blog saya ditulis sekenanya saja. Dan tidak pernah saya perbarui setelah bertahun-tahun. Terkadang saya iri kalau baca di blog orang-orang kenapa laman "Tentang Saya" atau "Tentang Blog" mereka bagus-bagus dan menarik? 

Jadilah, saya mencoba ChatGPT untuk pertama kali.

Tadinya saya bingung bagaimana cara pakai ChatGPT. Maklum, saya kudet. Setelah coba-coba sendiri, akhirnya saya bisa juga. Ternyata mudah. Yang penting pertanyaan saya jelas. Saya meminta contoh laman "Tentang Blog". Karena saya bertanya dalam bahasa Inggris, ChatGPT menjawabnya juga dalam bahasa Inggris. Jawaban dari ChatGPT itu boleh juga. Lalu, saya menyesuaikannya untuk blog saya dengan gaya saya menulis. Hasilnya bisa dilihat di sini. Lumayan lah yaaa... 

Ternyata betul bahwa manusia memang sulit melawan atau menolak kemajuan zaman. Saya yang sok-sokan mau menolak ChatGPT pada akhirnya menyerah juga. Manusia memang harus bisa beradaptasi dengan kemajuan zaman. Sebuah keahlian yang sebenarnya sudah sangat manusia kuasai. Dan seharusnya saya pun bisa. 

4 comments

  1. Saya juga sesekali pakai chat GPT. Tetapi sekadar referensi. Kurang bangga rasanya nyontoh pemikiran orang lain 100%, yang mau tidak mau diakui sebagai karya sendiri.

    ReplyDelete
    Replies
    1. ChatGPT dipakainya dalam keadaan terdesak saja, Ibu. Misalnya, saat sedang buntu ide menulis.

      Delete
  2. Sebenarnya tergantung bagaimana kita menerima kemajuan dan perubahan, kemajuan IT saat gak bisa dihindari, tinggal bagaimana kita menyikapinya ya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul. Karena mau menolak juga rasanya sulit ya. Jadi, ya, mau tidak mau kita harus bisa beradaptasi.

      Delete

Saya akan senang sekali jika kalian meninggalkan komentar, tetapi jangan anonim ya. Komentar dari anonim—juga komentar yang menggunakan kata-kata kasar, menyinggung SARA, dan spam—akan saya hapus. Terima kasih sebelumnya.