Like a Stone merupakan lagu single kedua dari album debut mereka, Audioslave, yang rilis pada tanggal 20 Januari 2003. Sejak pertama dengar dulu saya sudah langsung suka dengan lagu ini meski dulu saya tidak terlalu menghayati liriknya dan mencari tahu makna lagu ini. Saya jatuh hati dengan musiknya.
Nah, kemarin itu iseng saya ingin mendengarkan lagu ini. Iseng pula saya mencari tahu apa sebenarnya maknanya. Dan ketika saya menemukan penjelasannya di sini, sekarang rasanya tidak akan pernah sama lagi bagaimana saya mendengarkan Like a Stone.
saya baru sadar ternyata Chris Cornell seganteng ini. 😍
apalagi di sini gayanya cool banget.
entah cool, entah sedih sih itu si Chris-nya. 😭
Ternyata Like a Stone bercerita tentang seseorang yang menunggu kematiannya. Bubar sudah imajinasi saya bahwa lagu ini bercerita tentang seseorang yang sedang jatuh cinta menunggu pujaan hatinya. Ternyata sangat jauh dari bayangan saya. Chris Cornell bilang di salah satu wawancara:
"It's a guy sitting in a hotel room contemplating death. Where you go, what it means, and all the different possibilities. And then coming up with an image he likes, going with the philosophy of, maybe when you die, if you've been good enough in your life, you get to go somewhere you remember that's really cool."
Dan setelah saya perhatikan liriknya, semakin dipikir kok ya lirik lagu ini dalam betul ya? Filosofis banget, njir... Tidak heran kalau Timmy C bilang, "Chris was fucking genius."😭
Apa yang saya tangkap dari lirik Like a Stone, ini seperti sebuah cerita dalam satu adegan atau chapter. Saya membayangkannya seperti ini: Seorang pria (anggaplah seorang pria karena yang menulis lagu ini adalah Chris Cornell) sedang di sebuah kamar dan membaca sebuah buku tentang kematian. Kemudian, dia merenung bagaimana kehidupan setelah mati itu. Kalau jadi orang baik, kita bisa beristirahat di mana saja yang kita mau kan? Sesuai yang kita bayangkan? Seperti yang kita tahu? Iya, 'kan?
On a cobweb afternoon in a room full of emptinessBy a freeway, I confess I was lost in the pagesOf a book full of death, reading how we'll die aloneAnd if we're good, we'll lay to rest anywhere we want to go
Kemudian di bagian chorus-nya, entah kenapa saya jadi teringat Harry Potter and the Deathly Hallows. Dari tiga objek Relikui Kematian (Elder Wand, Resurrection Stone, dan Cloak of Invisibility), salah satu dari Peverell memilih jubah gaib (cloak of invisibility). Dengan memiliki jubah itu dia bisa menghindari Kematian karena jubah gaib itu bisa membuatnya tidak terlihat oleh siapa pun, bahkan oleh Kematian. Sampai akhirnya ketika dia sudah siap untuk bertemu dengan Kematian, dia keluar dari jubahnya dan menyambut Kematian selayaknya dia menyambut sahabat lama.
In your house, I long to beRoom by room, patientlyI'll wait for you there like a stoneI'll wait for you there alone
Pada verse 2, si pria tersebut lanjut membayangkan seandainya nanti dia akan meninggal dia akan berdoa kepada beragam Tuhan dan malaikat. Pria tersebut tidak mau membatasi dirinya hanya berdoa kepada satu Tuhan. Dia bisa seperti kaum pagan yang berdoa kepada siapa saja yang bisa membawanya ke surga. Surga yang dia pahami adalah tempat yang dia kenal sejak dulu. Verse 2 ini, menurut saya, masih berhubungan dengan verse 1, terutama di bagian And if we're good, we'll lay to rest anywhere we want to go.
And on my deathbed, I will pray to the gods and the angelsLike a pagan to anyone who will take me to heavenTo a place I recall, I was there so long agoThe sky was bruised, the wine was bled, and there you led me on
Lalu, di bagian bridge, si pria melanjutkan membaca buku tentang kematian tersebut dan kemudian melakukan flashback akan hidupnya selama ini. Dia berkontemplasi bagaimana dia menjalani hidupnya. Atas semua kebaikan dan keburukan yang sudah dia lakukan.
And on I read until the day was goneAnd I sat in regret of all the things I've doneFor all that I've blessed and all that I've wrongedIn dreams until my death, I will wander on
Dan setiap kali saya selesai mendengarkan lagu ini ada perasaan sedih yang terasa dalam sekali. Lagu ini seperti curahan isi hati Chris. Yang saya tahu, Chris mengidap depresi sudah sejak lama dan menahun. Saya membayangkan perjuangannya untuk melawan depresinya sampai akhirnya dia menyerah dan ingin terbebas dari rasa sakitnya yang tidak bisa saya bayangkan. Lagu ini seperti jubah gaib-nya Chris. I might be wrong, though, but that's how I felt.
Sekarang saya mau lanjut lagi mendengarkan lagu ini lagi. On loop. Sampai saya bosan. Yang entah sampai kapan.
Rest in power, Chris. You're greatly missed.
Pilihan musiknya unik juga yah ternyata,
ReplyDeletenggak banyak wanita yang dengerin Audioslave, Saya pun juga jarang, satu - satunya lagu Audioslave yang saya kenal cuma ini.
Apalagi ini sampai ngulik liriknya.
hats off!
Terima kasih!
Deletehihi tipe lagunya Mba Kimi bagai langit dan bumi sama aku mba. wkwk
ReplyDeletebtw, sedih banget pas tahu kalau Chris Cornell udah meninggal karena bundir apalagi pas tahu sebelum bundir dia masih aktif di medsosnya.. huhu 😭
Memang tipe lagumu yang seperti apa?
Delete