Holocaust: Sejarah Dunia Paling Kelam?

Beberapa hari yang lalu salah seorang teman Plurk saya, Fitri, membagikan sebuah utas Twitter yang membahas tentang tato dan Holocaust. Si penulis utas mengkritik serial Stranger Things yang menato angka di beberapa karakternya. Menurutnya, meski hal tersebut masih bisa dimaklumi karena konteks cerita, tetapi bukan berarti orang-orang harus menato diri mereka dengan model angka juga hanya karena mereka fans serial tersebut. Lengkapnya bisa dibaca utasnya berikut ini:




Tentu saja dari respon yang ada saya menemukan beberapa yang kontra dengan si pembuat utas. Ada yang bilang tidak ada yang berpikiran sama sekali untuk mengaitkan tato angka di serial Stranger Things dengan Holocaust. Ada pula yang cukup sinis bilang ini bukan melulu soal Yahudi dan Holocaust-nya karena angka bisa bermakna banyak hal bagi masing-masing individu. Ada lagi yang lebih tajam bilang dunia ini tidak hanya berputar di sisi orang-orang Yahudi saja dan tidak usah mengatur orang lain mau merajah apa saja di tubuhnya. 

Membaca utas tersebut dan berbagai komentar yang ada membuat saya teringat buku otobiografi Trevor Noah berjudul Born a Crime, khususnya bab 15 dari buku tersebut. Ngomong-ngomong, saya sudah menulis resensinya di blog buku saya. Barangkali teman-teman berminat untuk baca dan tertarik untuk berlangganan blog buku saya. 😁




Well, anyway, saya akan membahas sedikit isinya ya. 


Jadi, Trevor bercerita bahwa bagi orang-orang kulit hitam Afrika Selatan pemilihan nama itu sangat sakral. Kalau di kita seperti nama itu adalah doa. Namun, sejak jaman kolonialisme sampai masa-masa apartheid, orang-orang kulit hitam di sana diwajibkan untuk memakai nama-nama Inggris atau Eropa agar orang-orang kulit putihnya bisa melafalkan nama mereka. Sehingga, dalam pemberian nama anak-anak di sana mengikuti aturan sebagai berikut: nama Inggrisnya, nama tradisional, dan nama belakang. Trevor memberikan contoh nama ibunya: Patricia Nombuyiselo Noah.

Biasanya, dalam memilih nama Inggris untuk nama pertama, orang-orang kulit hitam Afrika Selatan akan memilih secara acak. Mereka bisa saja terinspirasi dari nama-nama yang ada di Alkitab, bisa juga dari nama-nama artis, politisi, atau bahkan dari orang-orang lebih jahat dari setan macam Hitler. Iya, Hitler. 

Lalu, orang-orang kulit putih di sana lantas bingung kenapa kok bisa-bisanya anak dikasih nama Hitler? Trevor menulis ya bagaimana ya... Orang-orang kulit putihnya tidak memberikan akses pendidikan yang bagus ke anak-anak kulit hitam. Mereka tidak mengobrol dengan orang-orang kulit hitam. Mereka juga tidak mengajarkan sejarah. 

Jadi, sebelum menyalahkan orang lain bagaimana kalau introspeksi terlebih dahulu? Iya, kan? Dengan tidak dikasih akses begitu lantas kenapa orang-orang kulit hitam Afrika Selatan harus tahu sejarah kelam negara-negara kulit putih? Wajar dong kalau orang-orang kulit hitam Afrika Selatan tidak tahu-menahu tentang Hitler dan Holocaust? Kakeknya Trevor malah mengira Hitler itu nama tank tentara Jerman. 

Bagi orang-orang kulit hitam di Afrika Selatan, Hitler itu adalah orang kuat. Hitler itu sangat hebat karena dia bisa mengalahkan Sekutu. Bagi mereka, kalau sampai orang kulit putih meminta bantuan orang lain untuk mengajak berantem atau menyerang seseorang berarti orang tersebut jagoan banget. Jadi, buat mereka kalau kamu ingin anakmu tumbuh jadi kuat maka berilah nama anakmu Hitler. 

Seperti yang sudah saya tulis di atas, akses pendidikan buat anak-anak kulit hitam di Afrika Selatan terbatas. Memang mereka diajarkan sejarah Perang Dunia, tetapi hanya di permukaan saja. Mereka tidak diajarkan berpikir kritis siapa itu Hitler, apa itu antisemit, kenapa bisa terjadi Holocaust. Mereka juga tidak diberitahu bahwa penggagas apartheid di sana ternyata fans berat Hitler dan bahwa apartheid itu sendiri merupakan terinspirasi dari kebijakan rasisnya The Third Reich. Mereka cuma diajarkan fakta-fakta, seperti Jerman menyerang Polandia di tahun 1939, dua tahun kemudian menyerang Uni Soviet, dan seterusnya. Mereka cuma disuruh mengingat, bisa menjawab pada saat tes, kemudian lupakan. Mereka tidak diajarkan apa pengaruh buruk Hitler bagi dunia. 

Tidak seperti bagi orang-orang kulit putih yang langsung bergidik ngeri tiap kali mendengar nama Hitler, bagi orang-orang kulit hitam Afrika Selatan nama Hitler itu tidak menakutkan dan tidak menyinggung perasaan mereka. Mereka tidak bisa merasa terkoneksi dengan rasa takut akibat Holocaust karena ya itu tidak terjadi pada mereka. Buat mereka, Hitler bukanlah hal terburuk yang terjadi pada mereka. Seandainya mereka bisa kembali ke masa lampau dan boleh membunuh satu manusia, maka mereka akan membunuh Cecil Rhodes, bukan Hitler. Bagi orang Kongo, mereka akan dengan senang hati untuk membunuh King Leopold dari Belgia, bukan Hitler. Bagi orang Indian (suku asli di Amerika), mereka akan menaruh nama Christopher Columbus atau Andrew Jackson di daftar teratas, bukan Hitler.

Trevor bilang memang betul setiap negara merasa sejarahnya paling penting, apalagi negara-negara kulit putih. Namun, masing-masing negara dan bangsa memiliki sejarah kelamnya sendiri, terutama negara-negara dunia ketiga. Warganya jauh bisa lebih relate dengan sejarahnya sendiri ketimbang dengan sejarah negara-negara kulit putih. 

Trevor sering bertemu dengan orang-orang kulit putih yang ngotot berpendapat kalau Holocaust merupakan sejarah dunia yang paling kelam. Titik. Holocaust memang termasuk kejadian luar biasa jahat yang pernah terjadi dalam sejarah hidup manusia modern. Hitler termasuk golongan orang-orang beyond evil. Akan tetapi, Trevor jadi sering berpikir jika dibandingkan dengan Kongo, seberapa mengerikan kah sejarah gelap Kongo? Kalau teman-teman malas baca laman Wikipedia-nya karena panjang banget, bisa dibaca versi singkatnya di sini

Tidak ada angka pasti untuk korban dari kekejaman King Leopold pada warga Kongo karena tidak ada catatan yang jelas. Beda dengan Nazi. Mereka sangat detil dan rapi mencatat, ada video, ada foto, sehingga semuanya terdokumentasi dengan baik sehingga angka korbannya jelas. Ditambah dengan budaya pop -- seperti film, serial, buku -- yang sering mengangkat Holocaust menjadi tema cerita sehingga semakin tertanam di benak orang-orang bahwa Holocaust itu paling jahat, paling menyeramkan, yang pernah terjadi dalam sejarah hidup manusia. Padahal, seandainya mau baca sejarah, atau paling tidak dengan melakukan sedikit googling, maka akan dengan mudah ditemukan bahwa banyak sekali peristiwa kekejaman pada manusia, in a global scale, yang pernah terjadi di dunia ini. 

Jangan salah paham dulu. Ini bukan soal adu nasib negara mana yang paling menderita dan punya sejarah paling kelam, tetapi apa yang saya tangkap dari maksud Trevor semacam ingin bilang, "Orang-orang bule ini kebanyakan ignorant dengan orang atau sejarah dari bangsa dan negara lain. Mereka semacam orang-orang narsis yang merasa bahwa mereka adalah pusat tata surya. Jangan lupa, bahwa bangsa dan negara lain juga punya sejarahnya sendiri yang tidak kalah kelamnya dengan sejarahmu. Bukan kamu satu-satunya yang menderita di dunia ini." 

Setelah Trevor memberikan latar belakang yang lumayan panjang begitu, kemudian Trevor melanjutkan ceritanya. Dia menulis dia ada kerjaan jadi DJ untuk pesta di salah satu sekolah di Afrika Selatan. Coba tebak apa sekolahnya? Yup, sekolah Yahudi. Karena Trevor tidak tahu apa-apa dan tidak punya niatan buruk, Trevor mengajak temannya yang bernama Hitler untuk memeriahkan pestanya karena Hitler jago banget menari. 

Acaranya pecah banget sampai akhirnya ketika Trevor meneriakkan nama Hitler. Tujuan Trevor baik. Dia ingin membuat suasana makin seru dan ramai, tapi ketika Trevor berseru, "Go Hitler! Go Hitler! Go Hitler!" suasana pestanya langsung krik krik ngik.

Trevor dan teman-temannya kebingungan. Lah, ini pada kenapa? Kok pada diam? Kok suasananya jadi tidak asik lagi? Apa yang salah? Lalu, ada guru yang marah-marah dan teriak-teriak bahwa Trevor dan teman-temannya menjijikkan. "How dare you come here and insult us?! Get out of here! You people are disgusting." 

Di mata Trevor dan teman-temannya, mereka tidak salah. Di mana letaknya mereka menghina anak-anak dan guru-guru di sekolah itu? Memang salah ya orang kulit hitam menari? Atau, jangan-jangan memang itu salah mereka, hanya karena mereka menari? Wah, ini sih orang-orang di sini yang rasis: mereka tidak bisa melihat orang-orang kulit hitam menari. Trevor jadi ikutan emosi. 

Si Guru tersebut makin panas dan bilang, "I’ll have you know that my people stopped people like you before, and we can stop you again.” Trevor membalasnya dengan bilang, "Lo gak bisa berhentiin kami lagi. Karena kami punya Nelson Mandela!" Trevor dan teman-temannya langsung keluar dari sekolah tersebut memprotes sikap Si Guru dengan tetap menari dan berteriak lantang, "Go Hitler! Go Hitler! Go Hitler!" 

Setelah membaca latar belakang yang telah dijelaskan Trevor lalu membaca pengalaman tidak mengenakkan Trevor tersebut saya bisa menjadi mengerti kenapa kesalahpahaman antara Trevor dan Si Guru bisa terjadi. Di satu sisi Trevor dan teman-temannya tidak mengerti dengan sejarah Hitler dan Holocaust (karena akses pendidikan dibatasi), sementara di sisi lain Si Guru merasa semua orang harusnya bisa tahu, paham, dan mengerti akan sejarah yang menimpa bangsa Yahudi. Ini sama seperti si pembuat utas Twitter di atas yang meminta orang-orang untuk tahu penderitaan bangsa Yahudi dan mengerti, juga menghormati dengan tidak ikut-ikutan menato angka di tubuh mereka. 

Bagaimana menurut kalian dengan utas Twitter tersebut? Tulis pendapat kalian di kolom komentar ya!

Daftar Pustaka:
Noah, T. (2016). Born a Crime: Stories From a South African Childhood. Random House.

11 comments

  1. kata holocaust saya sering baca di komik2,
    dulu sih baca2 aja tanpa tau apa sih artinya

    ReplyDelete
  2. Hmmm,, Aku pernah baca soal Holocaust zaman PD2. Tapi sekilas aja... Dan baru nggehnya kalau Genosida zaman itu merupakan Orang2 Yahudi Eropa ya baru tahu sekarang ini... Tapi kalau soal Tato angka yang berhubungan sama Holocaust, hhmm 🤔 Aku setuju sih kalau nggak semuanya bisa dikaitkan sama sejarah. Mungkin mereka juga nggak tahu kalau sebenarnya Tato angka kaya itu mengingatkan suatu kejadian suram di masa lampau. Iya nggak sih mba...? Soalnya ya emang benar adanya kalau beberapa angka bisa punya arti tersendiri bagi orang lain. Lagipun menurutku Tato angka di tangan buka suatu Hal yang aneh nggak sih..? I mean semua orang bisa punya pikiran buat naruh tato di pergelangan tangan.. heheh

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aku sepakat dengan kamu. Angka bisa bermakna banyak hal bagi masing-masing individu: bisa bermakna tanggal kelahiran, pernikahan, apapun. Jadi, si pembuat utas Twitter tersebut meminta orang lain untuk tidak ikut-ikutan menato angka semacam egois dan ignorant juga.

      Delete
  3. wow. aku terkejut lho ada kejadian seperti ini. menurutku mungkin karena saat ini western secara ekonomi, politik, dsb sedang memimpin, pengetahuan mengenai soal sejarah holocaust itu dianggap jd seakan-akan pengetahuan bersama. sejarah kan ditentukan siapa yang menang, jd dalam hal ini, sejarah siapapun yg sedang memimpin secara global menjadi 'penting'. bahkan aku aja sampe baca sejarah soal holocaust dan..... ya selalu kebayang-bayang aja gitu kengeriannya. anyway kalo di kita itu kan G30S ya, oleh pemimpin yang menang dianggap sebagai sesuatu yang sangat horor dan kelam. dan aku setuju, hal seperti ini ada banyak dan barangkali memang belum tercatat di masanya.dan yang terpenting, hal2 horor seperti in semoga cukup terjadi di masa lalu saja da tidak akan pernah terjadi di kemudian hari.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Amin amin amin... Semoga hal-hal mengerikan, seperti Holocaust dan lainnya, tidak terjadi lagi di masa sekarang dan di masa depan.

      Delete
  4. Kembali membaca tentang holocaust minggu lalu ketika di salah bab buku yang aku baca ada cerita tentang pertemuan penulis dengan cucu dari korban holocaust. Kakek-neneknya meninggal dalam tragedi tersebut, sedangkan ayahnya berhasul melarikan diri.

    Semua orang akan selalu menganggap bahwa tragedi yang dialami oleh kelompoknya adalah tragedi paling parah yang pernah terjadi. Padahal semua tragedi ini selalu menyisahkan kesedihan dan trauma tersendiri bagi korban dan generasi selanjutnya.

    Di indonesia beberapa kali terjadi tragedi kemanusiaan. Mulai dari Isu politik, sara, dan bahkan olahraga. Yang paling baru adalah tragedi kanjuruhan. Zaman memang lebih modern, tapi penanganan tragedi ini justru jauh dari rasa keadilan bagi korban dan keluarganya.

    Tulisan yang bagus mbak kim :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Semua orang akan selalu menganggap bahwa tragedi yang dialami oleh kelompoknya adalah tragedi paling parah yang pernah terjadi. Padahal semua tragedi ini selalu menyisahkan kesedihan dan trauma tersendiri bagi korban dan generasi selanjutnya.

      Betul, Mas. Aku sepakat dengan ini.

      Tulisan yang bagus mbak kim :)

      Terima kasih, Mas Rivai.

      Delete
  5. Iya sih, orang2 putih ini bener2 merasa superior yaaa, sampe menganggab Holocaust di negaranya lah yg paling brutal dibanding lainnya. Lupa mereka Ama kekejaman polpot, bahkan sampai bayi aja dibanting ke batang pohon sampai mati. lupa Ama epristiwa berdarah G30spki. Ama kekejaman peristiwa bom atom yg efek radiasinya sampai 10 THN lebih..

    Aku pribadi tau sejarah Hitler ,tapi mungkin Krn membaca juga ttg sejarah yg terjadi di Negara2 lain, buatku ga ada yg lebih brutal. Semuanya sama , semuanya hanya menyiksa orang2 tak bersalah.

    Hitler udah kayak semacam dewa setan Yaa, sampai kalo namanya dipakai, kurasa ga bakal lolos pas apply visa US atau schengen 🤣🤣.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, menyebalkannya orang-orang kulit putih ini merasa mereka adalah pusat tata surya. Semua orang harus tahu sejarah mereka, bahwa sejarah mereka paling kelam sehingga orang lain harus menghormati dan menghargai mereka, tetapi mereka sendiri abai dengan sejarah kelam bangsa lain.

      Padahal mah ya seperti yang Mbak Fanny bilang, semua sejarah kelam itu ya brutal. Semua yang mengalaminya tuh menderita dan meninggalkan trauma bagi korban dan generasi selanjutnya.

      Delete

Saya akan senang sekali jika kalian meninggalkan komentar, tetapi jangan anonim ya. Komentar dari anonim—juga komentar yang menggunakan kata-kata kasar, menyinggung SARA, dan spam—akan saya hapus. Terima kasih sebelumnya.