Untitled #7

Day 12. Post a Daily 2011.

Saya tidur malam tadi tidak tenang. Galau. Bangun pun dalam keadaan galau. Kalau ditanya apa pasalnya, saya diam. Sungguh, saya tidak tahu apa yang membuat saya galau. Saya hanya merasa tidak tenang.

Yang saya ingat ketika saya belum tidur, saya mendengar banyak sekali informasi. Sayangnya informasi yang saya dengar itu yang negatif. Misalnya, saya membaca di twitter dan mendengar acaranya Mas Pandji di hardrock FM tentang (bodohnya) menteri kita yang menuntut RIM itu.

Ketika Pak Menteri menuntut RIM untuk mematuhi peraturan di negara kita, seperti menutup akses pornografi, memindahkan server di Indonesia, membuka service center di sini, dan lainnya (baca saja di akun twitter milik Pak Menteri untuk lebih lengkapnya) kemudian mengaitkannya dengan masalah nasionalisme... Saya bingung. Dan ketika semuanya berhasil dijawab dengan elegan oleh Mas Daniel Tumiwa dan Pak Onno W Purbo, saya menyimpulkan satu hal dengan nada sedikit bertanya. Pak Menteri kita itu tidak tahu apa-apa ya tentang IT? Jadi, sebenarnya apa yang menjadi masalah sehingga Pak Menteri ngotot menuntut RIM? Entahlah. Saya tidak punya jawabannya.

Berikutnya. Di Plurk, Om Galeshka melontarkan pertanyaan:

Serius nanya, apa ada yang percaya, kalau menhukam, kapolri, jaksa agung & petinggi-petingginya itu beneran tidak terlibat perkara gayus?

Dua belas orang menjawab tidak percaya. Ini bisa dijadikan sebuah pertanda bahwa masyarakat Indonesia tidak percaya lagi pada perangkat hukum negara ini. Mungkin sebuah kesimpulan yang terlalu terburu-buru. Baiklah, saya ubah. Plurkers (orang-orang yang nge-plurk) tidak percaya lagi pada perangkat hukum negera ini. Ah, lagi-lagi kesimpulan yang terlalu cepat. Sudahlah, abaikan saja.

Pertanyaan berikutnya dari Om Galeshka:

koq kita semua mau yah diperlakukan kayak orang bodoh gini?

Di thread-nya Om Galeshka itu saya berkomentar cukup panjang. Saya teringat salah satu subplot di buku ketiga Lord of The Rings Kembalinya Sang Raja-nya J. R. R. Tolkien. Kisahnya tentang Shire sepeninggal Frodo, Sam, Merry, dan Pippin. Shire yang dulu tenang, sekarang tidak tenang lagi. Adanya diktator baru mengacaukan keadaan negeri itu. Mr. Lotho berlagak menjadi seorang penguasa Shire. Semua penduduk Shire harus menuruti perintahnya. Kalau tidak anak buahnya akan bergerak memastikan hobbit di Shire mematuhi perintah Mr. Lotho.

Pemaksaan pengumpulan hasil panen masyarakat Shire, peraturan-peraturan baru yang dibuat merugikan rakyat, dan sebagainya, membuat Shire tidak kondusif lagi. Warganya ketakutan. Mereka tidak berani melawan. Kalau ada yang melawan, anak buah Mr. Lotho tidak akan segan memukul dan memasukkannya ke dalam penjara. Keadaan terus berlangsung seperti ini sepeninggal Frodo dan kawan-kawan hingga mereka kembali ke Shire.

Merry menyadarkan penduduk Shire. Keadaan di Shire ini salah! Ini penindasan namanya. Mereka harus bangkit melawan penindasan ini. Hobbit-hobbit pun tersadar. Mereka bersatu padu bangkit melawan Mr. Lotho dan anak buahnya. Singkat cerita, mereka berhasil menang. Shire pun kembali tenang dan tenteram.

Pertanyaan Om Galeshka diatas tadi, saya jawab lagi dengan pertanyaan:

Nah sekarang pertanyaan, siapa diantara sekian ratus juta masyarakat Indonesia yang mau menjadi "Merry" seperti di cerita LoTR ini?

Ya, siapa?

Kita semua sama-sama tahu banyak terjadi ketidakadilan di negara ini. Kebebasan kita ingin dirampas (lihatlah contoh kecil. Pak Menteri kita dengan segala tuntutannya terhadap RIM), hukum yang dipermainkan oleh oknum (Gayus bisa berpelesir hingga ke Macau), Ayin yang didakwa lima tahun penjara akan bebas tanggal 27 Januari nanti, koruptor yang tetap dilantik menjadi walikota Tomohon, hingga kasus joki narapidana di Bojonegoro.

Kita semua tahu kalau ada banyak situasi yang salah di negara ini. Kita peduli dengan keadaan ini. Kita ingin berubah. Kita ingin Indonesia menjadi negara yang aman, tenteram, dan damai seperti Shire. Tapi, siapa yang punya keberanian sangat besar untuk vokal menyatukan kita semua dan membangkitkan kita untuk bergerak melawan ketidakadilan ini?

Siapa? Yang pasti bukan saya. Mungkin Anda yang sedang membaca tulisan ini.

Dalam hal ini kita butuh seorang Merry. Memprovokasi kita untuk bangkit dan berani menuntut keadilan. Kita butuh penggerak. Kita butuh leader. Tentunya pemimpin yang bertanggung-jawab ya. Tidak hanya berani memprovokasi, kemudian lantas kabur bersembunyi.

Kita sudah muak dengan keadaan sekarang. Okelah, kalau Anda tidak merasa dan tidak mau dimasukkan ke dalam "kita".

Saya muak dengan keadaan sekarang. Kesal, geregetan, kecewa. Siapa yang merasakan hal yang sama dengan saya? Silakan angkat tangan.

Pemerintah sudah tidak mampu lagi mengatasi berbagai masalah di negara ini. Janji akan memberantas kasus korupsi. Hei, apa kabar kasus Gayus? Janji akan memberikan kebebasan bersuara. Halo, Pak Menteri. Mau membatasi kebebasan kami ya? Janji ini janji itu. Janji mana yang sudah pemerintah tepati?

Kenapa saya menulis ini? Entahlah. Mungkin ini adalah sebuah tulisan kekecewaan yang sudah menumpuk. Saya ingin Pemerintah sadar akan kinerja. Saya ingin Pemerintah mendengar keluhan warganya.

Tapi, bagaimana kalau mereka tidak mendengar? Bagaimana kalau mereka sungguh keras kepala untuk menutup mata dan telinga mereka? Mari, kita ingatkan mereka. Mari, kita tegur Pemerintah. Mari, kita bersama-sama menyatukan suara kita.

Untuk itulah kita butuh leader, seperti Merry. Kita butuh pemimpin yang mau mengatur kita agar kita semua tetap bergerak di track yang sama untuk menegur pemerintah. Ehm... apa ya kata yang tepat untuk ini? Konsolidasi? Iya, konsolidasi.

Siapa tahu dengan cara seperti ini Pemerintah mau membuka matanya lebar-lebar dan mau mendengarkan kita dengan seksama. Coba bayangkan, ratusan juta masyarakat Indonesia bersatu menegur Pemerintah. Kalau sudah begitu, apa mungkin Pemerintah masih buta dan tuli?

7 comments

  1. AFAIK, beda persepsi adalah sesuatu yang tidak ada di novel. Merry adalah leader di mata pembaca dan penulis. Benar dan salah adalah sesuatu yang berwarna hitam dan putih. Tidak ada yang abu-abu.

    Di sisi kita, mungkin kita memerlukan Merry yang bisa melawan (kebodohan) kementerian RI. Tapi di sisi lain, banyak juga yang menganggap Pak Menteri adalah Merry yang mencoba menyadarkan orang-orang bodoh gelap hati seperti kita :)

    ReplyDelete
  2. wow? (ngebaca komen di atas)....

    emang si, pak menteri tidak mungkin bikin agenda kalau tidak ada yang mendukung. Apalagi dia dari partai yang pengikutnya loyal abis. (*makanya, ayo pemilu berikutnya jangan pada golput!).

    tapi yah, melihat banyak yang kontra sama kebijakan beliau, saya rasa ini tanda kalau orang2 indonesia udah mulai pinter2. tanda bahwa kita mulai dewasa dan cukup percaya diri untuk menentukan sendiri sikap kita (bahasanyaaa...)

    emang sih, angka akses pornography di Indonesia tuh tinggi. Tapi tetap saja banning bukan cara yang tepat. Jangan2 pelarangan2 seperti itu malah bikin pelanggaran semakin marak. lha wong, di negara-negara yang pornographynya dilegalkan angkanya tidak setinggi di sini.

    Yang terpenting sebenarnya adalah "pendidikan". Huh! Mau sampe jaman kapanpun pornogrhaphy pasti tetap ada. Yang terpenting tuh, kita, manusia, cukup pintar ga' untuk memilih sendiri mana yang baik.

    ReplyDelete
  3. kalo masalah kecewa sebenarnya banyak kok. tapi itulah pemerintah lembaga yang memiliki banyak divisi dan mereka tidak menyatu sama lain dan justru berjalan sendiri-sendiri

    ReplyDelete
  4. Memang sudah sepantasnya pemerintah meneriman aspirasi rakyat, dan sudah tidak lagi tertutup, apa yang mereka lakukan harus diketahui oleh rakyat, sehingga rakyat tahu apa yang dilakukan, maka akan ada masukkan, jadi tidak seenaknya sendiri dalam melakukan tindakan :D

    salam kenal : Aziz Hadi

    ReplyDelete
  5. sebenernya sudah sih, hanya saja pemerintah kita terlalu tuli... dan bapak negara kita cuma bisa prihatin...

    ReplyDelete
  6. selamat siang, yang pasti yang tidak nonton lord of the ring sedikit pengetahuan alur cerita seperti di atas...berfikir lagi akan nonton...

    Pusing ya dengan pemeran utama negeri ini?

    ::SALAM KENAL::

    ReplyDelete
  7. Tumben banget nggak pake bahasa inggrais.. gini kan enak bacanya, plus kasih komen juga bisa panjang..

    #kebanyakan prolog jadi gak jadi komen..

    ehm.ehm.. saya sih bilang : ya udaahlah, kalo mau berubah kenapa harus nyalahin pemerintah, kenapa semua-mua kudu pemerintah. Kalo dari diri kita sendiri bisa, sekecil apapun perubahan pasti berarti

    *koq jadi kayak jurkam gini sih

    ReplyDelete

Saya akan senang sekali jika kalian meninggalkan komentar, tetapi jangan anonim ya. Komentar dari anonim—juga komentar yang menggunakan kata-kata kasar, menyinggung SARA, dan spam—akan saya hapus. Terima kasih sebelumnya.