Letter #17: Blokir

Day 48. Post a Day 2011.

Tuhan,

Kemarin aku melewatkan satu hari tanpa menulis surat kepada-Mu ya? Maafkan aku tidak dapat menepati janji. Kemarin aku lelah sekali setelah seharian jalan bersama orangtuaku. Siang sampai sore jalan ke Pasar Baru kemudian ke Melawai, kemudian pulang ke hotel tempat orangtuaku menginap. Dan aku--orang yang mudah sekali lelah--langsung saja tidur. Jangankan untuk menulis surat, membuka laptop saja rasanya aku malas sekali.

Sekali lagi maafkan aku ya, Tuhan? Dan ada kemungkinan ini adalah surat terakhirku untuk-Mu di bulan Pebruari ini. Ada hal-hal yang harus aku kerjakan dan aku takut aku tidak sempat lagi untuk menulis surat untuk-Mu setiap harinya selama bulan Pebruari ini.

Tapi, sebelum itu aku ingin bercerita sesuatu kepada-Mu, Tuhan.

Tadi sewaktu aku membuka akun Facebook-ku, aku iseng mengecek akun Facebook keponakanku yang tertua (tahun ini umurnya akan menginjak 14 tahun). Ternyata, seperti yang telah kuduga, aku tidak menemukan akunnya! Kemungkinannya ada dua: 1) dia memblokir akunku sehingga aku tidak bisa lagi melihat akunnya; 2) dia menghapusku dari daftar temannya. Sepertinya, opsi pertama itu yang lebih dapat diterima. sengihnampakgigi

Aku jadi heran sendiri. Salahku apa sampai aku diblokir sama keponakanku itu? Aku kan tidak menghinanya, mem-bully-nya, atau apalah. Aku juga jarang sekali menyapanya di Facebook atau mengomentari status-statusnya. Lah wong, buka Facebook saja jarang. Lagipula, aku bukan tipikal orang yang demen stalking alias diam-diam mengecek profilnya.

Tidak hanya keponakanku yang memblokirku, kakak aku sendiri memblokirku di Facebook. Iya, kakak kandung lho. Apa pasalnya hanya Engkau dan kakakku sendiri yang tahu.

Sekali lagi aku bertanya: apa salahku sampai-sampai keluargaku sendiri memblokirku? Kenapa tidak dari awal saja jangan meng-add aku menjadi temannya di Facebook kalau dia takut semua kegiatannya di Facebook ketahuan olehku?

Menurutku, memblokir seseorang tanpa alasan yang jelas (tolong dicatat kalau aku tidak pernah menyerang, berkata kasar, menghina keponakanku dan kakakku itu di Facebook) adalah suatu tindakan yang kekanak-kanakan. Jikalau mereka takut aktivitasnya di Facebook diketahui khalayak ramai, untuk apa pula eksis Facebook? Toh, masih ada media Twitter, Plurk, atau bikin baru lagi akun Facebook tapi di-protect akunnya. Jangan memintaku untuk menjadi teman mereka. Dan silakan saja beraktivitas apa saja di Facebook. Mau joget-joget, mau pacaran, mau ketawa-ketiwi. Silakan. Bukan urusanku.

Tolong dicatat pula, dengan aku masih menjadi teman mereka pun di Facebook apa saja yang mereka lakukan di Facebook juga bukan urusanku. Aku tidak ambil pusing dan tidak peduli.

Atau sekalian saja jangan bikin akun Facebook. Toh kalau mau berhubungan dengan teman-teman mereka kan ada ponsel atau instant messenger?

Come on. Memblokir orang lain hanya karena dia takut tindak-tanduknya ketahuan di Facebook? Tiba-tiba aku ingin tertawa terbahak-bahak.

9 comments

  1. tapi bisa juga akunnya di hapus. contohnya beberapa sahabat blogger yang menghapus akun FB karena sempat keenakan main FB sampai lupa waktu :D

    ReplyDelete
  2. sama.. gw juga sering ngalemin kayak gitu kimi.... nyesek banget dah kalo diblokir ato di-remove... mening di-hide... tau kan aplikasi hide di facebook?

    ReplyDelete
  3. dan hari ini Ubertwitter di Blokir oleh Twitter

    ReplyDelete
  4. Karena sebenernya ada bagian dari diri kita yang senang menjadi stalket. usil inging tahu apa saja yang orang lain lakukan atau pikirkan, tapi nggak mau orang lain tahu apa yang kita pikir atau lakukan. Mungkin kurang lebih begitu. Atau keponakan atau sodara Mbak Kimi pada punya utang dan bersembunyi dulu dari kejaran Mbak Kimi? Ngawur ya :P

    ReplyDelete
  5. ya emang ada aja alasannya. paling utama sih supaya gak diadukan ke orang tua. ah, ada-ada aja :D

    ReplyDelete
  6. aku juga di hapus sama tetanggaku sendiri..... rasanya sakit hati

    ReplyDelete
  7. Kalo aku dari awal memang sudah sepakat sama adik buat gak saling jadi friend di facebook. Kayanya gak asik aja selalu tau kegiatan atau perasaan dia lewat cara itu, karena kami sama-sama aktif di facebook :D Kami gak bisa dikatakan 'jauh'; kalo ada apa-apa dia cerita. Jadi kalo pas sama-sama lagi mudik (dia kuliah di Bandung, aku kerja di Jakarta), kami cerita banyak dan itu lebih menyenangkan :D

    ReplyDelete
  8. Kadang orang gak nyaman diliat2 sama keluarga Kim, pdhl sapa juga yg punya waktu buat ngecek2 mereka yah :))

    *msh merasa bahagia dgn dua akun yg berbeda yg gue buat* :D

    ReplyDelete

Saya akan senang sekali jika kalian meninggalkan komentar, tetapi jangan anonim ya. Komentar dari anonim—juga komentar yang menggunakan kata-kata kasar, menyinggung SARA, dan spam—akan saya hapus. Terima kasih sebelumnya.