Sepenggal Kisah dengan Mie Instan

Day 59. Post a Day 2011.

Tahu gak iklan salah satu merk mie instan yang menceritakan pengalaman pribadi dengan mie instan tersebut? Sampai saat ini, saya sudah lihat dua cerita yang diiklankan. Pertama, ceritanya tentang seorang wanita yang tinggal di luar negeri dan lagi kepengen berat makan mie instan merk tertentu tersebut. Mari sebut saja merknya Indomie. *halah* Kedua, ceritanya tentang seorang anak yang bernostalgia dulu sewaktu kecil kalau nonton pertandingan sepakbola sama bapaknya selalu ditemani Indomie.

Saya juga tidak mau kalah! Saya punya kok pengalaman pribadi dengan mie instan. Merk apa saja. Kalau saya tuliskan dalam bentuk cerita, kira-kira begini ceritanya:

Waktu aku kecil dulu aku suka sekali makan mie instan. Mie instan merk dan rasa apa saja. Yang penting mie instan. Dalam seminggu aku bisa beberapa kali makan mie instan. Rasanya enak sih! Apalagi kalau mie instan rebus, pakai saos sambal pedas, dan pakai telur. Nyam! Sekarang pun membayangkannya saja aku hanya bisa menelan ludahku.

Ibuku akan marah sekali kalau tahu aku makan mie instan. Beliau bilang mie instan itu tidak baik! Mie instan itu makanan jahat! "Lihat tuh, kamu itu punya sakit maag gara-gara kamu keseringan makan mie instan!" Benar atau tidaknya, aku tidak tahu. Tapi, aku memang punya sakit maag sih. Di lain waktu, kalau beliau melihatku sedang asyik makan mie instan, beliau akan bilang, "Hati-hati saja kamu ya... Nanti kalau kena kanker gimana? Kebanyakan makan mie instan bisa kena kanker lho..." Lagi-lagi, benar atau tidaknya aku tidak tahu. Apakah ibuku berkata begitu karena benar-benar ingin menakutiku atau memang ingin memberitahu kalau mie instan itu bisa menyebabkan kanker. Ng... kanker usus? Kurang tahu juga kanker apa. Aku belum pernah baca penelitian yang terkait mie instan sih. Hehehe...

Semakin aku beranjak dewasa, aku semakin menyadari kalau mie instan itu memang tidak baik untuk tubuhku. Aku lihat-lihat di sekelilingku, membaca informasi, dapat cerita dari kawan-kawanku, yang pada akhirnya aku menyimpulkan aku harus mengurangi makan mie instan! Maksimal makan mie instan hanya satu bulan satu kali. Susah memang, aku tahu itu. Tetapi, tidak ada salahnya mencoba kan?

Nah, sekian ceritaku tentang mie instan. Terima kasih aku ucapkan kepada ibuku yang tak henti-hentinya mengingatkanku akan bahaya mie instan. I love you, Mom!

p.s.: Selama beberapa waktu aku berhasil menaati peraturanku sendiri, yaitu makan mie instan hanya satu kali dalam satu bulan. Akan tetapi, dalam dua bulan terakhir aku tidak kuasa untuk melawan godaan. Bulan Mei ini saja aku sudah makan mie instan 3x, sedangkan bulan April... Entahlah sudah berapa kali. :'(

Kira-kira, kalau saya kirim cerita pendek di atas ke Indomie, bakalan diterima nggak ya? Hihihi...

8 comments

  1.  Masih mending selama bulan Mei kamu 3x makan mie instan, aku seminggu udah 3x makan mie instan, Kim -____-'

    Ceritamu kalau dikirim ke Indom*e pasti ngga lulus sensor, Kim :))

    ReplyDelete
  2.  Saya kemarin malam makan dua bungkus. Dan kalo lagi hangout dengan teman2 suka diakhiri dengan makan mie instan rame2. Ntah rebus sendiri atau beli di warung. :)

    ReplyDelete
  3. Boleh lah ini ceritanya dikirimkan ke salah satu merk mie instan. ;))

    ReplyDelete
  4. Ah, jangan keseringan makan mie instan, Rise! Tidak baik untuk kesehatanmu. *bergaya ala nyokap*

    Nah, itu dia. Gimana klo kita bikin cerita "bahaya mie instan"? *halah*

    ReplyDelete
  5. Mie instant memang enak, tapi jangan terlalu sering.

    Jika terpaksa...mie nya direbus dulu pada air mendidih..kemudian beri bumbu sendiri.

    ReplyDelete
  6. Sayangnya aku tinggal di kosan yang dimana dapur kosnya gak boleh dipake buat masak sendiri. :(

    ReplyDelete
  7. saya bahkan pernah masuk RS, pas kondisi gak fit, eh malah mampir di warung makan mie instan. ujung2nya kena tipes deh :p

    ReplyDelete
  8. ayo, kirim ceritanya ke Ind*mie! ;))

    ReplyDelete

Saya akan senang sekali jika kalian meninggalkan komentar, tetapi jangan anonim ya. Komentar dari anonim—juga komentar yang menggunakan kata-kata kasar, menyinggung SARA, dan spam—akan saya hapus. Terima kasih sebelumnya.