Bunga Utang itu Boleh

Day 117. Post a Day 2011.

Orang bilang kalau pinjam uang ke kita ada baiknya jangan diberi bunga pinjaman. Kasihan kepada mereka yang meminjam. Kita kan bukan bank, bukan pula rentenir. Kita tidak cari makan dari bunga utang. Lagipula, memberi bunga utangan itu dosa. Kita memberatkan mereka yang pinjam uang kita. Pastinya orang yang meminjam uang ke kita pasti sedang butuh uang kan. Butuh untuk bayar sekolah anaknya, untuk bayar listrik, untuk makan, atau sekadar untuk beli Blackberry baru...

Tapi, sekarang pernah berpikir nggak untuk kasihan juga sama si pemberi utang alias kreditor? Kalau kreditornya punya uang banyak sih tidak masalah. Uang gajinya meteran deh saking banyaknya. Lah, kalau kreditornya baru lulus kuliah dan punya tabungannya sedikit tapi dipaksa untuk meminjamkan uang ke debitur, gimana? Karena si kreditor kasihan dengan si debitur. Kok ya hidupnya sepertinya nelangsa betul. Mau bayar uang kuliah tapi nggak punya uang. Atau buat bayar listrik. Kalau tidak dibayar saat itu juga nanti listriknya dicabut.

Nah, masalah klasiknya ketika debitur sudah dipinjamkan uang, janji untuk bayar hanyalah sekadar janji. tar-sok-tar-sok. Sebentar, besok deh. Sebentar, besok ya. Alasannya macam-macam, ya belum gajian lah, uangnya habis terpakai untuk bayar ini itu, atau "Saya ini orang susah. Nggak punya duit. Nggak ada yang bantu saya."

Kalau masih seminggu atau dua minggu okelah. Lah, kalau sudah bertahun-tahun, gimana? Setahun? Dua tahun? Tiga tahun? Dan hitung saja terus sudah masuk tahun ke berapa utangnya belum dibayar-bayar. Kalau sudah begini, saya rasa tidak ada salahnya kalau kreditor meminta bunga kepada si debitur. Atau minta uangnya dibayar lebih. Kalau pinjam Rp 1juta, nanti harapannya dibayar Rp 1,5juta.

Penggemar: Alasannya apa, Kim?

Situ kenal sama yang namanya inflasi? Pinjam uang Rp 2juta, tapi kalau bayarnya baru lima tahun kemudian atau sepuluh tahun kemudian. Jadi berapa coba nilai Rp 2juta sesungguhnya?

Masalahnya lagi, rata-rata debitur itu marah mencak-mencak kalau kreditor minta bunga. Belum lagi pandangan orang-orang. Nanti si kreditor dibilang lintah darat lah, pelit lah, cari kesempatan di dalam kesempitan lah, tidak berperasaan lah, cuma mau cari untung lah, dan lain-lain. Tapi, sebelum si kreditor ini dicaci maki seperti itu, coba deh lihat dulu si debiturnya bagaimana. Kalau sudah tahu, boleh nggak debiturnya dicaci maki juga?

8 comments

  1. aaah pusing kalo mikirin soal ekonomi..... >.<

    ReplyDelete
  2. hmmmmm... curcol ya ini? iya sih, makanya sampe hari ini aku berusaha ga pernah ngutang ke orang. Apalagi jumlahnya banyak. Takut ga bisa bayar :))

    Dan aku juga ngga pernah minjemin duit (lagi). Kapok. Nagihnya susah, dan rasanya kok jadi kayak saya yang ngutang. Padahal kan saya menagih hak saya.

    sampe hari ini masih ada beberapa debitor yang belum bayar utang ke saya. Saya juga udah males nagih-nagih. Biarin aja lah dia makan itu duit haram >.<

    ReplyDelete
  3. mendingan minjaminnya dalam bentuk emas aja kalo gitu... ahahaha.... jadi pake gram... nggak pake perhitungan uang... atau saham aja deh gimana bu? :)

    ReplyDelete
  4. Kalau kebutulan ketemu dengan debitor yang nakal ya memang nggak nyaman juga..kecuali kalau memang benar2 belum bisa bayar dan tetap berniat utk bayar...khan ada juga yg punya duit tp sengaja ga mau bayar utangnya....

    ReplyDelete
  5. Ya harusnya sih kalau ngerasa gak punya duit, ya jangan ngutang. Hidup dalam utang itu gak enak. Apalagi utang konsumtif. Yang nyebelin itu memang ada orang yang punya duit tapi sengaja gak mau bayar utang.

    ReplyDelete
  6. lebih mending lagi, gak usah minjemin orang lain dalam bentuk apapun. :D

    ReplyDelete
  7. Wah, kalau aku sih misalnya dia sampai gak bayar2 utangnya, akan aku tagih terus. Kalau gak bayar2 juga, sampe mati pun gak akan aku ikhlasin utangnya.

    ReplyDelete
  8. Iya, lebih pusing lagi mikirin orang yang gak mau bayar utangnya ke kita. :))

    ReplyDelete

Saya akan senang sekali jika kalian meninggalkan komentar, tetapi jangan anonim ya. Komentar dari anonim—juga komentar yang menggunakan kata-kata kasar, menyinggung SARA, dan spam—akan saya hapus. Terima kasih sebelumnya.