"Saya Puasa! Jangan Makan di depan Saya!"

Day 116. Post a Day 2011.

Memang benar kata orang-orang. Puasa hari pertama itu puasa paling sulit. Kemarin saya rasanya tidak kuat. Baru jam tujuh pagi, perut saya sudah mual ingin muntah. Sakit perut melilit pula. Mana saya kemarin itu pagi-pagi sudah jalan ke bandara mengantar ayah saya. Jadi, dalam kondisi tidak enak itu ditambah harus jalan. Makin mual rasanya. Saya ingin pecah puasa saja kemarin itu.

Tapi, untunglah saya bisa tahan meski godaan untuk pecah cukup besar juga sih. Saya sudah mikir segarnya minum es degan siang-siang. Sekadar makan oatmeal pakai susu pun sepertinya enak. Tapi, saya mikir lagi, "Ah, masa' kaya' gini aja gue nggak kuat sih? Kaya' sebelumnya nggak pernah puasa aja." :O

Nah, berbicara soal makan ketika sedang puasa, kalau saya yang puasa lalu saya makan jelas batal puasa saya. Kalau orang lain yang makan depan saya bagaimana? Saya seringkali menemukan teman saya yang harus meminta maaf ke saya kalau mereka mau makan. "Kim, sori ya gue makan dulu. Gak apa-apa kan?" Saya bingung. Kenapa dia harus minta maaf sama saya kalau mau makan? Makan mah makan aja. Nggak usah minta maaf segala. Oh, rupanya teman saya itu tidak enak makan karena tahu saya sedang berpuasa.

Well, bagi saya pribadi sih terserah saja orang mau makan seberapa banyak di depan saya. Kita selalu menuntut orang lain untuk menghormati kita yang sedang berpuasa. Dengan tidak sembarangan makan di depan kita, misalnya. Pernah mikir gak kalau kita juga harus menghormati mereka yang tidak berpuasa? Teman saya itu makannya sampai ngumpet-ngumpet begitu demi menghormati saya yang sedang berpuasa. Lah, kenapa gak makan di depan saya aja sih? Gak apa-apa kok.

Saya nggak akan tergoda ingin pecah puasa hanya karena melihat orang makan enak di depan saya. Kalau meminta saya menemani dia makan siang pun tak masalah. Dia makan siang, ya saya baca saja. Atau sambil ngobrol. Masa' hanya karena melihat orang makan lantas saya ingin ikutan makan sih? Puasa macam apa kalau segitu mudahnya tergoda?

Jadi, terkadang saya tidak habis pikir kalau dengar ada orang-orang yang memaksa orang lain untuk menutup rumah makannya dengan dalih untuk menghormati orang-orang berpuasa. Mungkin orang itu yang dengan arogansinya memaksa orang lain untuk menghormati dia. "Jangan makan di depan saya". "Warung-warung makan gak boleh buka!" "Yang ketahuan makan siang akan saya laporkan ke atasan!"

Saya sih nggak merasa harus dihormati dengan cara seperti itu. Cukup membiarkan saya berpuasa, membiarkan saya beribadah dengan tenang, sudah cukup kok bagi saya. Tapi, itu saya sih. Nggak tahu kalau kalian bagaimana. :D

3 comments

  1. yup it sounds arrogant the people like that.... :(

    ReplyDelete
  2. lhooo bulan Ramadhan itu meski tidak ada orang menghormati sih sudah bulan mulia dan terhormat #kalimat mbulet# hehe

    ReplyDelete
  3. Iya, bulan Ramadhan yang terhormat itu aja gak pernah minta untuk dihormati. Lah, kenapa kita yang sibuk memaksa orang2 untuk menghormati bulan Ramadhan?

    ReplyDelete

Saya akan senang sekali jika kalian meninggalkan komentar, tetapi jangan anonim ya. Komentar dari anonim—juga komentar yang menggunakan kata-kata kasar, menyinggung SARA, dan spam—akan saya hapus. Terima kasih sebelumnya.