Untitled #36

Baru saja saya selesai membaca tulisan Pak Guru di situ, Sora9n di sini, dan Mas Daniel di sana. Antara bahagia dan sedih sekaligus. Bahagia karena blogger-blogger idola saya itu mengupdate blog mereka. Senang. Membaca tulisan mereka itu seperti memenuhi rasa haus akan bacaan berkualitas. Bisa jadi semacam refreshing juga bagi saya. Segar gitu rasanya setelah baca tulisan mereka. Halah. Tapi, ini serius. Mudah-mudahan mereka tetap rajin mengupdate blog mereka masing-masing. Amin...

Sementara yang membuat saya sedih karena... terutama sekali setelah membaca tulisan Sora9n dan Mas Daniel. Intinya adalah setelah membaca tulisan mereka membuat saya mengutuk dalam hati. Mengutuk keadaan saya sekarang. Kenapa saya tidak punya banyak waktu lagi untuk belajar? Sejak bekerja, waktu membaca saya praktis sangat jauh berkurang. Alhasil, waktu belajar saya pun berkurang. Karena bagi saya itulah membaca itu ya sekaligus belajar. Membaca itulah yang membuat saya bahagia karena saya bisa menambah ilmu, wawasan, dan proses pendewasaan diri juga. 

Sudah satu bulan lebih dua hari saya bekerja, tetapi saya masih belum bisa menikmati pekerjaan saya. Saya masih suka merasa marah, ya marah terhadap pekerjaan dan marah terhadap diri sendiri. Kenapa saya bisa terjebak dalam situasi seperti ini, situasi di lingkungan pekerjaan yang bukan saya banget? Kalau saya tidak bisa mencintai pekerjaan saya, bagaimana saya bisa beraktualisasi diri, memaknai hidup, atau apapun itulah namanya? Sementara saya tipikal orang yang ingin menjalani hidup dengan melakukan apa yang menjadi passion saya. Untuk sementara saya masih menjadi orang yang terbalut lekat oleh idealisme pribadi. Entah sampai kapan.

Belum lagi sejak bekerja saya menjadi orang pencemas luar biasa. Saya tahu saya orangnya pelupa parah. Jadi,  karena tahu saya pelupa terkadang--eh, bukan terkadang lagi malah, melainkan sering sekali--saya suka merasa ketakutan sendiri. Ini sudah saya kerjakan belum ya? Surat itu sudah saya kirim belum ya? Berkas lamaran orang saya simpan dimana ya? Hal-hal semacam itu. Ketakutan-ketakutan semacam itu yang terkadang membuat saya menjadi bete, kesal, dan ujung-ujungnya menangis sendiri. Ini cungguh, ini ciyus, ini migoreng. Halah, garing banget. Puncaknya hari Jumat kemarin. Saya menangis. Saya kesal sendiri. Karena saya merasa selama seminggu terakhir ini saya banyak melakukan kesalahan yang tidak perlu. 

Sekarang apa yang bisa saya lakukan? The least I can do is to survive.

8 comments

  1. Kimi, semangat ya, kamu kan  orangnya kuat, pasti bisa terus semangat

    ReplyDelete
  2. will you survive for this job and it's worth for you?
    will you adapt quickly and learn more day by day?
    what you search in your job now?
    if you think you deserve better than this, then quit and follow your passion :)

    #walah jadi Maria Teguhwati ini malahan #gampangYahNgomongnya

    Semangat Kimi!! Best pray for you!

    ReplyDelete
  3. *baca-baca*

    It's okay. I used to be like that too. Well, but I got better. So maybe you can, too. ^^bSemoga lekas nyaman kembali. :D

    ReplyDelete
  4. re: soal pekerjaan, seorang rekan kerja pernah bilang ke saya sewaktu saya menyebutkan concern serupa. tanggapannya begini:  'right now, what is important to you is to make peace, not as in to surrender, about your situation.'

    secara singkat sih dibilangin, kalau keadaan itu nggak enak, cobalah berdamai dengan keadaan. bukan menyerah, tapi sedikit demi sedikit, kita bisa membuat keadaan jadi lebih enak untuk kita. entah kita yang menurunkan ekspektasi, atau kita yang mengubah keadaan, atau (yang sering terjadi) campuran dari keduanya.

    right now, the least you can do is to survive. ada benarnya, dan di saat yang sama, dengan proses untuk survive itulah bisa jadi kita akan menemukan sesuatu, dengan cara kita sendiri, untuk kita berdamai dengan keadaan di sekitar kita. 

    at least, it worked that way to me. :)

    ReplyDelete
  5. lha, emang sambil kerja ga bisa belajar? minimal belajar kerja? intinya belajar itu kan memasukan ilmu/pengetahuan baru dan prosesnya bisa dilakukan dgn berbagai cara kan? termasuk diantaranya ya dengan bekerja.

    ayok, semangat!

    ReplyDelete
  6. salah itu biasa.... yang penting sadar pernah melakukannya... dan segera memperbaikinya...

    ReplyDelete
  7. Jawabanku untuk paragraf penutupmu, Kimi: fokuslah pada hal-hal yang paling penting saja.

    Buatkan DAFTAR PENTING-mu. Apakah membaca buku sama pentingnya dengan bekerja di kantor; mana lebih penting antara membaca buku dan, misalnya, membarui Status media sosial; mengapa kau bisa ingat untuk membaca blog-blog favoritmu tetapi kau lupa ditaruh di mana berkas lamaran orang; kenapa kau tak mencintai pekerjaanmu tetapi kau sanggup mencintai passion-mu; dsb.

    Orang yang sudah bekerja harus memilih-milih dan rela kehilangan sebagian dari kesenangannya semasa belum bekerja.

    Utamakan hal-hal yang PERLU dan kesampingkan hal-hal yang menarik/kausukai tapi tak begitu perlu. Memilihnya akan lebih mudah bila ikhlas—setulus memamah nasi dalam mulut ketika lapar.

    ReplyDelete
  8. kalau kamu pelupa, penyakit saya adalah tidak teliti dan suka tergesa-gesa :(

    ReplyDelete

Saya akan senang sekali jika kalian meninggalkan komentar, tetapi jangan anonim ya. Komentar dari anonim—juga komentar yang menggunakan kata-kata kasar, menyinggung SARA, dan spam—akan saya hapus. Terima kasih sebelumnya.