Investasi Kesehatan

Betapa kagetnya saya sewaktu saya melihat jarum timbangan badan menunjuk angka 41. Selama ini saya mengira berat badan saya berkisar 45 - 48 kg. Wajar saja kalau begitu orang-orang yang melihat saya langsung berkomentar betapa kurusnya saya. Kemudian dilanjutkan dengan memberi nasihat saya harus banyak makan dan blablabla.

Tadinya saya tidak terima saya dibilang kurus. Saya selalu ngeles masih ada kok orang lain yang lebih kurus daripada saya. Saya tidak kurus kok... Saya rasa berat badan saya masih normal. Itulah kata kuncinya "rasa". "Rasa" ini menimbulkan ilusi. "Rasa" ini membuat saya percaya bahwa saya tidak kurus. "Rasa" ini yang membuat saya mengira berat badan saya masih di sekitar 45 - 48 kg. Sampai akhirnya saya menimbang berat badan. Dude, 41 kg itu fakta.

Saya sendiri heran kenapa berat badan saya bisa turun menjadi segitu. Saya tidak diet dan tidak berniat untuk kurus. Saya merasa pola makan saya baik-baik saja. Saya bahkan sudah lama menerapkan gaya hidup sehat. Well, nggak sehat-sehat banget sih. Masih sering bandel juga. Cuma maksud saya ketimbang dulu saya masih makan sembarangan dan tidak terlalu peduli dengan kesehatan. Sekarang setidaknya saya lebih aware dengan kesehatan dan ingin menjalankan pola hidup yang sehat.

Dua hari yang lalu saya bertemu dengan teman saya. Teman saya itu bertanya apa saya masih makan tomat, brokoli kukus, dan sejenisnya itu. Saya jawab masih. Saya masih ngemil tomat. Malahan saya sekarang juga ngemil ubi kukus. Setiap hari saya usahakan saya makan buah atau minum jus. Jika beberapa hari saya tidak bertemu dengan buah-buahan saya merasa berdosa sekali. Saya juga merasa berdosa setiap habis makan sate atau makanan lain hasil dari bakar-bakaran, daging merah, ayam negeri, santan, dan lainnya. Minum teh manis sudah tidak lagi saya lakukan. Sebagai gantinya saya minum teh hijau setiap malam.

Teman saya memandangi saya dengan penuh iba. Menurutnya, saya kurang menikmati hidup. Menurutnya lagi saya masih muda. Nikmati saja makanan enak yang ada, tentu saja dengan sewajarnya. Nanti kalau sudah lebih dewasa baru mengontrol makanan. Sebenarnya saya melakoni pola makan seperti ini bukan tanpa alasan. Titik baliknya adalah ketika ayah saya divonis kankernya muncul lagi di tahun 2011. Saat itu kankernya sudah metastase ke liver dan paru-paru.

Melihat penderitaan ayah saya, saya tahu saya tidak mau sakit. Di saat ayah saya sakit, tidak cuma beliau yang merasakan sakit dan menderita, tetapi juga saya--anaknya--ikut menderita dan merasakan sakit. Saya tidak ingin orang-orang di sekitar saya juga harus ikut menderita ketika melihat saya sakit. Makanya saya harus sehat.

Belum lagi mengingat riwayat penyakit dalam keluarga saya. Kanker, diabetes, darah tinggi, duh, banyak banget. Saya semakin was-was. Memang ada banyak faktor timbulnya suatu penyakit. Setidaknya, bagi saya, jika ada satu faktor yang bisa saya kontrol, maka dengan senang hati akan saya lakukan. Pola hidup adalah faktor yang bisa saya kontrol. Jadi, kalau saya bisa mengontrol pola hidup saya, kenapa tidak saya lakukan? Apa sih susahnya makan makanan yang sehat, hidup bersih, tidak merokok, tidak mabuk-mabukan, tidak pakai narkoba, dan rajin olahraga? Susah kalau belum memulai. Kalau sudah memulai dan secara kontinu mempraktekkan, lama-lama terbiasa. Yah, meski jujur saja, saya sendiri masih susah mempraktekkan rutin olahraga kok. Hehehe...

Saya selalu menganggap pola hidup sehat itu investasi. Saya kepingin di masa tua saya nanti saya tidak gampang sakit sehingga tidak perlu merepotkan anak cucu. Jadi, jangan hanya investasi reksadana, emas, dan tanah dong, melainkan juga investasi kesehatan. Biar nanti pas tua masih bisa diajak main futsal sama cucu. Halah.

15 comments

  1. Dulu saya punya pengamalan, berat badan saya 100 kg dan merubah pola makan lebih sehat menjadi 85 kg,
    dan terutama hidup itu harus di jaga dengan baik baik jangan sampe terjadi penyakit yang bahaya datang,
    btw cepet sembuh ya buat ayah nya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mohon doanya semoga ayah saya dilapangkan kuburnya dan diampuni dosa-dosanya ya, Mas. Terima kasih. :)

      Delete
  2. Ah, berat badan itu sebuah ukuran kan, tapi memang dari berat badan ini kita bisa menilai juga berat ideal sih,

    Apalagi Investasi kesehatan memang sangatlah besar manfaatnya :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ayo, Mas Salman, investasi kesehatan juga. Biar pas tua tidak gampang sakit. :D

      Delete
  3. Pede aja mbak, yang penting sehat. Jaga stamina dengan olahraga teratur dan makan makanan bergizi

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya sih memang harus PD. Tapi, kan terlalu kurus juga gak enak... :(

      Delete
  4. Orang emang cenderung nunda untuk berenti lakuin hal-hal yang nikmat, kan? Hal penting lainnya, perubahan kayak gitu emang sebaiknya langsung semuanya. Misalnya, gue ada temen yang ngurangin drastis konsumsi dagingnya, tapi tetep minum alkohol. Itu bukannya baik bagi kesehatan, tapi malah buruk. Karena alkohol itu, begitu masuk ke tubuh kita, langsung ke liver, gak dipecah-pecah. Protein binatang bantu tubuh kita untuk fight dampaknya. Jadi yang lo lakuin ya bagus karena serentak hehehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Gue sih mikirnya gue gak mau hanya karena nikmat sesaat gue harus menjalani dampak buruknya. Pengalaman di keluarga gue sudah cukup ngasih gue peringatan. :D

      Delete
  5. dulu aku pernah 41 kg juga #halagh
    sekarang ini lumayan harus sepedaaan lagi ah haha
    ya kadangkala memikirkan badan memang harus adanya, biar tidak semena-mena & mensyukuri anugerah-Nya :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Om, ya ampuuuun... Kurus banget sih?! Terus, sekarang berat badan Om berapa dong? *pertanyaan pancingan*

      Menurutku memikirkan badan dan menjaga kesehatan termasuk cara kita menghargai dan mencintai diri sendiri, Om. Setuju kan, Om?

      Delete
    2. sekarang 54 hahaha #dibaleseriusan

      Delete
  6. Kecil bangeeeeet! Wkwkwk.. Jauh sama aku yang gembul inih! :P

    ReplyDelete
  7. AKU SETUJU BINGITS SAMA KAMU.

    Kesehatan adalah investasi yang sering terlupakan. Juga susah dilakukan, karena kita harus menjauhi banyak hal nikmat (meskipun sebenarnya cuma kenikmatan sesaat).... :D

    ReplyDelete
  8. kimi... gimna cara nya memulai disaat godaan makanan berseliweran. mintak tips donk hahaha
    kalo lagi gak berhadapan sama makanan 'jahat' aku bisa tapi kalo udah di adepin di depan mata gaaaak kuwaaaat

    ReplyDelete
  9. saya berencana tahun 2015 bisa berlari lebih jauh. dan sekarang aku menjalaninya. hehe.

    btw aku sama kamu sama kurusnya. berat badanku antara 48-50. susah naikin nya padahal sudah berusaha makan apa saja :-D

    ReplyDelete

Saya akan senang sekali jika kalian meninggalkan komentar, tetapi jangan anonim ya. Komentar dari anonim—juga komentar yang menggunakan kata-kata kasar, menyinggung SARA, dan spam—akan saya hapus. Terima kasih sebelumnya.