Motor Baru

Seumur saya hidup saya belum lancar membawa kendaraan, entah itu sepeda, motor, atau mobil. Dulu sekali sewaktu saya masih SD saya pernah belajar naik sepeda. Sempat lancar dan jagoan karena sudah ada angan-angan ayah saya akan membelikan sepeda untuk saya makanya saya memaksa diri saya harus jago naik sepeda. Sayangnya, sampai saya besar tidak ada sepeda untuk saya. Ya sudahlah, tidak apa-apa. Yang penting saya sudah bisa naik sepeda.

Interaksi saya dengan sepeda baru terjadi lagi di saat saya kuliah. Di kampus saya dulu kan ada sepeda gratis yang bisa digunakan mahasiswa. Cukup tunjukkan KTM dan sepeda bisa dipinjam. Ternyata bertahun-tahun tidak menyentuh sepeda membuat saya kagok saat saya harus kembali memegangnya. Saya seperti anak kecil yang baru belajar naik sepeda, minus jatuhnya. Untunglah saya tidak jatuh. Saya hanya oleng sedikit. Beberapa menit menggowes sepeda, pelan-pelan saya mulai menemukan iramanya. Saya menemukan kestabilan dan mulai nyaman meski tetap saya belum berani ngebut. Meski saat itu di jalur sepeda sedang sepi, masih ada perasaan takut dalam diri saya. Masalah mental ini yang ternyata mengganggu saya dalam belajar mengendarai kendaraan ke depannya.

Sekarang cerita perihal mengendarai mobil. Saya sudah lama belajar, tapi belum lulus-lulus. Dari jaman saya masih kuliah di Bandar Lampung (saya dulu pernah kuliah satu tahun di Unila) sampai sekarang, saya belum lancar mengendarai mobil. Mentor pertama saya adalah ayah saya. Saya berputar-putar di kompleks GOR sebelum akhirnya mesin mati mendadak. Waktu itu saya akan belok ke kanan dan ada mobil dari arah depan. Saya kaget. Supir mobil itu melotot. Ayah saya langsung menyuruh saya pindah ke kursi penumpang.


gambar dari sini


Bertahun-tahun kemudian kakak saya menyuruh saya kembali belajar mobil. Berhubung sudah pernah memegang kemudi mobil saya jadi tidak terlalu takut. Kalau hanya untuk berputar-putar di lapangan mah saya bisa. Untuk keluar ke jalan raya ini yang jadi masalah. Saya belum berani. Begitulah, agenda belajar mobil hanya berputar-putar di lapangan dan tidak berkelanjutan. Sampai akhirnya kakak saya memaksa saya untuk ikut kursus setir mobil. Sebenarnya saya ogah, tapi karena kakak saya yang bayar mau tak mau saya terpaksa ikut kursus. Ya sudahlah, toh dibayar sama kakak. 


gambar dari sini


Saya mengikuti kursus tersebut 10x pertemuan yang lama masing-masing pertemuannya satu jam. Karena saya sudah punya pengalaman belajar sebelumnya, jadi mengikuti kursus menyetir saat itu lebih ke fokus untuk melancarkan saja dan melatih keberanian di jalan raya. Tentu saja di saat belajar saya merasa tenang dan berani. Kan ada instrukturnya yang mendampingi dengan kakinya yang selalu siap menginjak rem. Kalau sendirian mah saya mana berani. Makanya sampai sekarang saya belum lancar bawa mobil. :r

Untuk motor bisa lebih parah. Saya belum pernah memegang motor untuk belajar. Duh, apalah saya ini... Umur segini kok belum bisa bawa kendaraan apapun. Saya jadi malu sama anak-anak SMP yang bisa membonceng teman-temannya dan tidak pakai helm sambil kebut-kebutan pula. Harga diriku runtuh. :c

Karena saya tidak mau kalah sama anak SMP dan juga karena tuntutan keadaan, saya harus bisa bawa motor! Kakak saya mengajak saya ke lapangan untuk belajar motor. Kata orang-orang aturan pertama untuk bisa mengendarai motor adalah bisa naik sepeda. Peraturan ini sudah saya penuhi. Ada gunanya juga sewaktu SD dulu saya belajar main sepeda meski sepedanya sampai sekarang saya tidak pernah punya. Halah.

Singkat cerita, kakak ipar saya meminjamkan motornya ke saya. Motor kakak ipar saya berat banget. Motor belum jalan saya sudah jatuh duluan. Tahu-tahu ada mas-mas yang menegur saya, "Mbak, coba bawa motor ini deh." Rupanya sedang ada pameran motor di sana. Saya jawab, "Tapi, saya belum bisa bawa motor lho, Mas." Mas-masnya bilang, "Gak apa-apa kok, Mbak. Mbak jatuhin motor ini juga tidak apa-apa." Yowis, saya cobalah motor itu. Dan ternyata... KOK YA ENTENG BANGET!!! Gueh langsung bisa, Bro! Tidak pakai jatuh! Dan saya pun langsung tertarik...


gambar dari sini


Karena saya malas mencari-cari lagi, survei sana-sini, atau riset sana-sini, saya putuskan saya beli sajalah Yamaha New Mio ini. Saya pilih warna cokelat karena kalau kuning seperti contoh gambar di atas warnanya ngejreng banget. Harganya Rp 14.350.000 dan ada potongan harga Rp 100ribu karena saya bayar tunai. Ish, Mas Sales-nya pelit banget sih cuma dikasih cashback Rp 100ribu. Bonusnya pun cuma dikasih helm dan jaket. T^T

Sekarang sudah hampir dua minggu Mas Rafa (yes, I name it "Rafael Nadal". Problem?) ada di garasi saya. Hampir setiap hari saya belajar mengendarainya supaya bisa lebih lancar. Beruntung ada tetangga saya yang baik hati mau menemani saya belajar motor. Pelajaran paling hebat yang pernah saya terima adalah mengendarai Mas Rafa malam hari pukul 9 keliling kota sambil membonceng Mas Widi, tetangga saya itu. Tapi, saya masih belum berani sendirian untuk ke jalan raya di siang hari bersama Mas Rafa. Saya kan penakut... Soalnya terbiasa jadi penumpang sih, bukan pengendara. Hahaha... :P

Nah, doakan saya semoga bisa segera lancar mengendarai motor ya! 

10 comments

  1. Nanti kalau dah pinter jangan kayak pemotor di Jakarta ya :))

    ReplyDelete
    Replies
    1. Tenang saja, Mas Galih. Nanti aku bakal jadi pemotor yang baik hati dan penuh sopan santun kok. :r

      Delete
  2. Motor oh Motor, hal yang paling gue takutin tuh ini naik motor hahaha *padahal udah bisa, tapi di Jakarta ngga pernah naik motor, jadi ilang deh keahlian ini*

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ayo, Mas Salman, berani naik motor! Jangan sampai hilang skill yang sudah didapat dengan susah payah tersebut. *halah* :r

      Delete
  3. ihiy ! mantap, boncengin dong ! #hloh :))

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sini, Om, ke Bandar Lampung. Nanti aku boncengin keliling kota. Ihiy! :r

      Delete
  4. Naik matic gampang memang, Mbak Kim.. Selamat yaaaa! :D

    ReplyDelete
  5. dan sekarang kamu sudah jago kimi hahahah...
    By the way belum nulis blog lagi ni bulan maret ini #menanti

    ReplyDelete
  6. sinih sinih aku ajarin naik motor secara rusuh. hihi

    ReplyDelete
  7. Jangan ngebut yah, tong. Jangan kayak ibu-ibu rating kiri belok kanan.

    ReplyDelete

Saya akan senang sekali jika kalian meninggalkan komentar, tetapi jangan anonim ya. Komentar dari anonim—juga komentar yang menggunakan kata-kata kasar, menyinggung SARA, dan spam—akan saya hapus. Terima kasih sebelumnya.