Tentang Diet Paleo

Saya tidak tahu dengan pasti apa itu diet paleo. Saya hanya tahu sekilas bahwa diet paleo adalah diet yang mengatur pola makan mengikuti pola makan manusia jaman purba, tepatnya di jaman paleolithic (2,6 juta tahun BC - 12ribu tahun BC). Intinya kalau manusia purba tidak makan makanan tersebut, ya kita sebaiknya jangan makan juga. Mereka makan daging, ikan, nuts, seeds, leafy greens, dan lainnya. Makanan yang tidak mereka makan termasuk cereal, grains, pasta, gula, kentang, produk susu, garam, daging olahan. Buah-buahan sebaiknya dihindari karena mengandung fruktosa. Kalau diperhatikan berarti diet paleo ini mengurangi karbohidrat dan memperbanyak asupan protein.

Argumen yang dibangun adalah karena kita ini merupakan evolusi dari manusia purba seharusnya sih DNA kita tidak berubah. Sistem pencernaan kita juga tidak banyak berubah dibandingkan manusia purba yang hidup jaman paleolithic dulu. Jadi, seharusnya pola makan kita tidak berubah juga dong. Harus disesuaikan dengan pola makan manusia purba dulu. Pola makan kita sekarang ini sungguh rusak dan bikin kita sakit. Ini semua karena revolusi agraris yang dipelopori oleh Homo sapiens!

Bagi para pelaku paleo diet mengklaim kalau diet ini sungguh sehat dan menyediakan banyak nutrisi untuk tubuh. Tetapi, masa' sih demikian? Beneran nih?


Kalau kalian sedikit penasaran dan melakukan sedikit riset dengan googling, maka kalian akan banyak ketemu kritik terhadap diet paleo ini. Kalian juga akan menemukan video kesaksian (halah) di YouTube orang-orang yang berhenti melakukan diet paleo karena ternyata memberi mereka lebih banyak mudharat daripada kebaikan. Sayangnya, saya tidak akan membahas itu di tulisan kali ini. Lalu, apa yang akan saya bahas?

Saya tertarik untuk membahas salah satu video TEDx yang temanya debunking diet paleo. Pertanyaan yang dikemukan oleh pembicara apakah benar manusia purba dulu itu pola makannya seperti yang diklaim para fans diet paleo? Ini videonya.




Mbak Christina Warinner memperoleh gelar Ph.D.-nya di tahun 2010 dari Universitas Harvard dan minatnya memang mempelajari pola makan manusia purba. Sudah pasti argumen yang dia berikan di sini sesuai dengan ilmunya.

Di sini Mbak Christina akan memberi penjelasan tentang mitos-mitos yang tersebar mengenai pola makan manusia Paleolithic.

Mitos 1: Manusia berevolusi untuk makan daging dan manusia Paleolithic mengkonsumsi daging dalam jumlah besar

Kenyataannya manusia itu sebenarnya secara anatomis, fisiologis, atau adaptasi genetik bukan pemakan daging. Sebaliknya, kita justru beradaptasi untuk mengonsumsi tumbuhan. Saluran pencernaan kita lebih panjang dibandingkan hewan karnivora supaya makanan bisa di dalam tubuh kita lebih lama. Kita punya geraham untuk mengunyah tumbuhan, tetapi kita tidak punya gigi taring untuk merobek daging selayaknya hewan karnivora. Memang ada mutasi genetik di beberapa populasi yang membuat manusia bisa toleran terhadap susu, tetapi bukan daging. Ini pun munculnya ketika masa agrikultural, setelah jaman paleolithic.

Mbak Christina menyebut mitos ini dengan the meat myth atau mitos daging. Maksudnya adalah mitos ini menyarankan kita untuk banyak makan daging merah, semua jenis. Tetapi, yang jadi persoalan daging merah yang disarankan untuk kita makan ini berasal dari hewan yang sudah kita ternakkan. Itu berarti sapi gemuk, kambing gemuk, domba gemuk, dan babi gemuk. Sementara jaman paleolithic dulu manusia purbanya makan daging dari hewan yang badannya kecil.

Sebagai tambahan informasi dari buku yang sedang saya baca -- A Brief History of Humankind -- manusia purba itu sejatinya bukan predator ulung, tidak seperti hewan buas lainnya pada masa itu. Well, manusia purba sebenarnya berada di bagian bawah dalam rantai makanan. Manusia purba cuma berani sama hewan-hewan kecil. Ataupun kalau mau makan daging yang agak besar mereka harus menunggu sisa-sisa dari makanan hewan buas lain. Yup, they scavenged carcasses. Mereka mengais-ngais bangkai hewan yang ditinggalkan hewan buas lain yang sudah puas makan. Kalau dagingnya sudah habis, ya manusia purba terpaksa mengais-ngais yang tersisa, termasuk harus puas menikmati tulang sumsum. Manusia purba baru jadi predator ulung ketika masa revolusi agrikultural dimulai dan itu berarti Homo sapiens memasuki gelanggang, dan ini sesudah jaman paleolithic.

Kalaupun manusia purba banyak makan daging, itu biasanya di daerah Arctic di mana tumbuhan tidak tersedia. Sementara mereka yang tinggal di daerah yang iklimnya lebih hangat atau tropis, mereka lebih banyak makan tumbuhan. Kesimpulannya adalah pola makan manusia paleolithic tergantung dari daerah mana mereka tinggal. Mereka tidak serta merta semuanya pengkonsumsi daging kelas berat.

Mitos 2: manusia Paleolithic tidak makan grains, cereal, legumes

Mitos ini terbantahkan karena telah ditemukannya alat-alat dari batu, setidaknya dari 30.000 tahun yang lalu (dan ini jauh, jauh sebelum revolusi agrikultural dimulai), yang digunakan untuk menggiling dan menghaluskan biji-bijian dan grains. Dari hasil penelitian yang dilakukan Mbak Christina dan timnya pada gigi manusia purba, mereka menemukan banyak sisa makanan berupa tumbuhan. Ada juga sisa-sisa barley, legumes, tubers.

Mitos 3: diet paleo adalah diet yang disesuaikan dengan apa yang manusia Paleolithic makan

Menurut Mbak Christina itu tidak benar sama sekali. Kenapa? Karena dari semua makanan yang ada di menu diet paleo berasal dari hasil pertanian kita sekarang alias domesticated foods, bukan dari hasil mengumpulkan makanan dari alam liar seperti yang manusia Paleolithic dulu lakukan. Ambil contoh pisang. Pisang yang sekarang kita makan termasuk hasil dari genetika rekayasa. Kalau mau makan pisang liar, isinya ya biji semua. Contoh lainnya selada. Selada liar banyak mengandung getah yang tidak bisa kita cerna dan mengiritasi saluran pencernaan kita. Rasanya pun pahit. Contoh lain yang diberikan Mbak Christina, yaitu tomat. Tomat yang sekarang kita makan sedikit mengandung tomatine dan solanine, yang merupakan racun, jika dibandingkan tomat liar.

Masih penasaran dengan contoh lain yang Mbak Christina berikan? Silakan tonton videonya ya. 😁

Poinnya adalah segala makanan yang ada dalam menu diet paleo berasal dari ciptaan manusia (yang petani dan suka bercocok tanam pasti paham yang dimaksud), bukan dari alam liar seperti jaman manusia Paleolithic dulu. Manusia Paleolithic mana mungkin bisa makan dari menu diet paleo itu sendiri. Mereka mau cari di mana coba pisang, selada, blueberry, tomat, yang aman untuk mereka konsumsi? Mau makan brokoli? Lah, jaman paleolithic dulu belum ada brokoli.

Sekarang kalau kita ingin membicarakan diet paleo, ternyata ada banyak jenis diet paleo. Tidak cuma satu jenis diet paleo yang seperti kita tahu selama ini. Kenapa? Karena manusia Paleolithic kan tersebar di berbagai belahan Bumi. Jadi, mereka makan apa yang ada di sekitar mereka. Tidak saklek, kaku, seperti menu diet paleo sekarang ini. Contohnya seperti yang tadi sudah dibahas sekilas, manusia Paleolithic yang tinggal di Arctic tentunya menu makanannya berbeda dengan mereka yang tinggal di daerah yang iklimnya lebih hangat atau tropis. Sumber makanannya kan beda-beda. Juga tentunya makanan yang tersedia tergantung musim.

Dari paparan di atas tentunya akan sangat sulit bagi kita kalau kita ingin makan ala manusia Paleolithic. Kita sudah berada di jaman industri, jaman modern, di mana makanan dengan gampang tersedia di meja makan kita. Tidak perlu lagi kita berburu dan mengumpulkan makanan di alam liar seperti manusia Paleolithic lakukan. Namun, ada pelajaran yang dapat kita petik dari pola makan mereka dan dapat kita aplikasikan ke dalam diet kita:


  1. Kita butuh makanan yang bervariasi agar kita mendapatkan nutrisi dan vitamin yang cukup dan beragam. 
  2. Makanlah makanan yang segar. Kalau makan buah, ya yang sudah matang. Agar lebih maksimal nutrisi dan vitamin yang dapat kita ambil.


Nah, itulah pembahasan tentang diet paleo dari video TEDx. Errr... Bukan membahas sih ya, tetapi lebih ke merangkum apa yang Mbak Christina Warinner sampaikan. However, semoga bermanfaat bagi teman-teman semuanya.

4 comments

  1. Waw ilmu banget. Saya baru tau dan baru denger juga tntang diet ini.

    ReplyDelete
  2. Ada temanku yang sempat diet Paleo, Kim. Kalau ga salah dia diet Paleo ini sekitaran beberapa tahun, waktu dia masih tinggal di AS (waktu dia diet ini kami belum saling kenal). Di dia hasilnya berat badan turun dan jadi mudah untuk bodybuilding. Sampai Indonesia, dia berhenti diet Paleo karena mahal dan tergoda warung Padang ��

    Kayaknya diet jenis apapun itu cocok-cocokan deh kek tiap individu. Temenku itu cocok diet Paleo tapi mungkin aku ga bakal cocok. Aku pernahnya coba jadi lacto-ovo vegetarian, tapi ternyata lemas dan lebih sering sakit. Sekarang entah deh ini namanya diet apa, yang jelas mengurangi processed foods dan dairy products ��

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, semua diet itu memang cocok-cocokan. Dulu aku pengen rajin food combining, tapi hanya angan-angan. Hahaha...

      Sekarang mah yang penting makan sehat saja deh. Banyakin makan buah dan sayuran, kurangi daging, susu dan olahan. Tapi, aku masih suka tergoda es krim. Gimana dong... :((

      Delete

Saya akan senang sekali jika kalian meninggalkan komentar, tetapi jangan anonim ya. Komentar dari anonim—juga komentar yang menggunakan kata-kata kasar, menyinggung SARA, dan spam—akan saya hapus. Terima kasih sebelumnya.