Liburan Berkedok Kerja di Lombok

Waktu itu saya mengkhayal jalan-jalan ke Lombok, eh tahu-tahu dapat tugas kantor buat ke sana. Alhamdulillah rejeki anak sholehah. Memang pintu rejeki itu datangnya dari mana saja dan tidak terduga. Hihi.

Karena blog juga berfungsi sebagai tempat dokumentasi, sekarang saya mau bercerita -- sekaligus mencatat buat kenang-kenangan -- pengalaman jalan-jalan saya selama di sana. Bagian pekerjaannya mah tidak usah dibahas. Nggak seru. Mending membahas yang senang-senang saja. Betul tidak?

Penggemar: Betul, Kimi. Jadi, kapan kamu berangkat ke sana?

Saya ke sana tanggal 24 April 2018 kemarin. Empat hari tiga malam liburan. Saya ceritakan secara kronologis jalan-jalan saya ya. Halah, kronologis. =))

Day 1 (24 April 2018)

Saya bersama bos naik pesawat Batik Air yang paling pagi. Kami transit dulu di Jakarta sebelum melanjutkan penerbangan ke Lombok. Lama penerbangan Jakarta - Lombok sekitar 1,5 jam cukup untuk menghabiskan waktu dengan menonton film. Saya memilih nonton Hidden Figures. Filmnya bagus. Saya menikmati filmnya.

Begitu mendarat di Bandara International Lombok jam di ponsel pintar saya baru menunjukkan pukul 12 kurang waktu setempat. Sudah ada Pak Rijal, supir yang menunggu kami. Mbak Bos mengajak kami untuk makan siang terlebih dahulu sebelum memulai jalan-jalan di hari pertama.

Di sebuah rumah makan di dekat bandara saya memesan nasi puyung khas Lombok karena penasaran ingin mencoba. Ternyata pedas dan pedas bukan selera saya. Mbak Bos menikmati pesanannya sementara saya banyak minum air karena tidak tahan pedas.

Selesai makan kami memutuskan tujuan pertama kami adalah Desa Wisata Sasak Ende.




Di sana kami melihat atraksi Tari Peresean yang diperagakan orang dewasa dan anak-anak. Menurut penjelasan dari guide kami, Amak Lilis, tari peresean ini di jaman dulu biasanya dilakukan untuk mengharapkan turunnya hujan. Kalau sekarang tarian ini dilombakan. Peserta akan dinyatakan sebagai pemenang kalau sudah membuat kepala lawannya berdarah. Kalau sampai akhir pertandingan belum ada yang bocor kepalanya, pemenang akan ditentukan dari siapa yang paling banyak membuat sabetan di tubuh lawan.




Saya suka banget pas anak-anak ini yang menari. Mereka lucu dan imut banget, apalagi wasitnya. Duh... Bikin emesh! Btw, mohon maaf kalau kualitas video tidak memuaskan. Harap maklum karena direkam dari kamera ponsel.

Intermezzo sebentar. Amak Lilis bilang di Suku Sasak kalau sudah menikah maka mereka wajib pakai sarung. Dan kalau sudah punya anak maka mereka akan dipanggil dengan Amak + nama anak tertua mereka. Mereka tidak lagi dipanggil dengan nama sewaktu mereka masih bujang atau gadis. Contohnya guide kami ini. Beliau dipanggil Amak Lilis karena anak tertua beliau namanya Lilis. Istri beliau dipanggil Inak Lilis. Seandainya belum punya anak, maka dia tetap dipanggil dengan nama mudanya.


rumah adat Suku Sasak


Selesai dari Desa Sasak Ende kami lanjut ke Pantai Mandalika. Tidak banyak foto-foto karena saya tidak tahan dengan panas di sini. Jadi, skip saja ya fotonya.

Kemudian, kami ke Tanjung Aan dan Bukit Merese. Saya tidak berminat ke Desa Sade karena saya pikir isinya bakal sama saja. Jadi, untuk menghemat waktu lebih baik Desa Sade dilewati.


Tanjung Aan


Tanjung Aan indah banget! Airnya berwarna biru cerah. Rasanya adem banget pas dilihat.






Bukit Merese ini termasuk spot favorit saya di Lombok. Pemandangan dari atas bukitnya memang indah sekali. Tadinya saya ogah-ogahan begitu tahu harus menanjak bukit, tetapi begitu sudah sampai di atas, duh, Subhanallah indah banget pemandangannya. Kalau tidak ingat umur, pasti saya sudah loncat-loncat heboh kegirangan kayak anak kecil dikasih permen dan coklat. Puas foto-foto dan lihat pemandangan kami pun turun dengan perasaan riang gembira. Halah, lebay. Tapi, itu benar.

Masuk ke tempat Tanjung Aan dan Bukit Merese ini murah kok. Hanya bayar sebesar Rp 10ribu untuk parkir mobil. Tidak ada tambahan biaya lain.

Selesai dari Tanjung Aan dan Bukit Merese, Mbak Bos bilang mau cari oleh-oleh mutiara. Pak Rijal mengantar kami ke Toko Riyan di Mataram. Kalau Mbak Bos belanjanya khilaf, sementara saya hanya beli bros mutiara 5 biji. Kalau kalian mau belanja di sini, pintar-pintar menawar ya. Insya Allah dapat harga yang lumayan miring.

Matahari sudah mulai tenggelam begitu kami keluar dari Toko Riyan. Sebelum ke hotel terlebih dahulu kami makan sate rembiga. Satenya enak, tapi pedasnya itu yang bikin tidak kuat. Nah lho, ngomongin sate sekarang saya jadi ingin makan sate kan. Huft.

Kami sampai di hotel sekitar pukul 9 malam. Lebih sih sepertinya. Oh iya, kami menginap di Kebun Villas & Resort di Senggigi. Saya sangat merekomendasikan hotel ini. Hotelnya bagus, adem, bersih. Foto hotelnya monggo cari sendiri di Google ya. Saya lupa foto-foto di sini.

Day 2 (25 April 2018)

Pukul 11 saya dan Mbak Bos keluar dari hotel. Kami main sebentar ke Pantai Senggigi.


Pantai Senggigi


Tidak banyak yang dilihat di sini. Pantainya tidak semenarik Tanjung Aan kalau kata saya.

Siangnya kami ke Gili Trawangan. Kami memutuskan naik taksi argo saja ke Pelabuhan Bangsal. Biayanya sekitar Rp 100ribu dari hotel kami. Karena waktu mepet (kami sudah harus ada di hotel pukul 5 sore) kami beli tiket fast boat. Jauh lebih mahal ketimbang naik public boat yang cuma Rp 15ribu, tapi ya apa boleh buat. Demi efisiensi waktu.


biar kayak yang lain fotonya kayak begini


Maaak... Gili Trawangan keren banget! Saya bahagia sekali pas di Gili Trawangan. Sungguh, ini tidak dibuat-buat. Senang sekali rasanya main sepeda keliling pulau (oke, mungkin tidak betul-betul mengelilingi pulau, but you know what I mean, right?) sambil nyanyi-nyanyi. Sungguh surga dunia!


saya suka dengan foto yang ini


Dan saya jadi sedih banget begitu sudah sore dan harus balik ke hotel. Huhu... Rasanya ingin bisa menginap di sini. Nggak usah lama-lama, semalam saja sudah cukup buat saya (karena kalau lama-lama biaya makannya bisa membengkak, haha). Nanti deh saya ke Gili Trawangan lagi dan menginap di sini barengan Mas Rafael Nadal.


gaya beudh makan siang di restoran pinggir pantai Gili Trawangan


Day 3 (26 April 2018)

Hari ketiga di Lombok saya dan Mbak Bos ke Taman Mayura.




Tidak banyak yang dilihat. Areanya juga tidak luas. Taman Mayura ini dulu merupakan tempat beristirahatnya para raja. Semacam vila begitu kali ya? Di sini ada dua bagian, yaitu bagian taman dan bagian pura. Saya tidak masuk ke bagian pura. Hanya berputar-putar di daerah tamannya saja.


keep forward and never look back (halah mbel)


Saya dan Mbak Bos cuma sebentar ke Taman Mayura karena sudah ditelpon Bapak Super Big Boss, Buru-burulah kami balik ke tempat acara beliau untuk kemudian kami diusir pergi lagi. Haha. Enak banget ya diusir-usir begitu jadi tidak usah ngintilin ke mana saja beliau jalan.

Berhubung sudah jam makan siang, Mbak Bos mengajak saya untuk mencoba makan siang di Katamaran Resort. Saya sih mau-mau saja, lha wong ditraktir ini.


ini enak banget, sumpah!


Tidak cuma makanannya yang enak, tempatnya juga enak banget, Masbro dan Mbaksis!


makan di restoran pinggir pantai lagi


Sudah makan siangnya enak, malamnya makan enak lagi dong. Kami makan ayam taliwang ditraktir Bapak Super Big Boss. Enak banget dah kalau hidup begini terus. Haha.

Day 4 (27 April 2018)

Hari terakhir di Lombok saya sudah bikin janji dengan teman SMA saya, Dodo. Saya baru ingat kalau saya punya teman di Lombok di saat dia mengomentari foto saya di WhatsApp. Teman saya ini luar biasa baik. Tiket saya dan Mbak Bos di-check in kan. Koper kami berdua diurus oleh beliau untuk masuk ke bagasi pesawat. Pagi-pagi kami ditraktir sarapan. Begitu pamitan, eh saya masih diberikan oleh-oleh khas Lombok satu kardus besar. Subhanallah, Do. Terima kasih banyak ya atas sambutanmu. Semoga rejekimu selalu mengalir dan kamu beserta keluarga selalu berbahagia.

Lombok meninggalkan kesan yang baik bagi saya. Ketika saya sudah harus pulang rasa sedih muncul. Saya sudah jatuh cinta dengan Lombok pada pandangan pertama. Jalannya lebar, mulus, tidak ada tambal sulam, dan tidak macet. Banyak tempat wisata yang indah, tapi tidak seramai di Bali. Makanan juga lebih murah ketimbang di Bali. Semoga nanti suatu saat saya bisa ke Lombok lagi. Amin.

10 comments

  1. On poin banget, mengkhayal bermimpi dulu Insyaallah kenyataan ya mba. Akkkk berhasil banget loh tulisan plus fotonya bikin pengennn ulalaaaa. Bismillah semoga kerjaan ku juga membuat aku sampai Lombok! Aamin

    ReplyDelete
    Replies
    1. Amin amin... Semoga segera dapat dinas ke Lombok ya, Mbak! Hihi.

      Delete
  2. Bikin iri nih, tapi gk pake dengki :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahaha. Maaf deh, Mas Indra, kalau aku sudah bikin Mas Indra iri. 🙏

      Delete
  3. Wah, ke Lombok mah bakal jadinya liburan terus jadinya...

    Pas baca-baca hari pertama sewaktu ke Desa Sade sama Tanjung Aan..
    Jadi pengen balik ke sana kagi eh.. T_T

    ReplyDelete
  4. Pengen deh bisa pergi ke lombok suatu hari. Huwaaa

    ReplyDelete
    Replies
    1. Semoga suatu hari nanti bisa ke sana ya. Ayo, yakin, Mbak!

      Delete
  5. lombok dah masuk wishlist, tapi belum nemu waktu yg cucok~

    ReplyDelete

Saya akan senang sekali jika kalian meninggalkan komentar, tetapi jangan anonim ya. Komentar dari anonim—juga komentar yang menggunakan kata-kata kasar, menyinggung SARA, dan spam—akan saya hapus. Terima kasih sebelumnya.