What Makes a Good Life?

Apa yang ingin kita kejar dalam hidup? Saya yakin kebanyakan dari kita akan menjawab ingin punya karir yang oke, punya uang banyak dan barang-barang high-end brand, atau ingin menjadi terkenal. Well, terima kasih kepada media sosial sekarang ini yang membuat ketenaran begitu mudah untuk diraih.

Akan tetapi, apakah uang, karir, dan ketenaran itu adalah jaminan yang dapat membuat kita bahagia? Kalau kata Prof. Robert Waldinger sih tidak.

Waldinger memimpin penelitian Harvard Study of Adult Development. Penelitian ini sudah berlangsung selama 75 tahun dan Waldinger adalah orang keempat yang memimpin penelitian tersebut. Barangkali ini adalah penelitian longitudinal yang paling lama, paling panjang, yang pernah ada.

Selama 75 tahun mereka meneliti kehidupan 724 pria, yang terbagi dalam dua kelompok. Kelompok pertama adalah mahasiswa tingkat dua di Harvard College. Sedangkan kelompok kedua adalah remaja dari daerah miskin di Boston.

Para peneliti dengan penuh tekad kuat mengikuti kehidupan para partisipan penelitian mereka, sejak mereka masih muda. Dalam perjalanan hidupnya para partisipan ini ada yang menjadi buruh pabrik, pengacara, bahkan ada satu partisipan yang menjadi presiden Amerika Serikat (John F. Kennedy kalau kalian penasaran ingin tahu siapa yang dimaksud).

Setiap dua tahun para peneliti mengirimi mereka kuesioner untuk dijawab. Kuesioner tersebut berisi pertanyaan seputar tentang kehidupan mereka. Tidak hanya melalui kuesioner, para peneliti juga mewawancarai mereka secara langsung, meminta rekam medis dari dokter mereka, melakukan tes darah, meng-scan otak mereka, dan mencatat interaksi mereka dengan pasangan mereka.

Dari penelitian selama ini dengan data yang dikumpulkan sebanyak ini apa kesimpulan yang didapat? Waldinger bilang di video TED Talk-nya:

The clearest message that we get from this 75-year study is this: Good relationships keep us happier and healthier. Period.

Jadi, bukan karir mentereng dengan gaji bermeter-meter panjangnya, atau duit berkoper-koper, atau ketenaran yang bisa bikin kita bahagia, melainkan hubungan yang sehat dan menyenangkan.

Waldinger lebih lanjut menjelaskan tiga hal penting yang mereka pelajari dari relationships. Pertama, social connections are really good for us and the loneliness kills. Orang-orang yang memiliki hubungan yang dekat dengan keluarganya, teman-temannya, dan komunitasnya ternyata lebih bahagia, lebih sehat, dan berumur panjang dibandingkan mereka yang less connected dengan lingkungan sosialnya. Selain itu, loneliness benar-benar sangat berbahaya buat kita. Orang-orang yang terisolasi, atau sengaja mengisolasi diri secara berlebihan, mereka menjadi kesepian. Hidup mereka less happy, kesehatan mereka menurun lebih cepat di paruh baya usia mereka, fungsi otak mereka juga menurun, dan mereka tidak berumur panjang dibandingkan orang-orang yang tidak kesepian.

Kedua, kualitas hubungan jauh, jauh lebih penting ketimbang kuantitas. Punya banyak teman di Facebook atau di media sosial manapun atau punya banyak nomor kontak di daftar telpon kalian tidak menjamin kalian bahagia. Karena yang paling penting adalah seberapa kualitasnya hubungan yang kalian punya dengan orang lain.

It turns out that living in the midst of conflict is really bad for our health. ... And living in the midst of good, warm relationships is protective.

Waldinger mencatat para partisipan penelitian ini yang bahagia dan puas dengan kualitas hubungan yang mereka punya dengan pasangannya di usia 50 adalah partisipan yang paling sehat ketika mereka di usia 80.

Ketiga, hubungan yang sehat tidak hanya melindungi tubuh kita, tetapi juga otak kita. Dari hasil penelitian ini juga menunjukkan para partisipan yang punya hubungan yang sangat dekat dengan pasangannya dan memiliki seseorang yang dapat mereka andalkan ternyata mereka memiliki ingatan tajam lebih lama dan tidak cepat pikun. Sebaliknya, partisipan yang tidak dapat mengandalkan pasangannya, mereka menjadi lebih cepat pikun.

Dengan demikian saya dapat menyimpulkan beberapa hal. Pertama, bahwa saya harus berhenti untuk terlampau membatasi diri (kalau tidak mau dibilang menutup diri) dari orang lain. Saya terlalu selektif jadi manusia. Saya tidak sembarangan mengijinkan orang untuk masuk ke dalam hidup saya. Karena ini adalah cara saya melindungi diri saya. Sudah berusaha mati-matian melindungi diri saja masih disakiti melulu, apalagi kalau tidak membentengi diri. Tidak harus soal pasangan sih, tetapi juga soal pertemanan, keluarga, rekan kerja.

Saya harus berhenti menutup diri dan belajar untuk lebih terbuka karena ya saya juga nggak mau cepat mati, cepat sakit, atau cepat pikun. Tapi ya ini kendala besar buat saya.

I see other people as a threat that they're going to hurt me one day. I don't trust them easily. Once I get hurt--I mean really really bad hurt--there is no turning back. I will walk away from their lives and erase them from my life.

Banyak yang bilang untuk belajar memaafkan, let go, dan move on supaya hidup jadi lebih lega, lebih bahagia, dan lebih tenang. Iya, saya percaya itu. Namun, itu tidak mudah buat saya. Sampai sekarang masih menjadi PR. I'm still working on it. Believe me.

Lah, terus kenapa ini jadi curhat ya? Maafkan. Baiklah, mari kita lanjutkan saja ke kesimpulan berikutnya.

Kedua, buat apa berada di dalam sebuah hubungan yang terus-menerus berkonflik tanpa henti? Buat apa mempertahankan hubungan yang toxic, yang tidak sehat? Jika memutuskan untuk bertahan, apakah hubungan tersebut sangat berharga jika dibandingkan dengan kesehatan dan kebahagiaan kalian? Karena percayalah, begitu berhasil lepas dari toxic relationship rasanya hidup jadi memang lebih sehat, tenang, dan enteng.

Apakah kalian mendeteksi curcol di sini? Heuheu. Tolong saya dimaafkan kembali ya.

By the way, sumber tulisan ini adalah video TED Talk Prof. Waldinger. Videonya sangat berkesan buat saya. Sangat relatable. Oleh karena itu, untuk sebagai pengingat pribadi makanya saya mencatat intisarinya di sini. Semoga bisa bermanfaat juga buat teman-teman semua.

Jika kalian berminat kalian bisa langsung nonton videonya di bawah ini.




Akhirul kalam, jangan lupa pesan dari Prof. Waldinger:

The good life is built with good relationships.

So, starting from now on let's build good relationships with everyone. Kecuali sama mantan brengsek. Heuheu.

2 comments

  1. Nice sharing kak. Setuju banget sama kesimpulannya. Sejak lulus kuliah, teman-teman makin sedikit, dan berada di perantauan saya jadi sering merenung betapa berartinya keluarga dan sahabat. Bahagia itu sederhana. Bisa berada di sisi mereka sudah bikin hati ini dan hati mereka bahagia.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul. Saya juga merasakan semakin bertambah usia semakin memahami betapa penting arti keluarga dan sahabat. :')

      Delete

Saya akan senang sekali jika kalian meninggalkan komentar, tetapi jangan anonim ya. Komentar dari anonim—juga komentar yang menggunakan kata-kata kasar, menyinggung SARA, dan spam—akan saya hapus. Terima kasih sebelumnya.