Bye, Sisi!

Kemarin siang saya sedang berada di kantor ketika saya mendapat satu pesan di WhatsApp. Isinya dari orang rumah memberitahu salah satu anak Sisi meninggal dunia. Seketika saya merasa sedih. Saya tidak menyangka bisa secepat ini. Orang rumah mengabari saya bahwa kemarin kondisi anak-anak Sisi melemah. Padahal dua hari yang lalu mereka semua masih sehat dan masih lincah.

Sudah lebih dari seminggu saya memang sedang berjuang untuk menyembuhkan Sisi dan anak-anaknya yang saya beri nama Elektra, Fluffy, dan Ginger. Saya baru ngeh kalau anak-anak Sisi kena jamur. Bolak-balik saya bawa mereka semua ke dokter.

Kondisi Sisi sejak seminggu lalu memang sudah menurun. Dia tidak mau makan dan minum, tidak mau menyusui dan mengeloni anak-anaknya lagi, dan dia selalu tampak murung. Sisi terlihat lemas dan tidak berdaya.

Lalu, kemarin setelah saya pulang kantor, baru saja memasukkan motor ke garasi, kembali saya mendapat kabar anak Sisi yang lain meninggal juga. Tinggal Elektra yang masih bertahan. Itupun dia sudah lemah sekali. Elektra hanya bisa bernapas pelan.

Masih dengan seragam kantor, saya pesan Gocar dan membawa Sisi juga Elektra ke dokter hewan Nurcahyo Saksono. Kepada dokter Nurcahyo saya ceritakan kronologis lengkap asal mula Sisi dan anak-anaknya sakit, lengkap dengan cerita saya membawa mereka dari satu dokter ke dokter lain. Bahwa sebelumnya Sisi diberi obat jamur dari dokter A, tetapi oleh dokter B obat tersebut disuruh dihentikan minumnya dan dokter B memberi Sisi suntikan vitamin dan antibiotik. Karena hari Sabtu kemarin (16/02) saat dibawa ke dokter B, Sisi demam dengan suhu badan lebih dari 40℃.

Di klinik dokter Nurcahyo, Sisi diberi infus Glukosa 5%. Anehnya, setelah beberapa lama diinfus nafasnya malah menjadi memburu, seperti tersengal-sengal. Detak jantungnya juga cepat. Sisi lalu diinjeksi dengan antibiotik dan vitamin. Elektra juga diinfus dengan cairan yang sama, tetapi hanya sebentar.


Sisi dan Elektra sewaktu diinfus


Sesampainya di rumah, sebelum Maghrib, Elektra menyerah. Sekarang tinggal Sisi berjuang sendirian. Saya menunggui Sisi, duduk di sampingnya sambil menahan tangis dan mengelus-elus Sisi, "Ayo, Sisi, sembuh ya. Aku janji aku bakal urus kamu baik-baik. Aku bakal bikin kamu sehat dan bahagia. Ayo, Sisi, jangan menyerah ya."

Meski saya sudah berusaha sekuat mungkin menahan tangis, pertahanan saya ambrol juga begitu melihat dia kejang-kejang. Seperti orang bodoh, sambil memalingkan muka saya bilang, "Sudah, Sisi. Jangan kayak gitu. Aku gak kuat lihat kamu kayak begitu." Lalu, saya menangis kencang. Badan Sisi juga tampak kesakitan. Disentuh sedikit saja dia mengeong. Mulutnya tidak berhenti mengeluarkan air liur. Sekitar pukul 10.30 malam Sisi memutuskan untuk pergi.

Tidak ada tangisan lagi begitu dia pergi. Saya sudah ikhlas. Mungkin ini memang yang terbaik untuk Sisi. 

Namun, rasa sedih itu masih ada. 

Hal yang membuat saya sedih kalau mengingat hidup Sisi sebelum dia bersama saya. 4,5 tahun dia tidak mendapat perhatian yang cukup. Perhatian dalam bentuk makan dan minumnya, kebersihannya, kesehatannya, dan hak-hak lainnya, seperti vaksin dan steril. Tidak usah saya ceritakan secara rinci ya. Hanya membuat saya semakin sedih. Cuma 1,5 bulan Sisi ikut saya, tapi saya sudah sayang sekali sama dia.

Kalau ada pelajaran yang bisa diambil dari kejadian ini, saya cuma ingin bilang: Please, jangan pelihara kucing dan anjing kalau kamu nggak bisa kasih dia perhatian sepenuhnya. Memelihara hewan itu komitmen seumur hidup. Itu berarti kamu harus mau dan ikhlas untuk keluar uang, waktu, dan tenaga. Jangan hanya pelihara pas mereka masih kecil dan imut atau pas lucunya saja, tetapi begitu sakit dan jorok langsung dibuang. Please, jangan. Kalau kamu tidak mau keluar uang untuk kasih dia makan yang baik, vitamin, vaksin, steril, membawanya ke dokter kalau sakit, dan keperluan dia yang lain, mending jangan. Jangan lempar tanggung jawabmu dengan membuangnya di jalan atau menyerahkannya ke orang lain. Mending dari awal kamu jangan pelihara hewan kalau kamu memang merasa tidak sanggup.

Akhirul kalam, tulisan ini dibuat untuk mengenang Sisi. Bahwa pernah hidup kucing betina lucu, imut, dan suaranya yang menggemaskan. Kucing betina yang sewaktu hamil galaknya bukan main, tetapi sayang banget sama anak-anaknya. Maafkan aku ya, Sisi, karena kurang lama membahagiakanmu. I did everything I could to help you and make you happy. Oh, girl, I miss you already!

*sekilas tentang Sisi pernah saya ceritakan di sini

4 comments

  1. Aku senang mbak Kimi update blog, tapi seketika jadi mewek karena ternyata isi tulisannya tentang perpisahan :((((((((((

    Jadi ketiga sosis gembul-gembul yang kemarin sudah nggak di dunia fana ini lagi mbak? Mungkin yang kena sakit mula-mula induknya, terus nular ke anak-anak lewat air susu... Duh semoga mereka ngumpul lagi dan main-main sekeluarga di sana.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sisi sakitnya sudah lama kayaknya. Sama pemilik sebelumnya gak pernah diperhatikan kesehatannya. Ke dokter ya formalitas aja. Jadi, mungkin Sisi gak pernah sembuh total. Tapi ya sudahlah. Gpp. Sekarang semoga Sisi bahagia bersama anak-anaknya.

      Delete
  2. Itu penyebabnya kenapa ya mbak bisa sampai lemah gitu? Kena virus? Alhamdulillah kucing di rumah nggak pernah kena penyakit yg aneh-aneh. Tapi sedihnya yg kecil-kecil matinya biasanya karena dihabisin sama kucing garong lain.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kata dokter memang virus, Mas. Tapi, gak tau virus apa. Aku sekarang khawatirnya takut virusnya ini menular ke kucing-kucingku yang lain. :(

      Delete

Saya akan senang sekali jika kalian meninggalkan komentar, tetapi jangan anonim ya. Komentar dari anonim—juga komentar yang menggunakan kata-kata kasar, menyinggung SARA, dan spam—akan saya hapus. Terima kasih sebelumnya.